"Gue tau lo lagi cape makanya bilang gitu, gue tau Jae." Sahut Chaeyeon yang sama sekali tidak terkejut dengan ucapan Jaehyun untuk menyetujui rencana Clara.
Lelaki itu menggeleng, "gue gabisa maksain."
"Ini salah satu sifat yang wajar saat seseorang mau menikah, apalagi Clara di kondisi yang seperti itu." Jelas Chaeyeon, "pengalamannya membuat dia memberikan citra yang buruk soal pernikahan. Gue nebak isi pikirannya, dia selalu berpikir kalau dirinya membangun rumah tangga, maka kejadian serupa di masa lalu akan dialaminya."
Jaehyun mengangguk, "gue udah ribuan kali meyankinkan dia. Tapi sekarang, gue beneran cape. Gue ga minta dia mengerti soal kondisi gue, tapi setidaknya tolong jangan bikin gue kayak gini." Ujar lelaki itu dengan lirih, "apa yang harus gue lakuin? Semua upaya untuk meyakinkan dia udah gue coba, sehari jawabnya mau, besoknya tiba-tiba berubah. Pusing kepala gue, gue juga cape kayak gini. Gue harus ngurus ini, ngurus itu, gue ga minta dia buat bantuin. Tapi tolong ngerti, ini otak gue, badan gue, semuanya mau ambruk tau ga."
Johnny mengeluarkan nafas lirih, "iya gue ngerti. Mending suruh dia tenang dulu sebentar atau mungkin kita lanjut besok?" sarannya pada gadis disamping.
"Omongin sekarang aja, Chae." Jawab Jaehyun tegas, dirinya memang berbicara seperti itu. Namun, sebenarnya hati dan pikirannya sedang mencari cara untuk membuat Clara kembali luluh. Mulutnya memang berucap 'terserah' padahal hatinya gundah, takut jikalau pernikahan ini benar-benar tak terjadi.
"Lo tenang dulu," ucap Chaeyeon. "Clara 'tuh sebenernya mau nikah sama lo, dia juga ketakutan kehilangan seorang Jaehyun. Tapi rasa takut dan cemas tentang masa lalunya selalu menghantui dia, kejadian perselingkuhan dan kehancuran rumah tangga orangtuanya 'kan memang belum lama terjadi. Saat ini bisa dibilang kalau mental Clara masih terguncang hebat dan itu wajar adanya, masalah yang dia hadapi juga bukan masalah kecil." Jelasnya dengan sangat serius.
"Gue ngerti, sangat-sangat mengerti."
Gadis itu mengangguk, "sekarang tinggal lo pilih. Mau gue yang jelasin ke Clara, atau lo aja?"
Jaehyun memejamkan matanya dengan erat, "gue kehabisan akal."
Johnny tersenyum, "buat dia menilai kalau pernikahan tidak selamanya berakhir pada kehancuran tapi banyak juga yang berakhir bahagia."
"Siapin sesuatu untuk dia, Jae." Suruh Chaeyeon, "selama lo mempersiapkan sesuatu. Gue yang bakal ngobrol sama Clara soal permasalahan ini."
Jaehyun terdiam, memikirkan rencana apa yang kira-kira bisa meluluhkan Clara. Waktunya benar-benar tidak lama lagi, kalau sampai gadis itu masih tidak mau menikah dengannya. Maka lelaki itu akan menyerah untuk kali ini.
"Gue gatau lagi harus pake cara apa, kali ini gue bakal bawa Bunda buat ngomong sama dia."
"Buset! Lo nyuruh nyokap yang ngomong ke Clara?"
"Iya, udah bodo amat. Buru anter gue nyiapin bunga biar dia ga terlalu panik," ajak Jaehyun menarik lengan baju milik Johnny.
Chaeyeon hanya bisa menggeleng melihat tingkah kedua lelaki itu, dirinya langsung bergegas untuk menemui Clara dan Jungwoo di salah satu restoran untuk makan siang bersama. Masalah ini memang tidak melibatkan dirinya, namun ia merasa memiliki keinginan besar untuk membatu meluruskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL. | Jaehyun ⌈✔」
Fanfiction[END] Pada akhrinya kebenaran tentang perasaan yang menjadi tapak langkah selanjutnya untuk kisah cinta mereka. Persahabatan tidak diciptakan untuk lawan jenis. Lalu, apa yang bakal lo lakuin saat ada diposisi harus memilih. Antara, Cinta dan Persah...