This is Marriage
Sebenarnya, minggu lalu setelah masalah kantor Dino beres, Dino mengajak Merry berlibur. Namun, Dino bilang, dia hanya akan menemani Merry selama dua hari di Korea dan pulang lebih dulu. Tentu saja Merry menolak. Apa gunanya liburan jika ia harus sendirian?
Jadi, selama seminggu ini, Merry menghabiskan harinya dengan hanya menontom drakor, membaca, terkadang ikut acara minum teh dengan nyonya-nyonya perusahaan ini atau itu. Bukan favorit Merry karena isinya hanya para istri yang pamer tentang acara liburan atau pamer barang-barang limited edition mereka.
Merry tak tertarik dengan itu semua. Di dunia ini, hanya ada tiga hal yang menarik perhatiannya. Pertama drama Korea atau film romantis, novel, dan pelajaran. Oh, dua lagi. Dino dan Syvia.
Namun, setelah menghabiskan satu minggu menonton segala macam drakor, Merry mulai bosan juga. Bahkan saat ini pun, ia hanya rebahan di sofa home theatre-nya sambil menatap layar yang gelap. Padahal ini masih jam sepuluh pagi. Sekarang, apa yang akan ia lakukan?
Ah, ia baru ingat, ia belum bertemu Syvia lagi sejak acara makan malam spesial mereka dulu. Merry kembali menemukan semangatnya dan mencari ponselnya. Merry nyaris jatuh terguling dari sofa ketika mencari ponselnya di bawah tubuhnya. Ketika tak menemukannya, Merry melongokkan kepala ke karpet di bawah sofa dan menemukan ponselnya di sana.
Merry mengambil ponsel dan menghubungi nomor Syvia. Namun, ketika Syvia mengangkat teleponnya, Merry mendengar suara tangisan keras Danish.
"Kenapa, Mer?" tanya Syvia di seberang. "Cup cup, Sayang, nggak pa-pa, nggak pa-pa ..." Syvia berusaha menenangkan Danish.
"Danish kenapa, Vi?" tanya Merry cemas.
"Dia habis lempar-lempar mainannya, trus kena kepalanya sendiri, nangis-nangis sendiri," jelas Syvia.
"Oh ... ya udah, aku ke rumahmu sekarang, ya," kata Merry. "Aku bosan di rumah nggak ada temannya. Paling nggak kan, di sana bisa nonton Danish nangis."
"Apa? Kamu tuh ..."
Merry langsung menutup telepon tanpa mendengarkan omelan Syvia sampai selesai. Merry melompat turun dari sofa dan pergi ke kamarnya untuk bersiap pergi.
***
Ketika Dino pulang kerja sore itu, pelayan yang menyambutnya di pintu memberitahu jika Merry tidak ada di rumah. Gadis itu sempat berpesan pada pelayan jika dia pergi ke rumah Syvia. Tanpa berganti pakaian, Dino langsung pergi ke rumah Syvia.
Dino tiba di rumah Syvia bersamaan dengan Daniel yang sepertinya juga baru pulang. Suami Syvia itu menatap Dino heran.
"Ada acara makan malam spesial di sini?" tanya Daniel. Meledek, sebenarnya.
"Merry di sini," jawab Dino pendek.
"Dia nggak kabur dari rumah, kan?" Daniel tersenyum geli.
"Nggak," jawab Dino dalam geraman.
Daniel tertawa kecil ketika mereka berjalan masuk ke rumah. Daniel mengantar Dino ke kamar bermain Danish. Di sana, Dino melihat Merry yang bermain mobil-mobilan dengan Danish. Bahkan, Merry tampak lebih asyik bermain daripada Danish yang kini menonton Merry memutar-mutar mobil pemadam kebakaran di tangannya di udara.
"Jangan kaget. Itu pemandangan biasa di sini," Daniel berkata pelan di sebelahnya.
Dino berdehem. "Dia... sering kayak gitu?"
"Dia juga pernah ikut tidur waktu Danish dibacain dongeng sama Syvia," cerita Daniel.
"Oh. Okay." Dino sudah kehabisan kata-kata untuk berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestfriend, My Husband (End)
RomanceFrom bestfriend to husband. Begitulah hubungan Merry dan Dino. Berawal dari perjodohan mereka, persahabatan mereka sejak TK merenggang. Namun, pada akhirnya mereka berakhir menjadi pasangan suami-istri. Merry berusaha memperbaiki persahabatannya de...