Chapter 34 | Perjalanan masih panjang 📌

661 66 24
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Fariz membuka matanya perlahan, hal pertama yang ia dapati adalah langit-langit putih serta aroma khas obat menyeruak memenuhi ruangan. Kepalanya berdenyut nyeri, ia menoleh lalu menyadari kalau saat ini ia tengah berada di dalam Rumah Sakit.

"Arghh," gumam Fariz saat ia mencoba duduk tetapi kepalanya terasa sangat berat.

"Alhamdulillah. Kamu sudah sadar cucuku. Kamu mau duduk?" tanya seorang wanita paruh baya yang terbangun dari tidurnya, ia tidur dengan posisi terduduk menunggu cucu satu-satunya terbangun.

"Nenek? Kapan datang?"

Srikandi_Nenek Fariz membantu cucunya agar bisa mengubah posisi dari terbaring menjadi duduk menyandar ke ujung bangsal. "Tadi malam Papamu menghubungi nenek," jawab Nenek Sri. Ia membelai lembut rambut Fariz. Di dalam hati ia sangat prihatin dengan kondisi cucunya.

"Kamu ada masalah apa, nak? Coba cerita sama Nenek," pinta Srikandi mencoba mencari tahu penyebab Fariz berakhir di Rumah Sakit. Tadi malam ia sudah bertanya kepada anaknya namun, Vozi tak berkomentar apapun.

Fariz tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, ia tahu persis jawaban dari sang nenek jika ia cerita perihal keluarganya. Dulu pernah ia bercerita tentang nasib Bella yang tak kunjung sembuh dari Rumah Sakit Jiwa namun, jawaban sang nenek hanya membuat Fariz semakin sedih saja.

"Tidak ada, nek. Hanya saja orang yang aku cintai malah mengkhianatiku dengan sangat kejamnya."

Srikandi mengernyit heran, setahunya ia belum pernah mendengar Fariz pacaran, apalagi sampai hampir gila karena merasa dikhianati seperti saat ini. "Bukannya dulu kamu pernah bilang tidak tertarik dengan yang namanya perempuan?" tanya Srikandi.

"Iya, tapi dia berbeda. Selalu tersenyum meskipun dunia kejam kepadanya. Dia yang mengajariku berusaha tersenyum sekalipun mendapatkan masalah besar."

Srikandi mulai tertarik dengan topik pembicaraan kali ini. Ia merasa sangat penasaran dengan siapa perempuan yang bisa membuat cucunya jatuh cinta dan merasa terkhianati dalam satu waktu. "Siapa dia? Nenek penasaran dengan perempuan itu."

"Dia adalah adik tiriku sekarang," jawab Fariz seraya menahan gejolak aneh yang bersarang di dadanya.

"Jadi? Perempuan itu adalah anak kandung dari menantuku?"

"Iya, dia adalah anak dari perempuan jalang itu!"

"Fariz! Hentikan, dia bukan jalang. Yang cocok mendapatkan gelar jalang adalah Mama kandungmu!"

Fariz menoleh ke arah Srikandi, ada rasa menyesal karena telah bercerita yang seharusnya tak ia ceritakan. Padahal ia sudah tahu respon apa yang akan ia dapatkan setelahnya.

"Kenapa Nenek selalu meyalahkan Mamaku? Kenapa? Mamaku yang menjadi korban di sini, kenapa dia yang di salahkan?" tanya Fariz beruntun, ia harus mendapatkan jawaban kenapa selama ini semua orang malah menyalahkan Bella, padahal gara-gara Vozi lah Bella berakhir di Rumah Sakit Jiwa.

My Angelman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang