-1- He's Back

5.7K 462 88
                                    

He's Back

Ketika Dino tiba di arrival gate, dilihatnya kedua sahabatnya, Merry dan Syvia, sudah menunggunya. Begitu mereka melihat Dino, mereka melambaikan tangan riang. Dino mendengus pelan. Mereka tidak berubah. Dino menghampiri Syvia dan Merry sembari menaikkan kacamatanya.

"Kamu masih pakai itu?" Pertanyaan itu datang dari Merry.

Dino menatap Merry yang saat itu mengenakan pakaian dengan bagian bahu terbuka. Rambut hitam sepunggungnya diikat dua dengan ikatan longgar di bahunya, mengekspos bahunya.

"Udah kebiasaan," jawab Dino cuek sembari melepas ranselnya untuk melepas jaket. Dino kemudian menyampirkan jaketnya ke bahu Merry.

"Ini kenapa?" protes Merry.

"Biar kamu nggak masuk angin," jawab Dino asal. Syvia mendengus geli di sebelah Merry. Dino menoleh pada Syvia dan tersenyum. "Makasih, kamu udah ikut jemput aku."

"Kalau aku nggak ikut, kamu sama Merry berdua doang jadi nggak nyaman, kan?" balas Syvia tanpa tedeng aling-aling.

Dino tak mengelak, Merry pun hanya meringis. Bahkan setelah lima tahun, kecanggungan itu tetap sama. Setiap tahun, jika Dino pulang dan mereka bertemu, Syvia harus selalu hadir untuk menutupi kecanggungan itu. Dino jadi merindukan masa-masa ketika dulu mereka begitu dekat, tak sedikit pun merasa canggung sebagai sahabat.

Namun, semenjak Dino dan Merry resmi bertunangan enam tahun lalu, Merry tak bisa menyembunyikan ketidaknyamanannya jika hanya berdua dengan Dino. Gadis itu masih belum bisa menerima jika mereka sudah bertunangan dan akan segera menikah. Bahkan hingga saat ini.

Suara tangisan bayi dari stroller di samping Syvia membuat Dino menoleh. Danish, putra Daniel dan Syvia yang hampir berusia satu tahun, mengepakan tangannya ke udara sembari menangis keras. Syvia seketika menggendong bayinya.

"Ssh ... nggak pa-pa, Sayang. Cup cup ... Danish kaget, ya, kebangun di tempat ramai?" Syvia menenangkan Danish. Hebatnya, Danish perlahan mulai tenang dan meringkuk nyaman di gendongan Syvia.

Dino tersenyum melihat itu. Siapa sangka, Syvia yang dulu terkenal mengerikan bisa menjadi ibu yang selembut ini.

"Kita pergi, deh, kasihan Danish," ajak Dino.

Syvia mengangguk. Mereka pun berjalan pergi, Merry mendorong stroller sambil sesekali mencuri pandang pada Dino.

"Kamu mau ngomong sesuatu?" tembak Dino sembari mendorong kopernya.

Merry menggeleng cepat, lalu menatap ke depan. Namun, Dino bisa melihat kening gadis itu berkerut, menunjukkan dia sedang berpikir keras.

"Kamu mau ngomong apa?" kejar Dino.

Merry menoleh hati-hati padanya. "Kamu ... udah punya pacar?"

Dino balik bertanya, "Kamu?" Meski Dino tahu jawabannya. Selama ia jauh dari Merry, ia masih mengawasi Merry.

"Belum," jawab Merry lemas. "Kamu juga belum, ya?" tebaknya.

Dino mengangguk.

Merry menghela napas. "Apa itu berarti, kita beneran akan nikah?"

"Kecuali kamu jatuh cinta sama cowok lain," sebut Dino. "Cuma alasan itu yang bisa diterima papamu buat batalin perjodohan ini."

Merry merengut. "Kamu sendiri, gimana sama cewek yang kamu suka pas SMA dulu? Kamu udah confess? Yakin, nggak pa-pa kamu ninggal dia nikah sama aku?"

Merry mana tahu kalau cewek yang dia bicarakan itu dirinya sendiri.

"Daniel kenapa nggak ikut?" Dino mengalihkan pembicaraan.

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang