Chapter 14 | Waktu luang 📌

744 81 4
                                    

Setelah insiden kemarin, kelas X-A masih sangat kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa dari mereka yang tak mengetahui alasan sebenarnya Dara meninggalkan pentas, menggunjing dan menyalahkan Dara atas semua yang terjadi. Kemarin setelah Dara pergi dan tiba-tiba tirai pentas tertutup banyak penonton yang kecewa termasuk guru-guru.

"Kalau bulan gara-gara Dara, kelas kita udah jadi kelas dengan penampilan terbaik tau gak sih?"

"Tapi, kenapa bisa Dara tidak seprofesional itu ya."

"Sudahlah teman-teman. Yang terjadi biarlah berlalu, gue yakin alasan Dara meninggalkan pentas tak seremeh yang kita kira," sergah Galang, sebagai ketua kelas yang baik dia tak akan membiarkan kelasnya jadi pecah belah.

"Inceran baru mah selalu dibela, murahan banget sih jadi cewek," cibir Eriska yang merupakan mantan dari Galang. Sampai saat ini dia masih belum bisa move on dan merelakan Galang begitu saja. Tunggu saja nanti, dia akan membuat Galang kembali lagi dalam pelukannya.

Galang menggertak giginya kesal, apakah dia salah hanya ingin menjadi penengah dari kesalahpahaman yang terjadi dikelas ini? "Pokoknya gue gak mau denger lagi kalian ngomongin yang nggak-nggak tentang Dara. Kita masih belum tau alasan sebenarnya dia pergi kemarin," ucap Galang.

Fariz berdecak kesal mendengar dan melihat cekcok di pagi hari yang sangat tidak berfaedah ini. Memangnya kenapa sih harus menggunjing orang? Seperti tak punya kerjaan lain saja.

Tapi ngomong-ngomong soal Dara, Fariz juga ikut penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin dia pergi jika tidak ada alasan mendesak. Apalagi orang yang menjemput Dara penampilannya terlihat acak-acakan dan matanya memerah.

Fariz menatap ke arah kursi disampingnya, dia menghela napas lalu melihat ke kursi di mana Kenzie duduk. Di sana ia juga tak melihat Kenzie. Apa mereka berdua dalam masalah? Apakah Dara baik-baik saja saat ini?

Kelas kembali senyap dan rapi saat wali kelas X-A memasuki kelas. Banyak para siswa yang kebingungan mengapa tiba-tiba wali kelas mereka menghampiri mereka.

"Woy lu lakuin kesalahan gak sih?"

"Jangan-jangan gara-gara kemarin."

"Matilah kita semua."

"Drama apa lagi sekarang?"

"Selamatkan lah kami semua ya Allah."

"Siapa sih yang cari gara-gara disaat-saat seperti ini?"

"Anjirr gue gak bisa napas di sini."

Brak

Satu gebrakan meja membuat semua penghuni X-A hampir terjungkal saking kagetnya. Mereka semua menundukkan kepalanya takut melihat nenek sihir datang ke kelas. Aura mistis dan mengintimidasi terasa cukup kental saat Bu Ajeng menatap tajam.

"Kalian pasti bingung kan? Kenapa saya ada disini?" tanyanya dengan nada sangat dingin. Bahkan saking dinginnya kutub utara masih kalah jika dibandingkan dengan beliau.

Hening

Tak ada satupun anak yang menjawab pertanyaan dari Bu Ajeng. Jangankan menjawab bernapas saja seakan sulit sekarang.

"Jujur saya sangat kecewa karena insiden kemarin. Tapi, saya lebih kecewa saat kalian cuman diam sendiri disini tanpa tahu apa yang menimpa Dara."

Fariz menoleh cepat ke arah Bu Ajeng, dia merasa sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada Dara. "Kan kita gak tau jadinya diem, Bu," ujar Fariz enteng.

Satu-satunya siswa yang tidak takut dengan kekilleran Bu Ajeng hanya Fariz, dia tak pernah kelihatan takut atau gemetar saat Bu Ajeng berbicara dengan nada begitu dingin dan sorot mata tajam.

My Angelman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang