-31- You Have My Heart in Your Hand (End)

7.3K 249 111
                                    

You Have My Heart in Your Hand

Dino tersenyum melihat Merry yang tertawa bersama Crystal dan Danish di atas karpet. Mereka bermain bersama dengan baik.

"Finally ..." ucap Syvia yang duduk di sebelah Daniel, mengalihkan perhatian Dino dari Merry. "Lega rasanya Merry udah tahu tentang perasaanmu, No. It's not that bad, right?"

Dino menatap Syvia dan tersenyum geli.

"Lumayan lah, tontonan menyenangkan selama ini," celetuk Daniel.

Dino menatap Daniel sebal.

"Kamu utang yang ini sama Tante," Lyra angkat bicara.

Dino menyipitkan mata. "Aku minta kebahagiaannya Merry, tapi kenapa Tante malah bikin dia nangis?" protesnya.

"Aku nggak ngapa-ngapain dia. Aku cuma kasih tahu dia tentang perasaanmu dan dia nangis gitu aja. Dari sini kita tahu, siapa yang paling nyakitin Merry, kan?" Lyra merentangkan lengan santai.

Dino mengernyit. Ia tak bisa membalas itu. Benarkah perasaannya yang menyakiti Merry?

"Udah, udah," lerai Erlan. "Sayang, dia kan selama ini juga udah tersiksa. Nggak perlu kamu siksa lagi."

"Ya kan, salah dia sendiri. Confess sendiri aja nggak bisa," sinis Lyra.

"Tapi, Tante ngomong apa aja ke Merry? Kok dia bisa semudah itu percaya?" Dino penasaran.

Lyra menghela napas sambil menggeleng-geleng. "Aku nggak tahu gimana kamu bisa bersabar ngadapin dia selama ini. Dia baru paham kalau dijelasin semuanya dengan versi teori macam pelajaran."

Dino tersenyum geli membayangkan bagaimana Lyra melakukan itu. Dino sendiri tak yakin ia bisa melakukannya.

"Makasih, Tante," ucapnya tulus.

"Ya, ya, kamu emang harus berterima kasih banget banget banget ke Tante. It was one of the most challenging thing I ever do." Lyra memutar mata.

"Kamu harus sering main sama Merry, Sayang," usul Erlan.

Lyra melotot kesal pada Erlan. "You seem to have fun here, anyway."

Erlan berdehem. "Jadi, kapan kita mau kasih adik bayi buat Crystal?"

"Satu Crystal masih kurang? Kamu selalu kalah debat sama dia. Kamu pikir, gampang aku nanganin dia sendirian?" Lyra tampak kesal.

"Ya, mau gimana lagi? Dia mirip kamu banget. Aku kan, selalu kalah kalau lawannya kamu," aku Erlan dengan mudahnya.

Dino mendengus pelan. Melihat Erlan seperti ini, Dino iri. Bagaimana bisa semudah itu dia mengaku pada Lyra?

"Kayaknya aku harus belajar banyak dari Om Erlan," aku Dino.

"Jangan belajar hal nyebelin dari dia," tandas Lyra.

"I love you, Lyr," ucap Erlan sembari menatap Lyra.

Lyra menghela napas. "Crystal! Since Mama let you stay here for your holiday, can you help me with something here?"

"Yes, Ma?" Crystal menghampiri Lyra riang.

Lyra mengedik ke arah Erlan. "Do something with your Papa, Baby."

Crystal langsung menatap Erlan dan berkacak pinggang. "Papa gangguin Mama lagi, ya?"

Erlan mengangkat tangan. "I'm giving up, Sweetheart. A hug, maybe?" Erlan merentangkan lengan.

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang