Chapter 42 | lonely 📌

714 71 16
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ❤
Vote dan komen agar aku selalu semangat menulis cerita ini ❤❤❤

Aku double up karena mau aja 😆

***

Vian duduk lemas dikursi tunggu. Perkataan dari Fariz membuatnya kembali mengingat kalau ia pernah juga berpaling dan meninggalkan Dara seorang diri. Seharusnya sebelum ia mengatakan hal itu kepada Fariz, ia harus introspeksi diri terlebih dahulu.

"Gue gak akan pernah terima. Lo yang bertanggung jawab dengan kondisi Dara saat ini," ucap Fariz seolah memberikan peringatan kepada Vivi.

Vivi duduk di samping Vian, wajahnya ia sembunyikan dibalik lengannya. Terlalu syok dengan perlakuan Fariz yang bisa dibilang sangat nekat.

Fariz meninggalkan tempat itu dengan perasaan gundah, ia tak tahu kakinya akan melangkah kemana. Yang dirasakan Fariz saat ini adalah hanya ingin menyendiri saja.

Kenzie tidak menyusul kepergian Fariz, ia paham betul kalau Fariz saat ini butuh waktu untuk sendiri. Dia pasti akan kembali setelah menata perasaannya yang begitu terporak-porandakan dalam satu waktu.

Kenzie duduk disamping Vian, ia menghela napas gusar. Jujur fakta dia adalah anak dari mama Fariz membuatnya masih belum bisa percaya, terlebih lagi dengan kondisi Dara saat ini. Mengapa rasanya kenyataan terlalu menyakitkan?

"Aku tahu tadi Kak Vivi yang memancing emosi dari Bella, maksudnya Mama Bella. Dia sepertinya sengaja, jangan salahkan Fariz jika bertindak seperti itu. Kalau saja aku juga punya tekat maka detik ini juga aku akan membuat Kak Vivi merasakan hal yang sama dengan Dara," ucap Kenzie memberitahu, meskipun tak ada yang menyuruhnya bicara.

"Asal Kakak tau saja Dara sangat bangga mempunyai tante seperti dirimu. Dia pernah bilang kalau dia sangat ingin suatu saat nanti tantenya memakaikannya make up."

Vivi mengeratkan pegangannya ke lengan Vian, air matanya terus saja mengalir. Apakah seperti ini rasanya menyesal?

"Aku pernah bilang 'Buat apa bangga mempunyai tante yang sama sekali tidak menghargai dirimu yang hanya bisa menginjak-injak harga dirimu'. Jawaban dari Dara sangat mengejutkan, aku bahkan tak pernah berpikir Dara akan menjawab seperti itu," Kenzie menguatkan hatinya menceritakan bagaimana Dara sangat bangga kepada tantennya. Air mata yang masih saja mengalir ia biarkan begitu saja, toh tidak ada gunanya dihapus kalau akhirnya akan mengalir lagi.

"Dia menjawab apa?" tanya Vivi dengan suara parau.

Kenzie tersenyum lalu menatap ke atas, mengerjabkan matanya agar air mata yang menggenang tak menghalangi pandangannya. Lagi-lagi hal itu ia lakukan saat merasakan hatinya sesak yang begitu luar biasa menerpa dadanya.

"Di-dia bilang... 'Jangan pernah membalas perbuatan jahat orang lain terlebih lagi itu masih satu darah dengan kita. Berbuat baik, balaslah dengan kebaikan. Do'a kan agar dia mendapatkan hidayah agar bisa berhenti berbuat jahat. Karena sejatinya kejahatan jika dibalas kejahatan tidak akan pernah ada habisnya'. " Kenzie menahan isak tangisnya, ia tak paham bagaimana dengan isi hati Dara. Bagaimama bisa gadis itu sekuat dan setegar itu?

Vivi semakin dilanda rasa bersalah yang sangat besar. "A-aku... Kenapa jahat sekali?" Tangisan yang tadi sudah perlahan mereda kembali membuncah.

Vian menarik Vivi agar bersandar di bahunya. Tatapan kosong menatap lurus ke depan. Sebenarnya Vian sudah tidak heran dengan pola pikir Dara yang begitu mengagumkan. Dara adalah sosok gadis ceria yang memiliki kekurangan tetapi mempunyai sejuta kelebihan yang tak semua orang miliki. Hati yang sabar, baik, tabah, dan tidak pernah merasa dendam. Itulah kelebihan Dara, jarang di dunia ini ada manusia seperti itu. Hanya segelintir orang yang mempunyai pola pikir seperti itu.

My Angelman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang