"Dasar anak cacat! Ngapain lo sentuh-sentuh obat pribadi gue? Huh!" teriak Vivi ketika melihat Dara berada didepan lemari ruang keluarga saat tengah mengambil sebuah obat.
Dara terperanjat kaget, niatnya tadi ingin meminta obat untuk meredakan pusing. Tapi, tantenya malah sangat murka.
"Lo tau gak? Gara-gara lo sentuh ini obat gue harus beli yang baru."
Dara mengernyitkan keningnya heran, mengapa hanya karena disentuh harus beli lagi?
"Tangan lo penuh kuman tau gak? Bisa jadi obat-obatan ini malah jadi racun kalau tetep gue simpan!"
Deg
Apa sehina itukah Dara dimata Vivi? Padahal tangan Dara tidak mempunyai penyakit apa-apa.
"Dara hanya ingin pinjam saja, besok pagi bakal Dara ganti. Tolony tante, Dara sangat dingin dan pusing." Tangan Dara bergetar karena masih merasakan dingin.
"Lo kedinginan?" tebak Vivi saat melihat tangan Dara yang bergetar.
Dara tersenyum lalu mengangguk anggukkan kepalanya.
Vivi tersenyum lalu berkata
"Kenapa gak bilang-bilang kalau kedinginan? Sini tante bantu angetin ya."Dara tersenyum senang mendengar perkataan Vivi yang lembut untuk pertama kalinya. "Dara sangat senang mendengar suara lembut, Tante."
"Ayo ke dapur. Tante buatkan air hangat biar enakan." Vivi mendorong kursi roda Dara menuju ke dapur sambil tersenyum misterius.
Di dapur para pembantu disuruh keluar oleh Vivi. Dara yang melihat itu tidak menaruh curiga apapun. Entah apa yang akan terjadi.
"Tante buatkan air panas dulu ya."
Dara menunggu air selesai dipanaskan dengan tak sabar. Dalam benaknya dia berpikir bahwa Vivi akan membuatkan susu atau teh hangat.
Vivi menuangkan air yang telah mendidih ke baskom yang berukuran besar. Setelah dituangkan Vivi melangkah mendekati Dara.
"Tante akan buat kamu merasa hangat ya, Air ini sudah tante campur dengan air dingin, jadi suhunya menjadi hangat-hangat kuku." Vivi meletakkan baskom tersebut ke atas meja.
Dara menepuk-nepuk tangannya seraya tertawa senang. Tanpa merasa curiga Dara mencelupkan kedua tangannya ke dalam baskom.
"Rasakan ini. Suruh siapa lo nyentuh-nyentuh obat-obatan itu. Gue bakal mensterilkan tangan lo dengan air mendidih ini." Vivi menahan tangan Dara yang hendak menjauh dari baskom yang berisi air mendidih.
"Panas tante. Panas, tolong lepaskan tangan Dara." Di dalam hati, Dara berteriak kesakitan.
Vivi tertawa senang saat melihat kedua tangan Dara yang mulai melepuh.
"Kali ini lo bakal kesusahan menggunakan bahasa isyarat. Dengan kata lain suami gue gak perlu capek-capek jadi translator lagi.""Papa tolong Dara, ini sangat panas. Dara gak kuat," batin Dara.
Setelah puas melihat penderitaan Dara, vivi melepaskan genggaman tangannya yang menahan kedua tangan Dara. Dia tersenyum senang saat melihat kedua tangan Dara yang melepuh sangat parah.
"Tangan gue udah terkontaminasi oleh bakteri yang sangat menjijikkan." Vivi beralih mencuci tangannya dengan setengah botol sabun cuci tangan cair.
Dara tertawa melihat kedua tangannya yang melepuh parah. Menangis? Dara sangat ingin, tapi tak pernah bisa. Sungguh kedua tangannya sangat perih dan sakit saat ini.
Vivi meninggalkan Dara di dapur tanpa memperdulikan luka yang didapat Dara.
"Astagfirullah, Non. Kenapa tangannya?" tanya Mbok Siti_Pembantu saat melihat Dara menatap kedua tangannya yang melepuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angelman [END]
Teen Fiction[Angelman series 1] Aku ingin tau rasanya menangis. Aku ingin menangis saat suasana sedih. Aku ingin menangis saat disakiti. Adara Fredella Ulani adalah penderita angelman syndrome. Dia tak bisa menangis meskipun takdir hidupnya menyedihkan. Hanya...