Chapter 39| a shocking fact📌

754 70 26
                                    

"Woyy anjirr sialan lu," pekik Galang saat Kenzie mencubit lengannya.

"Suttttt. Entar Dara bangun," bisik Kenzie selemah mungkin.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar rawat inap Dara. Tadi, setelah Vian menghubungi Kenzie ia bergegas kemari tentunya bersama Galang. Awalnya Kenzie ingin pergi sendiri namun Galang memaksa ingin ikut. Katanya malas di rumah.

Galang menutup mulutnya agar tak menimbulkan suara. Keduanya kemudian duduk di sofa yang berada di samping bangsal. Kenzie mengamati Dara dari dekat, luka di sekujur tubuh Dara seketika membuatnya nyilu.

"Huaaa itu pasti sakit banget," pekik Kenzie tak sadar.

Galang sontak menutup mulut dengan tangannya. "Jangan berisik, gue tadi dicubit gara-gara berisik," cibir Galang.

Kenzie memukul tangan Galang agar segera melepaskan tangannya.
"Tangan lo bau tau gak, ah sialan lu," ujarnya setelah sepenuhnya terbebas dari tangan Galang.

"Oh tadi tangan gue bekas cebokan gak dicuci dulu. Sorry."

Sontak hal tersebut membuat Kenzie melotot tak terima, segera mungkin ia membersihkan mulutnya takut kuman dari tangan Galang masih menempel. Bagaimana nanti jika bibirnya monyong lima senti gara-gara ulah Galang?

Dara yang sedari tadi tengah tertidur membuka matanya setelah mendengar suara perdebatan antara dua orang. Matanya melirik ke arah sofa, di sana ia mendapati Kenzie dan Galang yang kedapatan cekcok.

"Dara bangun!" pekik Galang saat menyadari mata Dara terbuka, bibirnya juga tersenyum ke arah mereka.

Kenzie yang masih sibuk membersihkan mulutnya langsung sigap melompat ke samping Dara. Ia tersenyum bangga sebab lebih dulu sampai dan langsung menduduki kursi yang sudah tersedia.

Galang berdecak kesal dengan aksi Kenzie yang terlalu tiba-tiba.
"Zie. Lu mah gak asik, mainnya curang terus," keluh Galang tak terima.

"Siapa cepat dia dapat bosku."

Tak ingin menimbulkan masalah lebih lanjut, Galang memilih mengalah. Dia memilih duduk selonjoran di atas sofa panjang tadi. "Sorry nih. Nanti lu kalau mau tidur di situ aja ya, gue mau tidur di sini," ucap Galang lantas mengambil posisi rebahan.

Kenzie menoleh ke belakang, wajahnya menyiratkan rasa tak suka. "Biarin. Gue mau tidur sama Dara," ucap Kenzie seraya memeletkan lidahnya.

"Kalian jangan berantem. Dara pusing mendengarnya."

"Maaf chagiya. Salahin Galang tuh, selalu bikin masalah," ucap Kenzie melimpahkan semua kesalahan kepada Galang.

Bukannya marah, Galang malah tergelonjak kaget saat mendengar Kenzie memahami bahasa isyarat. Saking kagetnya dia sampai jatuh ke bawah. "Kapan lu paham bahasa isyarat, Zie? Kursus di mana lu?" tanya Galang heboh sendiri.

Kenzie tersenyum ke arah Dara.
"Kenzie kan ingin memahami isi hati Dara, makanya harus paham bahasa isyarat dong," ucapnya sedikit menyindir Galang yang notabenenya tidak paham sama sekali.

Galang bangkit dari atas lantai, ia mengusap bokongnya yang terasa nyut-nyutan. "Pamer aja teros sampai mampus."

Dara tertawa menanggapi pertengkaran antara Kenzie dan Galang.

Galang mengambil kursi lalu membawanya ke sebelah kiri Dara, kemudian ia duduk sembari menatap, memainkan alisnya agar Kenzie merasa kesal. "Lu di kanan, gue di kiri. Adil kan kalau begini."

"Terserah!"

Kenzie menatap kepala Dara yang diperban. "Kepala Dara kenapa?" tanyanya penasaran.

My Angelman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang