Chapter 21 | Roti cokelat 📌

692 81 14
                                    

Di malam hari Fariz sering merasa lapar, ia tak mau makan dirumah kecuali siang hari. Karena di siang hari pembantu yang memasaknya. Mengatasi masalah perutnya itu dia berjalan kaki menuju supermarket depan.

Tujuannya hanya untuk membeli roti cokelat dan sekotak susu coklat. Dia enggan membeli mie instan, sebab itu makanan tak sehat dan berbahaya jika dikonsumsi terus menerus.

Setelah mendapatkan keduanya, ia mengantri di depan kasir untuk membayar. Namun, di depannya malah terdapat drama kasir sombong melawan nenek-nenek tua. Masalahnya hanya uang dari si nenek tersebut kurang, dan dia meminta total belanjaannya dengan berlutut.

Awalnya Fariz merasa tak perlu ikut campur. Namun tak sengaja matanya melihat ke arah luar di mana di sana terdapat gadis dengan kursi roda, sayangnya wajahnya tak dapat ia lihat. Kenapa gara-gara melihat dia Fariz malah mengingat Dara?

"Dasar bodoh, ngapain gue inget si cacat sih" batin Fariz menggerutu.

Tak tega melihat hinaan yang dilontarkan Mbak kasir kepada nenek tua itu, akhirnya Fariz bertindak dengan memberikan kartu kreditnya kepada mbak kasir untuk membayar belanjaannya dan milik nenek tua tadi.

Tak disangka nenek tua tadi pergi ke supermarket bersama Dara. Fariz awalnya terkejut saat melihat Dara didepan supermarket, tapi yang membuatnya sangat terkejut adalah ketika melihat kedua tangan Dara dibalut dengan serbet.

"Besok lo gak boleh masuk sekolah!"

Dara menggelengkan kepalanya tak setuju, dia tak ingin berada di rumah sangat lama. Cukup pulang sekolah saja dia berada dirumah.

"Lo tuh bisu dan tangan sedang terluka! Emang bisa lancar sekolah?"

Dara tersenyum menanggapi ucapan Fariz.

"Non Dara. Itu ada benarnya, sebaiknya non istirahat di rumah saja"

Fariz baru teringat dengan roti dan susu kotak rasa coklat. Dia mengeluarkan kedua makanan tersebut lalu memakannya.

"Lo mau?" tanya Fariz saat melihat Dara menatapnya tanpa berkedib.

Dara tersenyum lalu mengangguk anggukkan kepalanya antusias.

"Beli sendiri!"

Mbok Siti bangkit dari tempat duduknya.
"Mbok beliin makanan itu di dalam ya non. Tunggu du__"

"Duduk aja nek. Saya cuman bercanda," ucap Fariz menyuruh Mbok Siti duduk kembali.

Fariz menyuapi Dara dengan roti tawar bekas gigitannya. Awalnya Fariz tak sadar kalau yang dimakan Dara adalah roti bekasnya.

"Udahlah, anggap aja gue ngasih makan anak kucing" batin Fariz saat baru sadar bahwa roti yang ia suapi adalah bekas gigitannya.

Dara mengunyah roti dengan sangat semangat. Dia sangat lapar karena hanya makan pagi hari tadi, malam ini dia tak sempat makan karena insiden air panas tadi.

"Lo lapar atau doyan?" tanya Fariz kesal saat Dara meminta roti lagi padahal dia sudah hampir menghabiskan roti tawar milik Fariz.

Dara tersenyum sambil memejamkan kedua matanya.

Deg

"Nih minum biar gak sering senyum gak jelas kek orang gila," Fariz mencoba membuat Dara berhenti tersenyum. Sebab jika Dara tersenyum sambil memejamkan matanya terlihat sangat cantik, apalagi didukung dengan pipi tembemnya.

"Mbok disini kok kayak obat nyamuk ya?" goda Mbok Siti yang merasa kehadirannya tak dianggap oleh dua sejoli ini.

"Uhuk uhuk."

My Angelman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang