Sudah lewat satu minggu sejak kejadian di pemakaman Melvin, dan kini Mikayla sudah cukup tenang. Ia tidak terlibat sama sekali dengan kematian Melvin, lalu mengapa ia justru takut?
Selain itu, sudah satu minggu pula Mikayla berada di mansion besar Rafael. Ia bahkan tidak pergi ke mall ketika bosan karena begitu banyak paparazzi yang mengincarnya di luar sana. Entah itu menanyakan soal dirinya yang tiba-tiba menghilang dari dunia modelling, atau soal kematian pria yang sempat di kabarkan dekat dengannya.
Jika di ibaratkan dengan binatang, mungkin nasib Mikayla sudah sama persis dengan seekor burung yang terkurung di dalam sangkar emas.
Mikayla tidak ingin munafik. Berada di mansion Rafael membuatnya merasa seperti ratu. Di mansion keluarganya ia memang di layani, tapi di mansion kekasihnya semua orang seolah benar-benar tunduk dengannya. Semua itu karena kekuasaan milik Rafael.
Tapi hari ini tidak lagi. Mikayla berniat kabur dari mansion Rafael dan kembali ke apartmentnya. Ia sudah cukup bosan selama satu minggu ini tanpa kegiatan berarti, dan ia baik-baik saja. Jadi menurutnya tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi.
Ia hanya ingin merasakan bagaimana hingar bingar club setelah beberapa minggu ini bertingkah seperti remaja polos. Bukan Mikayla sekali.
Saat ini Mikayla tengah duduk di hadapan sebuah cermin besar di dalam ruangan walk in closet Rafael. Memoles wajah cantiknya dengan make-up, tak lupa ponselnya yang sudah ia matikan sejak tadi.
"Nona, anda ingin pergi kemana?"
Tubuh Mikayla menegang kemudian menatap maid yang berani menghentikan langkahnya dengan tajam, "Mengunjungi Rafael." jawabnya kemudian melangkah cepat menuju mobilnya.
Setelah berulang kali menarik nafas panjang dan merapalkan doa, Mikayla langsung meninggalkan mansion Rafael dengan kecepatan sedang menuju apartmentnya.
Mikayla sangat tidak sabar ingin menghabiskan malamnya hari ini di sebuah club langgananya. Lalu besok siang ia akan mengunjungi kantor Rafael dan merayu pria itu agar tidak marah padanya. Semuanya sudah tersusun rapi di kepala cantiknya.
Entah seberapa mewahnya mansion Rafael dan seberapa empuknya ranjang pria itu, apartment Mikayla adalah pemenangnya. Tentu saja jika di lihat dari segi kenyamanannya. Di apartmentnya tidak ada maid satupun karena memang Mikayla tidak ingin mempekerjakan mereka.
Jam di apartmentnya kini sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Mikayla tengah berkutat di depan Tv dengan semangkuk buah alpukat berisi oatmeal dan segelas susu miliknya.
Dengan semangat Mikayla berlari ke arah kamarnya, mengganti pajamas biru yang tadi ia gunakan menjadi sebuah dress seksi sebelum berangkat menuju club sesuai rencananya tadi.
Dan di sinilah Mikayla berada, di parkiran sebuah club yang menjadi tujuannya.
Mikayla melangkah penuh percaya diri memasuki club dengan ponsel yang berada di tangannya. Benda canggih itu baru ia aktifkan tadi dan ratusan panggilan dari maid Rafael dan juga pria itu langsung masuk ke ponselnya.
Tapi Mikayla tidak peduli, setidaknya untuk malam ini ia akan bersenang-senang.
Rasanya ia ingin langsung berlari ke dance floor dan bergerak liar di sana. Tapi jangan lupakan bahwa Mikayla adalah seorang model terkenal dan anak dari seorang pengusaha yang menjadi sorotan dunia. Dimanapun ia berada citranya yang utama.
"Berikan aku segelas wine."
Bartender itu mengangguk kemudian langsung menyiapkan anggur untuk Mikayla yang terlihat senang berada di tengah-tengah club.
Satu gelas.
Dua gelas.
Tiga gelas.
Empat gelas.
"Satu gelas lagi." ucapnya dengan kesadaran yang berangsur berkurang, tapi Mikayla masih sadar. Kandungan alkohol dalam wine hanya sekitar 8% dan ia cukup sering minum wine.
Seorang pria mendekat ke arah bartender yang tengah menyiapkan wine untuk Mikayla, berbisik pelan dengan lipatan cek ratusan dollar yang terselip di jarinya.
Bartender itu terlihat ragu namun tak urung mengangguk, menyerahkan segelas anggur dengan jenis berbeda pada Mikayla yang langsung di teguk habis oleh wanita itu.
Tenggorokan Mikayla langsung terasa panas dengan kepala yang mulai terasa pusing. Maklum saja, bartender itu langsung memberikannya Brandy dengan kadar alkohol 60% yang tidak pernah ia minum sebelumnya.
Dua gelas.
Dan kesadaran Mikayla sudah sepenuhnya hilang.
"Jadi wanita ini yang membuat kakak ku tergila-gila? cukup menarik." ucap seorang pria yang sejak tadi sudah memperhatikan Mikayla kemudian membawa tubuh lemas wanita itu meninggalkan club.
- - -
Mau kejutan lain dipart selanjutnya?
90+votes for next part😋jangan lupa follow account aku untuk dapetin info soal cerita aku!🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [COMPLETED]
Romance21+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] "Kau setuju jika aku mengabadikan moment ini?" tanya Rafael meletakkan sebuah kamera yang menyorot fokus ke arah...