Kehidupan di dunia ini cukup singkat. Berbuatlah baik, murah senyum, dan menerima takdir entah itu baik atau buruk dengan lapang dada. Perbuatan jahat hanya akan menghasilkan dendam, iri, dengki, merasa tersinggung yang berlarut-larut dan tidak ada habisnya. Jiwa kita tidak akan tenang, merasa gelisah, dan tidak terima dengan kenyataan.
"Jadi? Kamu beneran maafin aku?" tanya Vivi sedikit tak percaya. Mengingat satu tahun yang lalu Fariz hampir ingin membunuhnya.
"Iya. Selagi kakak gak akan pernah mengulangi kesalahan lagi. Jangan sia-siakan waktu hanya ingin membuat seseorang terluka. Pada akhirnya kita sendiri yang akan terluka karena rasa bersalah selalu menyelimuti kita setiap hari."
Vian dan Vivi saling berpandangan, mereka berdua saling mengulas senyuman. Syukurlah setidaknya Fariz mulai mengubah sikapnya secara perlahan. Itu sudah menunjukkan bahwa Fariz benar-benar menyesali perbuatannya dulu.
"Belajar kata-kata dari mana lo dek?" tanya Kenzie mengacaukan suasana.
Fariz menggelengkan pelan.
"Mungkin dari Dara. Dia sumber inspirasiku, hyung. Meskipun dalam keterbatasannya dia tidak pernah menyalahkan takdir meskipun takdirnya sangat tragis. Dia mengajarkan kita, orang yang memiliki kekurangan saja tidak pernah menyalahkan takdir, masak kita yang dikaruniai kelebihan malah menyalahkan takdir.""Sesempurna apapun hidup yang kita jalani, pasti memiliki kekurangan. Begitu juga sebaliknya. Dunia ini seimbang, antara kekurangan dan kelebihan itu saling terikat," ucap Fariz. Membuat Vian dan Vivi menganga karena kagum melihat sosok Fariz yang berubah menjadi seorang penasihat layaknya mario teguh.
"Lo gak habis selesai semedi di gunung, 'kan?" tanya Kenzie.
"Nggaklah hyung. Emangnya ngapain semedi?"
"Ya kali aja lo semedi terus dapat ilmu kek gitu dari gunung."
"Kenzie! Astaga lo ini benar-benar perusak suasana," cibir Vian tak suka karena Kenzie selalu merusak suasa yang tercipta.
"Gakpapa, kak. Hyungku orangnya emang gitu, dia melengkapi hidupku yang hambar ini. Setiap candaannya selalu membuat hatiku senang."
Kenzie menjulurkan lidahnya mengejek Vian. "Dengerin tuh. Adik gue memang terbaik seluruh dunia deh."
Vian tersenyum sinis, "Yaudah. Kita mau pulang dulu. Sudah hampir jam tujuh malam," ucap Vian setelah melirik jam yang melingkar dilengannya.
"Kami pamit ya. Selamat malam untuk kalian," ucap Vivi kepada dua orang pemuda yang akan tidur di ruangan ini.
Setelah berpamitan akhirnya V couple melangkah keluar untuk pulang. Kenzie melihat pintu ruangan tersebut tertutup lalu melompat-lompat kegirangan. Sebab orang yang selalu membuat ia kesal akhirnya telah pergi.
"Yuhu. Akhirnya bisa nonton drakor."
Fariz terkekeh pelan melihat kelakuan absurd kakaknya. Ia bersyukur memiliki kakak seperti Kenzie. Meskipun kelakuannya seperti orang gila. Namun, hal itu yang membuat Kenzie beda dari yang lain. Dapat mencairkan suasana dan membuat orang tertawa karenanya.
"Hyung gak ngajak Galang?" tanya Fariz.
"Tapi dia mau gak ya? Soalnya waktu itu aku aja ke sini tapi gak mau. Takut melihat kondisi seorang Fariz yang seperti mayat hidup."
Mayat hidup
Fariz terdiam mendengar ucapan dari Kenzie. Pikirannya beralih memikirkan nasib Dara yang akan menjadi mayat hidup, jika dia siuman suatu saat nanti.
Kenzie menghentikan kegilaannya, ia melihat Fariz yang terdiam dengan tatapan kosong. Astaga ia pasti sudah salah bicara. "Dek. Gu-eh maksudnya aku mau telepon Galang dulu. Sekalian mau ngajak dia nginep sini, soalnya besok kan libur."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angelman [END]
Teen Fiction[Angelman series 1] Aku ingin tau rasanya menangis. Aku ingin menangis saat suasana sedih. Aku ingin menangis saat disakiti. Adara Fredella Ulani adalah penderita angelman syndrome. Dia tak bisa menangis meskipun takdir hidupnya menyedihkan. Hanya...