Cause You're Here
Merry menatap was-was ketika Dino memasukkan sesuap daging lada hitam masakannya tadi ke mulut. Tak ada reaksi selama tiga detik, sebelum Dino mengernyit.
"Yang ini juga ... gagal, ya?" Bahu Merry terkulai lesu.
Namun, kernyitan Dino berganti senyuman lebar seiring pria itu menggeleng. "Yang ini enak, Mer. Serius enak."
Merry nyaris menangis karena lega. Bahkan, matanya berkaca-kaca.
"Mer? Kamu kenapa? Aku nggak bohong. Ini beneran enak," ucap Dino dalam usahanya menenangkan dan meyakinkan Merry.
Merry mencebik. "Bohong."
"Seriusan, Mer. Kamu udah cobain belum pas masak tadi?" tanya Dino.
Merry menggeleng. "Tadi masih panas."
Dino tersenyum geli. "Kalau gitu, kamu cobain dulu, deh."
Dino lalu mengambil sesendok daging lada hitam dan menyuapkannya ke mulut Merry. Meski ragu, Merry membuka mulut dan memasukkan suapan dari Dino itu. Merry mencoba merasakan daging di mulutnya dan ...
"Enak, No," ucap Merry. "Beneran enak!" serunya takjub.
"Udah aku bilang enak, kok," balas Dino. "Makasih ya, Mer. Sekarang, kalau kita masak, kita nggak perlu masak mie instan buatanku doang."
Merry tersenyum lebar. "Mulai sekarang, biar aku yang masak."
Dino mengangguk. "Selain ini, menu apa lagi yang kamu pelajari selama seminggu kemarin?" tanya Dino.
Merry nyengir. "Cuma itu. Aku seminggu penuh belajar masak itu. Sampai akhir pekan ini kita nggak liburan ke mana-mana."
Dino mengangkat alis. "Serius?"
Merry mengangguk. "Makanya, selama seminggu kemarin juga kan ... kamu cuma nyobain menu ini," sebutnya. Itu pun, semuanya terasa aneh.
Di hari pertama, dagingnya terasa sangat asin. Hari kedua, dagingnya tidak matang. Hari ketiga, dagingnya matang, tapi sayurannya tidak matang. Hari keempat, gosong. Hari kelima, Merry salah memasukkan bumbu. Hari keenam, terlalu banyak lada hingga Dino langsung tersedak ketika menelan suapan pertama. Minggu malam ini, barulah Merry berhasil.
"Mulai minggu depan, aku ikutan kelas masaknya, ya?" pinta Dino.
Merry mengangguk. "Tapi, kenapa kemarin sama hari ini tadi kamu nggak ikut sekalian? Cuma nungguin aku gitu seharian, kamu pasti bosan, ya?"
Dino menggeleng. "Kemarin sama tadi, aku senang aja lihat kamu belajar masak."
Merry mencibir. "Kamu pasti mau ngeledek aku, kan?"
Dino tergelak. "Nggak, lah. Nanti kamu nangis lagi."
Merry mendesis kesal. "Demi kamu, aku rela belajar masak sampai ngelewatin nonton drakor. Selama seminggu ini, aku lebih banyak nonton acara masak-masak atau baca buku masakan, tahu."
Dino menatap Merry, lalu mengusap kepalanya lembut. "Makasih ya, Mer. Kamu emang istri yang sempurna."
Merry tersenyum lebar. "Tunggu aja sampai aku bisa masak segala macam masakan. Kamu pasti terpesona sama aku." Merry mengibaskan rambut.
Dino tersenyum geli. "Sok tahu."
Merry mendesis kesal.
"Minggu depan, kamu mau belajar masak apa?" tanya Dino.
"Mie instan," balas Merry. "Aku akan bikin yang lebih enak dari yang kamu bikin dulu."
Dino menatapnya ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestfriend, My Husband (End)
RomanceFrom bestfriend to husband. Begitulah hubungan Merry dan Dino. Berawal dari perjodohan mereka, persahabatan mereka sejak TK merenggang. Namun, pada akhirnya mereka berakhir menjadi pasangan suami-istri. Merry berusaha memperbaiki persahabatannya de...