Rafael meremas ponsel miliknya dengan marah ketika tidak ada satupun pelayannya mengetahui kemana perginya Mikayla tadi. Apartment wanita itu kosong dan ponselnya sulit di hubungi sejak tadi.
"Dasar bodoh!" maki Rafael usai memukul keras wajah satpamnya yang dengan tolol membiarkan Mikayla meninggalkan mansionnya. Tanpa Rafael bahkan tanpa penjaga yang mengikutinya.
Pelayan di mansionnya bahkan tidak memberikannya informasi soal Mikayla yang katanya sudah meninggalkan mansionnya sejak tadi siang. Dan sungguh sial karena hari ini Rafael harus meeting hingga malam hari dan sangat terlambat menyadari kepergian Mikayla.
Kebetulan yang sangat sial.
Ingatkan ia nanti untuk memecat sekretaris, pelayan, dan satpam di rumahnya. Jika saja sekretarisnya tidak mendesaknya untuk meeting tadi mungkin Rafael akan tiba di rumah lebih cepat dan sekarang Mikayla sudah ia temui.
Jika saja pelayan menelponnya tadi siang mungkin sekarang Mikayla sudah berada di hadapannya. Dan satpam, jika saja satpam bodohnya tidak membuka gerbang untuk Mikayla pasti wanitanya itu masih berada di mansionnya sekarang.
Bagaimana bisa ia mempekerjakan manusia kurang akal semacam itu?
Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, entah apa yang tengah di lakukan Mikayla di luar sana sekarang. Atau kemungkinan terburuknya adalah apa yang terjadi dengan Mikayla sekarang. Wanita itu terlalu polos, dan bodoh.
Sialan. Rafael benci ketika dirinya tidak mampu membuat Mikayla tinggal dan menurut padanya.
Berbeda dengan Rafael yang sibuk menghajar pelayannya, Mikayla justru tengah tertidur pulas di atas sebuah ranjang dengan dengkuran halus. Seorang pria yang membawanya terlihat menggulung kemeja hitam yang ia gunakan hingga sesiku.
"Cantik sekali. Pantas saja Melvin tergila-gila dengan mu." ucap pria itu mengusap pipi lembut Mikayla dengan jemarinya yang terasa dingin.
Wajah tampan pria itu kembali di hiasi sebuah senyum tipis melihat Mikayla yang melenguh pelan dan terlihat tidak berdaya di bawah kuasanya. Wanita bernama Mikayla Fairysh itu ternyata sangat cantik.
Nyaris sempurna bahkan. Tidak ada celah sedikitpun untuk menelisik kekurangan di dalam wajah cantiknya. Apa perlu ia jelaskan bagaimana cantiknya wajah Mikayla yang sedang tidak berdaya ini?
Baiklah. Mikayla begitu cantik dengan bibir tipis, hidung mancung, dan mata coklat tajam miliknya yang justru terlihat memukau ketika menatap lawan bicaranya. Tapi kali ini, yang bisa ia lihat adalah bulu mata lentik wanita itu.
Sempurna untuk Mikayla tidak hanya terletak di wajahnya. Tapi juga bentuk tubuhnya yang proposional, tentu saja, ia seorang model terkenal.
Payudara wanita itu sintal menantang di balik mini dress yang ia kenakan, bahkan gundukan itu terlihat mengintip malu-malu. Pinggang ramping dan bokong bulat menonjol miliknya benar-benar membuat Mikayla terlihat seperti gitar spanyol.
Menggoda dan begitu cantik.
"Terlalu sempurna untuk seorang pembunuh." bisik pria itu tajam kemudian dengan berani mencium bibir Mikayla. Melumat, menggigit, dan mulai membelit lidah Mikayla berani.
"Eemhh.." lenguh Mikayla mulai membuka matanya ketika pasokan oksigen di sekelilingnya terasa berkurang.
Entah semabuk apapun dirinya, ia masih bisa mengenali sosok di hadapannya. Bukan Rafael atau Melvin. Tapi pria yang ia temui di pemakaman saat itu, Calvin Geraldo.
Mikayla mendesis ketika menyadari bahwa kedua tangannya terikat kuat di kedua sisi ranjang. Sedangkan pria bernama Calvin itu semakin berani melecehkan tubuhny.
"Stophhhh.." lenguh Mikayla berusaha memberontak ketika tangan berotot Calvin bergerak mengusap tubuh rampingnya.
Calvin berdecih pelan, "Jika aku puas dengan tubuh mu, aku akan membunuh mu besok. Jika tidak, kau akan mati hari ini." ucap Calvin kemudian merobek mini dress Mikayla kasar.
Meremas payudara Mikayla kuat kemudian mendaratkan kecupan basah di perut ratanya. "Aahh.."
"Apa kakak ku sudah pernah merasakan ini?" tanya Calvin mengusap lipatan di antara kedua paha Mikayla dengan gerakan sensual. Hanya benda berbentuk segitiga itu yang kini menutupi tubuh Mikayla.
"Hentikhhannn, sialan!"
Calvin kembali terkekeh mendengar umpatan Mikayla. Wanita itu menatapnya tajam seiring dengan air mata yang mulai menetes dari sudut matanya. Seperti katanya tadi, Calvin begitu menyukai tatapan tajam Mikayla. Begitu tajam dan menggoda hingga ia tertarik menaklukannya.
"Melvin akan bangga melihat ku berhasil menyetubuhi mu dari atas sana."
- -
Well, gimana part ini?
90+ votes for the next chaptersee you!
❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [COMPLETED]
Romance21+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] "Kau setuju jika aku mengabadikan moment ini?" tanya Rafael meletakkan sebuah kamera yang menyorot fokus ke arah...