BACKSTREET [COMPLETED]

2,3

Happy reading!

Mikayla langsung terduduk tegap melihat sebuah berita dari account informasi online yang tengah ia baca saat ini.

Pebisnis muda Melvin Geraldo mengalami tabrakan tunggal tadi malam.

TABRAKAN TUNGGAL PEBISNIS MELVIN GERALDO.

Putra sulung Geraldo di temukan dalam keadaan tak bernyawa di dalam mobilnya.

Tangan Mikayla gemetar melihat bagian depan mobil mewah milik Melvin yang terlihat rusak parah karena kecelakaan tunggal pria itu.

Selama beberapa detik, Mikayla terdiam dengan tatapan kosongnya. Ia memang ingin Melvin pergi dari hidupnya, tapi bukan dalam artian pergi dari dunia ini untuk selamanya.

"Menyingkirkan parasit."

Mikayla menegang mengingat ucapan Rafael tadi malam ketika pria itu baru saja tiba di rumah. Ia baru sadar akan maksud dari kalimat pria itu hari ini, apa Rafael sengaja menyabotase mobil Melvin?

"Menyingkirkan parasit."

"Menyingkirkan parasit."

"Menyingkirkan parasit."

"Tidak mungkin." desisnya dengan mata memanas dan tangannya yang meremas ponsel semakin kuat.

"Rafael bukan pembunuh."

"Nona, anda baik-baik saja?"

Mikayla menatap tajam seorang pelayan yang berani menyentuh bahunya kemudian menghempasnya kasar hingga wanita tua itu tersentak kaget,

"Kemana perginya Rafael tadi malam?" tanya Mikayla dingin

"Nona, Tuan Rafael tidak--"

"Kemana!?" teriak Mikayla keras bersamaan dengan air mata yang menetes membasahi kedua pipinya.

"Sayang, apa yang kau lakukan?"

Mikayla menoleh dan langsung berlari ke arah Rafael yang baru saja keluar dari lift di mansionnya. Dengan erat Mikayla mengcengkram jas hitam pria itu,

"Hey, apa yang terjadi hm?" tanya Rafael lembut

"Katakan pada ku, kemarin malam kau bertemu dengan rekan bisnis mu 'kan?" tanya Mikayla menatap bola mata Rafael dalam mencari kebohongan dari kekasihnya.

Melvin memang mengganggunya, tapi membunuh pria itu? Mikayla tidak pernah berpikir sejauh itu.

"Ya, sayang. Ya. Apa pria itu kembali menghubungi mu?" tanya Rafael merapikan rambut Mikayla yang berantakan, wanita itu menggeleng cepat kemudian kembali menangis. "Dia--dia meninggal." lirih Mikayla kemudian kembali memeluk Rafael erat. Menangis dalam dekapan pria itu.

Tanpa Mikayla sadari, Rafael tersenyum kecil mendengarnya. Ternyata Rafael tidak perlu menyentuh Melvin untuk menjauhkan pria itu dari Mikayla-nya.

"Itu takdir Tuhan, sayang. Kenapa menangis?" tanya Rafael mengusap pinggang ramping Mikayla naik turun dengan lembut. "Aku tidak tau." jawab Mikayla menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Rafael. Memeluk tubuh besar kekasihnya erat.

Rafael terkekeh kemudian memilih membawa Mikayla kembali ke kamarnya. Menjatuhkan bokong indah wanita itu di atas meja kemudian meremas bulatan sintal itu sensual, "Jangan menangisi pria lain di hadapan ku, sayang."

Mikayla mengangguk kecil, "Maaf." lirihnya dengan suara pelan.

"Eemhhh.." lenguh Mikayla membiarkan Rafael menghisap leher jenjangnya dengan keras. Mikayla sibuk mendongak memberikan akses luas untuk Rafael menghisap lehernya.

Bahkan kini kedua kaki Mikayla sudah membelit tubuh Rafael agar semakin menempel dengan tubuhnya.

Mikayla menatap mata Rafael yang kini mulai menggelap dengan mata sayunya. Dengan gerakan pelan, tangan lentik Mikayla mengusap lembut gundukan milik Rafael yang terlihat menonjol karena gairahnya yang terpancing.

"Buat aku pingsan dan melupakan kematian Melvin dengan ini, R." bisik Mikayla menggigit cuping telinga Rafael dengan nakal. Jemarinya bahkan sudah berani meremas kejantanan Rafael.

Pria itu tersenyum miring kemudian menaikkan bawahan dress Mikayla sebatas perut hingga miliknya yang masih terbalut g-string dan sudah basah terlihat.

"Disini sudah basah, sayang. Apa yang harus aku lakukan?"

- - -

Gimana? ada yang bersyukur Melvin pergi selamanya?

Menurut kalian ini akhir cerita atau justru awal konflik? 😛👁

90+ votes and comment for part 2,4 see you!👋🏽❤️