"Aku bakal janjiin kebahagiaan disetiap harinya untuk kamu, jangan takut untuk melangkah bersama. Aku yang bakal memberikan kebahagiaan dalam rumah tangga, aku bakal bina keluarga kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kamu ga perlu ragu."
Kata-kata yang sampai hari ini terus terngiang-ngiang dalam pikiran Clara, entah mengapa tiba-tiba saja rasa ragu akan pernikahan muncul disaat akad akan dilaksanakan dua minggu lagi.
"Permisi Non, ada temennya dibawah." Ucap salah satu Mbak yang bekerja di rumah Clara dan Mamahnya.
Dengan cepat gadis itu mengambil tas diatas kasur, "makasih Mbak." Ujarnya menuruni tangga dengan cepat. "Mah, Clar pergi sama Jungwoo mau nyamperin Chaeyeon."
"Jaehyun ikut?" tanya sang Mamah yang dibalas dengan gelengan lembut. "Kenapa? Berantem kalian?"
"Hah? Berantem apaan, dih." Jawabnya sinis, "aku ada urusan sama mereka."
Memang bukan berantem, hanya saja Clara yang sedang mencari gara-gara. Calon pengantin itu benar-benar memusingkan temannya, karena keputusan untuk menikah tiba-tiba saja mau ia batalkan.
"Gila, yah!" cecar Jungwoo saat temannya itu masuk kedalam mobil. "Lo kenapa lagi 'sih? Penyakit sinting lo kambuh?"
Clara bergidik sambil menarik sabuk pengaman, "ayok. Chaeyeon udah nungguin," ujarnya menepuk bahu temannya itu. "Gimana tugas di rumah sakit?" tanya gadis disampingnya sesaat mereka menikmati perjalanan di dalam mobil.
Sebelum menjawab, nafas gusar Jungwoo terhembus penuh beban sampai Clara menoleh khawatir. "Gila, bener-bener beda sama apa yang gue bayangin."
"Kebayang sih, koas, pengalaman pertama, pasien, darah, belajar, ugd, tugas malam. Gue tau gaada yang mudah untuk dilalui dari hal itu," ujarnya menebak-nebak apa yang menyulitkannya selama di tahap profesi.
Clara sudah banyak mendengar cerita dari seniornya di kampus, tahap profesi benar-benarlah berat. Ilmu yang pernah dipelajari selama berkuliah benar-benar diterapkan, dengan keadaan dan kondisi yang nyata. Jam tidur sudah lagi tak menentu, dikeadaan yang harus tetap terjaga, mereka juga harus tetap fokus membaca buku untuk belajar terus menerus tanpa henti. Sudah tak aneh jika koas berangkat pagi dan pulang dua hari setelahnya ke rumah, keadaannya sama seperti zombie.
"Jujur, sih, gue ga terlalu terbebani sama keadaan ini. Karena gue tau, ini salah satu perjalanan yang perlu gue lewati untuk mencapai tujuan gue. Tapi emang, gue gabisa bohong sama kondisi badan gue sekarang, cape, lemes dan kadang terbesit pikiran untuk nyerah." Kata-katanya terpotong, Jungwoo menggeleng kecil sebelum melanjutkan perkataannya. "Disaat pikiran itu datang, gue selalu mencoba kuat padahal sebenarnya engga. Gue takut Clar, gue takut mereka marah dan datang mencaci-maki gue lagi."
"Buktiin aja Wu, lo bisa jauh lebih tinggi derajatnya dari pada keluarga lo yang lain. Kasih lihat ke mereka, kalau lo mampu. Gue bukan tega sama lo, ngebiarin lo di perlakukan rendah sama keluarga sendiri. Memberontak gaakan ada hasilnya, yang ada lo bakal rugi, sedangkan mereka cuman merasa kecewa. Saran dari gue, jangan buat diri lo rugi, tetap buat mereka bangga, dengan jadi apa yang mereka mau, itu juga berdampak hasilnya untuk lo. Derajat? Lo bisa sama tingginya kayak mereka, kalau posisinya udah sama tinggi. Cara lo balas dendam juga bisa jauh lebih berkelas, balas mereka dengan kesuksesan lo. Itu cara terampuh," jelas Clara meyakinkan Jungwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL. | Jaehyun ⌈✔」
Fanfiction[END] Pada akhrinya kebenaran tentang perasaan yang menjadi tapak langkah selanjutnya untuk kisah cinta mereka. Persahabatan tidak diciptakan untuk lawan jenis. Lalu, apa yang bakal lo lakuin saat ada diposisi harus memilih. Antara, Cinta dan Persah...