21+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
[ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ]
"Kau setuju jika aku mengabadikan moment ini?" tanya Rafael meletakkan sebuah kamera yang menyorot fokus ke arah...
Dengan nafas memburu Mikayla semakin melebarkan kedua pahanya membiarkan Rafael menghujamnya keras di bawah sana. Mikayla mungkin lelah, tapi ia tidak ingin menghentikan permainan panas mereka pagi ini.
"Akkhh.." desah Mikayla mencengkram lengan keras Rafael kuat ketika dirinya dan Rafael keluar bersamaan.
"Aku mencintai mu." ucap Mikayla mengedipkan matanya nakal kemudian langsung menutup matanya. Rafael terkekeh pelan melihat Mikayla yang sudah jatuh pingsan namun masih sempat menggodanya tadi.
Usai melepaskan penyatuan mereka, Rafael menatap ke arah tubuh Mikayla yang terlihat berantakan. Dress wanita itu bahkan belum terlepas sempurna dari tubuhnya. Tapi payudaranya sudah menyembul menggoda dengan kissmark yang di tinggalkan Rafael disana.
Bibir Mikayla bengkak karena ulahnya dan kedua kaki wanita itu masih terbuka lebar. Memperlihatkan kewanitaannya yang memerah dan basah karena cairan cinta mereka tadi.
Rafael meraih tissue kemudian membersihkan kewanitaan Mikayla hati-hati. Sesekali mencubit klitoris menggoda wanita itu gemas kemudian mengecupnya singkat.
"Aku berhasil membuat mu pingsan dan lupa tentang kematian Melvin, 'kan?" ucap Rafael menatap wajah polos Mikayla dengan senyuman di wajah tampannya. "Aku akan melakukannya terus jika pria itu kembali mengusik pikiran mu."
- - -
"R, aku akan pulang nanti."
Suasana meja makan hening beberapa detik setelah Mikayla mengatakan keinginannya. Dengan jemari saling tertaut ia melirik Rafael yang baru saja meneguk air putih, "Kau yakin, sayang?"
Mikayla mengangguk pelan, "Mommy pasti menyimpan banyak pertanyaan, dan aku harus datang ke pemakaman Melvin."
Rafael terdiam mendengar bibir Mikayla yang kembali menyebut nama pria brengsek itu. Bahkan setelah mati sekali pun pria itu masih mengusik pikiran Mikayl-nya.
"Baik lah, perlu aku antar?" tanya Rafael mengusap pipi Mikayla lembut, "Jika kau ada waktu luang."
"Aku selalu memiliki waktu untuk mu." balas Rafael kemudian mengecup bibir Mikayla lembut dengan mata terpejam. Bahkan Rafael bisa merasakan rasa yogurt yang sedikit asam dari bibir Mikayla karena wanita itu baru usai sarapan salad buah.
"Emmhh.. sudah."
Dengan nafas memburu Mikayla menjauhkan wajahnya dari jangkauan Rafael kemudian mencium sudut bibir kekasihnya singkat dengan mata yang terlihat sayu. "Aku akan menemani mu ke pemakaman pria itu nanti."
"Terima kasih, sayang." bisik Mikayla memeluk leher Rafael erat sambil sesekali mendaratkan kecupan di leher kekasihnya.
Satu jam setelah bermanja-manja dengan Rafael, kini Mikayla sudah berada di mansionnya. Mendengarkan ceramahan Kate soal aksi kaburnya karena Jacob saat itu.
"Kau mengerti, sayang?" tanya Kate lembut sambil mengusap surai panjang putrinya, "Ya, Mommy." jawab Mikayla datar tanpa mau menoleh ke arah Daddynya yang baru saja tiba dari kantor.
"Mommy akan mengurus Daddy mu dulu. Istirahatlah, jangan lupa soal pemakaman Melvin besok."
Dan disinilah Mikayla berada, di dalam mobil mewah milik Rafael yang sejak tadi sudah berada di parkiran pemakaman Melvin. Ada puluhan bahkan ratusan orang yang mengerumuni makam pria itu.
Keluarganya, kolega bisnisnya, pegawai kantornya, dan begitu banyak penggemar Melvin disana.
Mikayla yang menatapnya dari dalam mobil saja sudah merasa sesak nafas. Bisa di bayangkan jika ia memaksa turun maka penggemar pria itu, yang tidak menyukai dirinya akan langsung menyerbunya.
"Kau mau turun sekarang?" tanya Rafael menyentuh tangan Mikayla lembut ketika pemakaman mulai sepi. Wanita itu tersentak kemudian mengangguk pelan sebagai jawaban.
Bersedih atau kehilangan mungkin bukan kata yang tepat mewakili perasaan Mikayla. Nyatanya ia hanya sedikit, um.. terkejut? kematian pria itu sangat tiba-tiba.
Entah mengapa mata Mikayla terasa memanas melihat tanda salib bertuliskan nama Melvin di hadapannya, "At rest in the arms of Jesus, Melvin." ucapnya pelan sambil mengusap lembut ukiran nama Melvin.
Beberapa meter di belakangnya Rafael menatapnya, ada secercah kebahagiaan pada bola mata biru yang tertutup kacamata hitam pria itu. Namun mata berbinar itu menajam ketika seseorang membisikkan sesuatu di telinga wanitanya hingga tubuh Mikayla menegang.
"Kau adalah pembunuh yang sebenarnya, Mikayla."
- - -
Hi !
Btw aku ada new story guys! teen mature gituhh😛
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mau aku publish kapan? atau ada yg kepo sama description ceritanya?😛
Tenang aja, ada "Distance" doesn't mean aku akan lupa soal "BACKSTREET" hell no. i promise✌🏼 sebagai cadangan cerita kalian waktu "backstreet" belum update😛🤸🏽♂️
comment "next" until 100+ comments and minimal 80+ votes special for the next chapter! see you!👋🏽🤡