[END] Pada akhrinya kebenaran tentang perasaan yang menjadi tapak langkah selanjutnya untuk kisah cinta mereka.
Persahabatan tidak diciptakan untuk lawan jenis.
Lalu, apa yang bakal lo lakuin saat ada diposisi harus memilih. Antara, Cinta dan Persah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dek! Sini cobain kue Mamah."
Clara berjalan sempoyongan dari arah sofa, hari liburnya harus terganggu karena dipaksa bangun pagi oleh sang Mamah yang sedang mencoba resep kue.
"Gimana enak engga?"
Yang ditanya itu hanya mengangguk lemas dan meraih segelas susu di meja pantry.
"Kamu hari ini pergi?"
"Hm, sama Chaeyeon. Dia ngajak nongkrong di coffe shop."
Hyekyo mengangkat loyang dari dalam oven dan menyajikannya diatas meja, "Suho mau nikah."
"HAH- UHUK!"
"Pelan-pelan makannya."
"NIKAH?!"
Mamah tiga anak itu langsung memasang wajah kesal, "bisa santai?"
"KECELAKAAN MAH?!"
"Astagfirullah, enggalah! Orang udah rencana mau nikah dari sepuluh bulan yang lalu, kamu ini bikin Mamah jantungan aja!"
Wajah mengantuknya langsung hilang seketika berubah menjadi serius, "sepuluh bulan lalu? Aku kemana aja, kok gatau?"
"Ya kamu kemana, kok jadi nanya ke Mamah?"
Clara terlihat berpikir, "aku ada. Tapi gaada yang ngasih tau."
"Suho udah ngasih tau Mamah, tapi yang lain juga baru pada taunya baru-baru ini karena situasi kemarinkan lagi ga enak."
"Wah, jantungan aku."
Hyekyo menarik kursi dihadapan Clara dan menyondongkan badannya, "kamu sama Jaehyun kapan nyusul?"
"Nyusul kemana?"
"Nyusul Suho sama Irene, kapan?"
"Kemana?" tanya ulang Clara malas-malasan.
Mamahnya hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, "sekali lagi aja nanya kayak gitu. Mamah getok pake loyang kepala kamu!"
"Gatau ah Mah! Mamah tau kan Jaehyun dulu gimana, emang ga takut anak gadisnya nikah sama orang kayak gitu?"
"ORANG KAYAK GITU?! MAKSUD KAMU!"
Clara yang tersentak kembali membelakan matanya, "apasih Mah!"
"Bener-bener yah mulut kamu ini! Orang kayak gitu? Jaehyun itu orang baik, sangat-sangat baik sampai Mamah bersyukur dia bisa selalu ada disamping kamu! Awas aja kalau sekali-kali lagi kamu ngeluarin kata-kata itu!"
"Iya Mah, iya. Percaya Clara."
"Yang terburuk bisa jadi yang terbaik. Percaya sama Mamah."
Entahlah, bisa atau tidak Clara terbebas dari berbagai pikiran-pikiran tidak mengenakkannya itu.
