3,2 [ end ]

137K 3.7K 123
                                    

"Kenapa baru mengatakannya, R?" tanya Magdaline tak habis pikir dengan tingkah Rafael yang merahasiakan hubungannya dengan Mikayla. Pantas saja saat itu Rafael mencari Mikayla hingga menelponnya.

"Kay ingin merahasiakannya." jawab Rafael malas. Tubuhnya benar-benar butuh istirahat sekarang tapi membahas ini lebih penting sebelum kedua orangtuanya pergi ke acara launching lipstick yang diadakan Mikayla hari ini.

"Tentu saja. Ia pasti malu memiliki kekasih sepertimu." ujar Maximillian enteng kemudian menatap putranya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Berantakan." komentarnya yang di balas dengusan malas Rafael.

"Aku tidak peduli. Aku akan melamarnya nanti." ucap Rafael membuat Magdaline tersenyum menatapnya.

"Selesaikan dulu anak perusahaan diIndonesia. Hanya pria bodoh yang meninggalkan pekerjaan hanya karena kekasihnya tidak menjawab telpon."

"Dad!"

- - -

Mikayla tersenyum manis menyapa host yang akan mewawancarainya. Berbicara lancar penuh percaya diri di hadapan banyak orang dan kamera yang menyorot dirinya.

Melempar beberapa pertanyaan padanya soal launching lipsticknya yang katanya terlalu tiba-tiba. Ia hanya tidak suka orang lain mengetahui list mimpinya, orang lain akan tau ketika ia berhasil mewujudkannya.

"Aku sudah menggilai lipstick sejak dulu. Aku hanya perlu lipstick untuk menjadi percaya diri." ujar Mikayla pada seorang wanita yang mewawancarainya sekarang.

"Kau merasa bangga dengan pencapaianmu?"

"Tentu saja. Tapi tidak lupa juga pada peran Nency yang mau ku repotkan selama ini." ucap Mikayla membuat Nency memutar bola matanya malas. Memangnya bagaimana caranya menolak permintaan Mikayla? bagaimanapun juga Mikayla tetap bosnya.

Mikayla tersenyum tipis menyambut orang-orang yang memberinya ucapan selamat sekaligus memuji lipstick miliknya.

"Sayang, congrats." ucap Kate memeluk tubuh Mikayla lembut, mengusap lengan putrinya karena merasa dengan pencapaian Mikayla. Putrinya itu berhasil mewujudkan mimpinya sejak dulu.

"Thank you, Mommy." ujar Mikayla balas memeluk Kate singkat kemudian beralih memeluk James erat. "I'm so proud of you, princess." bisik pria itu membuat Mikayla ingin menangis saja sekarang.

Dan di ujung ruangan, ada Rafael yang menatap Mikayla intens.

Mulai dari ketika wanita itu di wawancara, menyapa semua orang, memeluk kedua orangtuanya, bahkan sekarang ketika Mikayla berbincang hangat dengan Daddy dan Mommynya.

Mikayla akan bersamanya nanti, sesuai rencana yang telah ia susun pada Magdaline tadi.

- - -

Jam sudah menunjukkan pukul 10.

Baik Rafael yang baru saja sampai tadi dan Mikayla yang baru usai membersihkan riasan wajah dan dirinya. Tapi ini tidak bisa ditunda lagi, Rafael merindukan kekasihnya.

"How was your day, baby?" tanya Rafael memeluk tubuh Mikayla dari arah belakang membuat wanita itu tersentak beberapa detik sebelum kembali menormalkan dirinya.

"Biasa saja." jawab Mikayla singkat

"Seriously? kau marah pada ku?" tanya Rafael membalik tubuh Mikayla agar menatapnya. Meneliti wajah cantik kekasihnya yang terlihat letih.

"Kau tanyakan saja pada dirimu sendiri." ujar Mikayla membuang arah pandangannya, muak melihat Rafael yang bahkan tidak merasa bersalah karena ucapannya waktu itu.

"Maaf, sayang."

"Sayang," panggil Rafael meraih wajah Mikayla lembut, mengusap bibir bawah kekasihnya kemudian menyatukan bibir keduanya.

Mencecap rasa masing-masing kemudian saling membelit dan bertukar saliva di dalam sana.

"Eemhh.." lenguh Mikayla merasakan hisapan Rafael di leher jenjangnya dan remasan pria itu di payudaranya.

"Aku merindukan mu. Demi Tuhan." bisik Rafael melempar pajamas dress yang di pakai Mikayla kemudian menjalankan bibirnya menuju lipatan seksi kekasihnya.

Menggoda kewanitaan Mikayla dengan gigitan-gigitan kecil disana.

"Aahh."

"Godhhh.." desah Mikayla semakin menekan kepala Rafael yang tengah menghisap miliknya tanpa ampun.

"Aahh!"

Dan Rafael mulai bergerak di dalam Mikayla dengan lembut, memompa miliknya di dalam lubang Mikayla dengan tempo yang sengaja ia mainkan menggoda Mikayla.

"R, pleasehhh.." ujar Mikayla menatap Rafael sayu, memohon sebuah pelepasan pada kekasihnya.

"As you wish, baby girl." jawab Rafael kemudian mempercepat gerakannya. Meremas bukit kembar Mikayla yang bergerak mengikuti gerakannya dengan gemas.

"Aahhh!!" desah keduanya kuat sambil menyemprotkan cairan masing-masing.

Rafael mengecup dahi Mikayla lama sebelum beranjak meninggalkan Mikayla yang masih terengah-engah karena pelepasan hebatnya barusan.

Kekasihnya itu masih diam dengan nafas memburu ketika Rafael meraih jemarinya lembut, dan memasangkan sebuah cincin di jari manisnya.

"Apa maksud mu?"

"Mine." bisik Rafael mengecup tangan Mikayla kemudian memeluk tubuh polos wanita itu erat. Dan Mikayla tersenyum tipis dalam dekapan Rafael karena mengerti maksud pria itu.

Jadi, apa Mikayla sudah boleh mengatakan pada dunia bahwa Rafael adalah miliknya?

- - -

- END -

iya beneran end😅

saya benar-benar kesulitan membuat ending sebuah cerita. Maaf kalau agak aneh dan terkesan buru-buru, ada yang setuju kalau saya buat extra part?

75+ comments setuju dan extra part tentang mereka akan saya publish secepatnya.

see you!💗

BACKSTREET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang