3,0

94.3K 3.4K 38
                                    

Kehidupan Mikayla kembali berjalan seperti semula setelah kejadian malam itu. Entah di mana Calvin berada sekarang Mikayla tidak peduli. Lagi pula kejadian itu sudah terjadi 6 bulan yang lalu, pasti pria itu sudah mendekam di penjara.

Belakangan ini ia tidak memiliki banyak waktu bersama Rafael. Karena kesibukannya di dunia entertainment dan kekasihnya yang kini sibuk menambah anak perusahaan bisnisnya. Pria itu bahkan jarang menghubunginya, membalas pesannya saja jarang.

"Apa makanannya tidak enak, sayang?"

Mikayla tersentak merasakan sentuhan di punggung tangannya kemudian menggeleng sambil tersenyum tipis, "Tentu saja enak, Mom. Aku suka." jawabnya cepat kemudian melanjutkan acara makannya dengan terpaksa.

"Ada yang mengganggu pikiran mu?" tanya James membuat Mikayla menoleh, kemudian mengernyit.

"Maksud Daddy?"

"Kau dengan--"

"Orang-orang di sekitar mu dalam dunia entertaint. Ada yang mengganggu mu?" potong Kate meremas tangan James kemudian menatap Mikayla yang terlihat bingung dengan kedua orangtuanya.

Apa mereka berniat menjodohkannya lagi?

"Berhenti menjodohkan ku, Mom." ujar Mikayla meletakkan gelas miliknya di atas meja. Menatap kedua orangtuanya malas kemudian beranjak menuju kamarnya dengan cepat dan diam.

"Kami tidak bermaksud, sayang." ujar Kate yang hanya di anggap angin lalu oleh Mikayla.

Sepertinya Mikayla harus mengatakan hal itu pada Rafael. Rasanya tidak masalah jika ia memiliki hubungan dengan Rafael. Toh mereka hanya saudara jauh, selama ini hanya Mikayla yang terlalu berpikir negative soal restu dari kedua orangtuanya.

Mengatakan soal perjodohan pada Rafael mungkin ide bagus, agar pria itu segera pulang dan menikahinya. Bukannya terus menerus menambah cabang perusahaan di negara orang lain.

- - -

"Hi, Nency." sapa Mikayla menggulingkan dirinya di atas ranjang dengan rambut basahnya usai keramas.

"Ada apa, Kay? kau pasti membutuhkan sesuatu."

Mikayla terkekeh pelan mendengar ucapan Nency di seberang sana. Managernya itu pasti tengah sibuk sekali menata semua jadwalnya yang berantakan.

"Tidak, kok. Hanya merindukan mu." ujar Mikayla tersenyum konyol menatap langit-langit kamarnya. Ia mulai bosan melihat model kamarnya yang begitu-begitu saja.

"Ayolah, Kay. Aku mengenal mu, ada yang kau butuhkan?"

Mikayla menghembuskan nafas panjang dengan berlebihan, "Aku butuh liburan."

"What!?"

"Ya, memangnya kenapa?"

"Kau ingin liburan di saat nama mu sedang di atas awan? seriously, Kay?"

Mikayla memainkan jari lentiknya yang terlihat tidak secantik dulu karena kesibukannya. "Hmm.. aku hanya bosan. Aku butuh perawatan."

"Aku akan mengirim Mandy dan salon ke rumah mu sekarang. Jangan khawatir." ujar Nency cepat sebelum model kesayangannya itu mengatakan alasan tidak masuk akal lainnya.

Mikayla terkekeh pelan, "Okay."

"Jangan lupakan yang lipstick mu akan launching minggu depan."

Dan Mikayla langsung terpekik senang mendengarnya. Akhirnya! Ini yang paling ia tunggu-tunggu selama ini. Ingat jika Mikayla adalah orang yang sangat menggilai lipstick? akhirnya setelah sekian lama ia berhasil mengeluarkan lipstick miliknya sendiri.

Setelah mematikan sambungan telepon Nency dengan seenaknya, ia beralih mencari nama seseorang di ponselnya. Menghubunginya dengan semangat yang amat tinggi dan rindu yang mulai tidak bisa ia tahan. Okay, Mikayla berlebihan. Tapi ia tidak bohong soal merindukan Rafael.

"Ha--"

"Kay, aku sedang sibuk sekarang. Aku akan menghubungi mu nanti."

Senyum lebar yang tadi menghiasi wajahnya langsung hilang mendengar ucapan Rafael. Ia bahkan belum mengatakan satu katapun.

"Tapi R, aku ada info penting. Please. Sebentar saja."

"Okay. Katakan."

"Lipstick ku akan launching minggu depan! Kau tau aku sangat--"

"Itu sangat tidak penting, Mikayla. Aku akan menghubungi mu nanti."

Dan panggilan langsung terputus begitu saja.

"Itu sangat tidak penting, Mikayla. Aku akan menghubungi mu nanti."

"Itu sangat tidak penting, Mikayla."

"Sangat tidak penting."

Rasanya ucapan Rafael soal mimpinya tadi terus berputar di kepalanya. Rafael tau bahwa selama ini ia sangat menanti-nanti saat ini tiba, lalu apa katanya tadi? sangat tidak penting? sialan.

Brak!

Ponsel mahal yang tadi ia remas kini sudah terlempar keras menabrak meja riasnya. Tidak ada kata nanti yang di katakan Rafael. Pria itu tidak perlu menghubunginya nanti.

Mikayla membenci Rafael.

- - -

fyi, cerita ini akan segera berakhir🤗
jadi tinggalkan comments manis disetiap partnya sebelum end yah🥰

95+ votes for the next part
see you!💗

BACKSTREET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang