-7- Selamat Menempuh Hidup Baru

3.2K 262 42
                                    

Selamat Menempuh Hidup Baru

"Mer, ini harus banget kayak gini, ya?" tanya Dino sembari berjalan dalam keadaan kedua tangan Merry menutup matanya.

"Biar surprise," jawab Merry. "Aku sendiri nih, yang dekor rumah kita."

Dino terpaksa menurut. Meski ia harus berjalan agak miring karena Merry yang lebih pendek darinya.

"Kita udah di dalam rumah, nih. Siapin hatimu," beritahu Merry.

Dino sudah menyiapkan hatinya sejak semalam. Sejak mereka diresmikan sebagai suami-istri. Sesungguhnya, ia tak begitu terkejut akan kelakuan aneh Merry kali ini. Dino sudah terbiasa dan ia selalu bisa mengikuti tingkah ajaib Merry.

Ketika Merry akhirnya menarik tangannya, Dino menegakkan tubuh, lalu menatap sekeliling rumah barunya. Rumah yang minggu lalu masih kosong itu sudah terisi dengan perabotan bernuansa putih.

"Ayo, kita tour rumah dulu." Merry menggandeng tangan Dino. "Ini ruang tamu," Merry menyebutkan, lalu mengajak Dino ke ruang tengah dengan sofa dan karpet nyaman untuk bersantai, dengan televisi layar datar di sana.

Dari ruang tengah, Merry membawa Dino ke ruang makan dan dapur di sebelahnya. "Meski kita sama-sama nggak bisa masak, tapi kita bisa belajar masak bareng," ucap Merry seraya tersenyum lebar.

"Belajar masak bareng? Okay ..." Dino tak dapat menahan senyum membayangkan betapa berantakannya dapur mereka nanti.

"Sekarang, kita pindah ke ruang kerjamu," Merry berkata sembari lebih dulu meninggalkan dapur.

"Kamu nyiapin ruang kerjaku juga?" tanya Dino heran sembari mengikuti Merry.

Merry mengangguk. "Dari barang-barang yang kamu kirim ke sini kemarin, ada banyak berkas-berkas kerja, buku-buku banyak juga. Jadi, aku siapin khusus ruang kerjamu di bawah. Dari jendelanya kamu bisa lihat langsung ke taman samping. Aku sendiri yang desain tamannya juga. Ada gazebo sama tempat buat duduk-duduk. Kita bisa sarapan di sana," beber Merry.

Dino mengikuti Merry yang masuk ke sebuah ruangan, ruang kerja Dino. Ruang kerjanya juga bernuansa putih. Dino berjalan ke meja kerjanya dan ia sempat tertegun melihat foto-foto berbingkai di meja kerjanya.

"Kemarin aku lihat kamu nyimpan foto bareng aku sama Syvia. Jadi, aku tambahin, deh," beritahu Merry riang.

Dino tersenyum melihat foto kelulusan mereka dari SD sampai SMA. "Thanks, Mer," ucapnya tulus.

Merry lalu menunjuk dinding kosong di depan meja kerja Dino. "Nanti di situ aku pajang foto pernikahan kita."

Dino kembali tersenyum membayangkan itu.

"Kamar-kamar lain di bawah cuma kamar tamu," beritahu Merry ketika mereka keluar dari ruang kerja Dino. "Next, kita ke atas. Aku mau nunjukin home theatre-nya ke kamu. Aku udah lama pengen banget itu, tapi Papa nggak ngizinin ada home theatre di rumah soalnya aku pasti nggak akan pernah keluar dari sana dan lupa makan."

Dino mendengus pelan. "Nanti kalau kamu sampai keasyikan nonton dan lupa makan, aku bongkar, ya, home theatre-nya?"

Merry seketika merengut.

"Jangan sampai lupa makan, makanya," Dino mengingatkan.

Merry mengangguk kuat. "Aku udah nyiapin banyak camilan, kok."

"Makan, Mer, bukan camilan," tegas Dino.

"Iya, iya," sahut Merry cepat. "Yuk, ke atas."

Merry menarik Dino menaiki tangga ke lantai dua. Merry membawa Dino ke home theatre. Begitu Merry membuka pintunya, ia langsung berseru,

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang