PART 17 : Kemarahan

5.8K 718 59
                                    

"Jadi pah?" mulai Clara yang sudah mengambil posisi duduk di antara Suho dan Sehun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi pah?" mulai Clara yang sudah mengambil posisi duduk di antara Suho dan Sehun.

"Ini temen Papah." Ucap Jongki membuat kedua anak lelakinya tertawa.

Clara langsung menoleh kebingungan.

Sebenarnya, kedua Kakaknya itu sudah tau tentang perselingkuhan Papahnya dari satu tahun yang lalu.

Mereka memilih untuk diam dan menyembunyikannya, bukan tanpa alasan mereka bertindak seperti itu. Tapi demi perasaan dua wanita berharga di dalam keluarga, Clara dan Hyekyo.

"Kakak tau?"

Suho menelan ludah saat di tatap begitu tajam oleh Clara, "waktu di rumah sakit Kakak udah bilang."

"BILANG APA?!" tanya Clara kesal. Karena sepertinya hanya dia yang tidak tau apa-apa disini.

"Sut, gausah teriak-teriak." Tegur Sehun, "kamu ga perlu tau apa yang terjadi. Ini rumit."

Clara membelakkan mata, "maksudnya aku ga perlu tau?"

Sehun menghembuskan nafas lalu menatap Suho seperti memberikan sebuah sinyal, "gue yang jelasin?" tanya Suho pada Adik lelakinya yang dibalas dengan anggukan. "Papah aja yang jelasin, kenapa dia selingkuh."

"Dek, mendingan gausah di bahas. Ini bener-bener ga perlu di cari tau apa permasalahannya." Ujar Sehun pada Clara.

"Mamah hampir mati kemarin, aku yang nyaksiin semua kejadiannya di depan mata. Gimana bisa ga aku permasalahin?!" tanya Clara. "JELASIN DONG PAH! JANGAN DIEM AJA!"

"Percuma, dia punya banyak pembelaan. Gaakan ngaku, walau udah di pergokin di hotel." Gumam Suho pelan yang masih bisa terdengar jelas oleh Clara.

"Jelasin Pah!"

Jongki berdiri dari duduknya, "kamu gausah tau. Ini yang terbaik untuk kamu. Papah cuman minta kamu ngerti sama apa yang kamu lihat kemarin dan hari ini."

"Ngerti?" tanya Clara berdiri. "Papah nyuruh aku ngerti?" ia tertawa meremehkan lalu menatap Jongki dengan tajam. "Atas kejadian dimana Mamah hampir aja mati. Papah minta aku untuk mengerti? BAHKAN TANPA PENJELASAN SEDIKITPUN?! Kalian minta aku tetap ngerti tanpa tau apa permasalahanya? Tau ga gimana bingungnya aku mencerna kejadian kemarin? Hati aku sakit, liat orang yang paling aku sayang tergeletak tanpa perlawanan di habisi orang, dan parahnya yang ngelakuin itu adalah Papah!!"

Daren memejamkan mata, "Papah minta maaf." Dirinya menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "ini Helen. Papah selingkuh sama dia."

"Wih, official nih pake dikenalin sama anak-anaknya. Mau segera di resmikan? Sebagai Nyonya di rumah?" tanya sehun dengan sinisnya.

Clara menghembuskan nafas secara perlahan, dirinya mencoba mengeluarkan sedikit demi sedikit rasa sesak dihatinya. "Ini yang harus aku ngertiin?"

"Ini terjadi begitu aja, Clar. Papah minta maaf." Ucap Jongki dengan sungguh-sungguh menatap anak perempuannya.

Persaaan Clara benar-benar hancur, hatinya seperti patah tak berbentuk. Dia tak pernah sekalipun menyangka kejadian buruk ini akan menerpa hidupnya.

Masalah dimana Mamahnya terluka masih membuat dirinya syok, ditambah dengan pernyataan dari sang Papah yang mengakui perselingkuhannya.

"Apa alasan Papah selingkuh?" tanya Clara dengan sangat tenang. Bahkan disaat seperti ini dirinya masih tidak ingin terlihat lemah dengan guyuran air mata.

"Karena memang saya yang lebih pantas bersanding dengan Papah kamu." Ujar Helen tersenyum melihat mata Clara yang sudah mulai memanas, nafasnya kini sudah semakin menggebu.

"Atas hak apa, anda merebut bagian dari kami?" tanya Clara. "Butuh berapa banyak uang? Ingin kekuasaan apa? Saya tidak bodoh, saya tahu anda butuh sesuatu dari Papah."

"Clara!" sentak Jongki.

Nama yang disebutnya itu langsung menyunggingkan bibir, "okay. Kayaknya air mata gaakan bisa lupain masalah ini, jadi mending kita habisin langsung dengan cara yang ekstrim. Ouh ya, kamu." Tunjuk Clara pada Helen, "sepertinya Papah tidak pernah menceritakan betapa kejamnya saya saat marah 'yah?"

Tatapan Suho dan Sehun melebar menggambarkan ekspresi penuh kepanikan, Adiknya ini melebihi setan bila sudah marah. Apapun bisa ia lakukan, termasuk membunuh.

"Patahkan leher, kaki, atau tangannya. Kak, kira-kira mana duluan?" tanya Clara mulai berjalan mendekat pada perempuan yang masih saja duduk diatas sofa dengan santai.

"Clara." Panggil Jongki yang was-was dengan pergerakan anaknya.

Langkah Clara yang semakin mendekat tentu saja mendapatkan hadangan, "udah." Pinta Papahnya dengan tatapan lembut.

Kepalan tangan langsung melayang memukul wajah lelaki paruh baya itu dengan tenaga yang sangat keras hingga membuatnya terjatuh. "Aku habisin dia dulu, abis itu giliran Papah. Tentu menggunakan cara yang sama, cara waktu Papah mukulin Mamah." Ucap Clara santai melewati badan Jongki.

Gadis itu mendekatkan bibirnya pada telinga Helen, "sekalipun kamu mati. Dunia ini akan bungkam, jasad kamu bakal lenyap tanpa ada yang tau. Dan ada fakta yang lebih seru. Saya suka sekali liat orang tersiksa, maka dari itu saya gaakan buat kamu mati langsung hari ini. Saya bakal buat, anggota tubuh kamu satu-satu menghilang. Lalu menyaksikan betapa menderitanya kamu, serukan?" ujar Clara tertawa. Tangan gadis itu langsung menarik rambut Helen hingga dirinya mendongak, "kamu salah memilih bermasalah dengan saya." Ujarnya lalu menjatuhkan badan wanita itu ke lantai, Clara mulai membabi buta menonjok dan menendang Helen. "Buat kamu mati gaakan pernah menghapuskan luka di hati saya, tapi setidaknya saya bisa merasa lega menyaksikan penderitaan kamu." Vas bunga diatas meja terlempar hingga pecah. Clara langsung mengambil satu pecahan itu, "kamu cantik. Tapi sayangnya kamu terlalu serakah sampai ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain, sayang sekali. Kalau begitu biar saya buat sedikit ukiran di atas muka kamu yah?" tawarnya langsung mengoreskan ujung kaca tersebut pada pipi Helen.

"CLARA!" Tarik Jongki memeluk badan Clara dan menjauhkannya dari wanita yang sudah menangis kesakitan dengan darah di seluruh wajahnya.

"Gimana bisa, Papah dengan santainya jalan dengan wanita ini diposisi Mamah sekarat di rumah sakit?"

Jongki tak menjawab, Clara menyelusuri ujung ruangan untuk mengambil tongkat baseball. "Papah selingkuh, disini posisinya Papah yang salah. Kenapa bisa malah Mamah yang disiksa?"

Papah Clara langsung berlutut di depan sang anak, "maaf. Papah salah."

"Seandainya maaf bisa mengembalikan keadaan, aku bakal maafin." Senyum Clara, "tapi faktanya. KATA MAAF AJA GAAKAN PERNAH BUAT SITUASI INI TERLUPAKAN!!!" teriak Clara langsung melayangkan tokat digenggamannya pada kepala Jongki.

Melihat keadaan yang semakin kacau, Sehun langsung menarik benda yang di pegang Adiknya itu, "Clara. Cukup," pintanya dengan tatapan tajam.

"Aku gaakan nanya, Papah lebih milih siapa. Karena semisal Papah milih aku, aku gaakan pernah bisa nerima Papah untuk kembali keposisi dulu." Air mata Clara kini mulai turun, "hidup kita gaakan susah walau hanya kehilangan Papah. Kak Suho dan Kak Sehun udah kerja, mamah punya pekerjaan dan aku juga punya pegangan untuk masa depan. Buang Papah gaakan buat kita kekurangan, hanya saja kehilangan sosok kepala keluarga yang dulu pernah mengayomi kita semua. Makasih atas segalanya Pah, Clara gaakan pernah menyesal punya orangtua kayak Papah. Setidaknya dulu Clara pernah bahagia bersama keluarga yang dipimpin oleh Bapak Govinda, walau pada ujungnya hancur berantakan."

REAL. | Jaehyun  ⌈✔」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang