Mikayla tengah sibuk bergaya di depan kamera dengan kilatan lampu yang menyorot dirinya. Mikayla yang sempurna.
Hampir semua orang dalam ruangan itu mengakuinya. Mikayla yang memang cantik, terlihat sangat sempurna ketika ia di sandingkan dengab semua kemewahan yang ia dapatkan sejak lahir.
"Kau ingin melihat hasil fotonya, Nona Fairysh?" tanya Justin, sang photographer yang nampak sibuk dengan kamera di tangannya. "Tidak. Kau pilih saja yang terbaik." ucap Mikayla membiarkan assistantnya, Mandy, membersihkan make up yang ada di wajahnya.
Ponselnya sudah menunjukkan pukul 3 sore, pantas saja tubuhnya sudah mulai terasa lelah saat ini. Jika orang-orang berpikir menjadi model adalah hal yang mudah, maka Mikayla akan senang hati memberikan pekerjaannya.
Harus berganti pakaian puluhan kali dalam sehari, berpose berjam-jam hanya untuk satu foto, mengurangi berat badan, bahkan menahan lapar selama beberapa jam sebelum berlenggak-lenggok di hadapannya banyak orang.
Wajar saja Rafael sering memaksanya makan dan membatalkan jadwalnya yang memang sangat padat. Ngomong-ngomong soal Rafael, ia jadi teringat pertengkarannga dengan pria itu. Rafael belum menghubunginya hari ini.
"Rafael ada menelponmu?" tanya Mikayla melirik ke arah Nency kemudian kembali fokus membiarkan Mandy kembali memoles wajahnya dengan make-up,
"Tidak. Kita akan meeting mengenai kontrak dengan brand parfume setelah ini," ucap Nency yang kemudian terlihat menjauh dengan ponsel menempel di telinganya.
Managernya terlihat sangat sibuk saat ini, bisa saja saat Rafael menelpon Nency tidak mendengarnya 'kan?
"Kau ingin memakai warna yang mana?" tanya Mandy yang terlihat memegang beberapa lipstick milik Mikayla di tangannya, "Aku akan memakainya sendiri, siapkan salad ku." ucap Mikayla mengambil semua lipstick yang ada di tangan Mandy kemudian memoles bibirnya dengan lipstick seharga puluhan juta pemberian Rafael beberapa waktu lalu.
Mikayla memainkan ponselnya bosan sambil mengunyah salad sayur yang di suapkan oleh Mandy, wanita itu tengah sibuk memilih foto dirinya yang akan ia posting di instagramnya hari ini.
"Yang ini atau yang ini?" tanya Mikayla memperlihatkan ponselnya yang menampilkan dua gambar dirinya pada Mandy,
"Kau terlihat cantik di setiap foto mu, Mikayla." kata Mandy tersenyum tulus, Mikayla Fairysh memang cantik di lihat dari segi manapun. Dengan atau tanpa make-up, wanita penggila lipstick itu selalu terlihat nyaris sempurna.
Mikayla tersenyum kecil mendengar ucapan Mandy, ia tak akan munafik dengan mengatakan dirinya membenci pujian. Mikayla senang di puji namun tidak berlebihan, apa lagi ketika Rafael yang-- sialan.
"Jangan mem-posting hal yang akan membuat mu berada di headline berita, Mikayla." ucap Nency berhasil melunturkan senyum di wajah Mikayla.
Wanita itu menatap Nency tak suka lewat pantulan cermin kemudian kembali menunduk dengan ponselnya,
MikaylaFairysh blue sky and a salty tan
Mikayla kembali tersenyum tipis ketika ribuan orang mulai membanjiri postingannya dengan komentar yang rata-rata memuji dirinya yang katanya terlihat sempurna.
Ia mulai merindukan seseorang yang berada di balik foto yang baru ia posting.
Mikayla menggeleng ketika Mandy hendak menyodorkannya salad, wanita itu meneguk air mineral miliknya. "Ayo." katanya kemudian berjalan meninggalkan Mandy dan Nency yang buru-buru mengikuti langkahnya.
- - -
Mikayla terlihat mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju mansion Rafael, ketika meeting tadi entah kenapa ia mulai berpikir yang tidak-tidak mengenai kekasihnya itu.
Drrrttt.. drrtttt.. ddrrttt..
"Ya?"
"..."
"Aku tidak bisa pulang hari ini, Dad. Aku--"
"..."
"Okay. Fine!"
Mikayla melempar ponselnya kasar kemudian memutar balik mobilnya menuju mansion kedua orangtuanya, kemudia kembali melajukan mobilnya cepat karena ancaman yang di layangkan James Alexander pada putri kecilnya.
- - -
spam "next" for chapter 1.8
pada setuju kalau next chapter aku publish besok?😛
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [COMPLETED]
عاطفية21+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] "Kau setuju jika aku mengabadikan moment ini?" tanya Rafael meletakkan sebuah kamera yang menyorot fokus ke arah...