-12- Kehidupan Pernikahan yang Tak Biasa

2K 192 42
                                    

Kehidupan Pernikahan yang Tak Biasa

Dino menghela napas lega ketika akhirnya sistem keamanannya selesai di-reset dan diujicobanya sendiri. Pram lawan yang cukup sulit dalam hal ini. Namun, kini Dino tak perlu khawatir tentang cyber security perusahaannya. Lagipula, selama ada Dino di sini, tak akan ada masalah tentang itu.

Dino mengecek jam, sudah sangat larut. Merry pasti sudah tidur. Dino memberesi meja kerjanya, mematikan laptop, lalu meninggalkan meja kerjanya. Ketika ia keluar dari ruangannya, Pram muncul.

"Tentang Wanda ..."

"Kamu awasin dia. Pastiin dia nggak bikin masalah. Dan jangan sampai dia nemuin Merry," pesan Dino.

Pram mengangguk. "Aku bayar orang buat ngikutin Merry nggak pa-pa?"

Dino mengangguk. "Aku balik dulu, kamu juga buruan balik." Dino menepuk bahu Pram sebelum melangkah pergi. Mendadak, ia merindukan Merry. Dino ingin segera pulang untuk melihat wajah gadis itu.

Sepanjang perjalanan, Dino tak bisa berhenti memikirkan Merry. Namun, ketika ia tiba di kamarnya, Dino disambut keterkejutan karena Merry tak ada di tempat tidurnya. Dino mencari di kamar mandi, di wak in closet, tapi Merry tak ada di sana. Dino sudah akan turun ke lantai bawah ketika teringat satu tempat yang belum diceknya.

Dino pergi ke home theatre dan membuka pintunya. Untungnya, Merry tak mengunci pintunya. Dino lega sekaligus kesal melihat Merry berbaring di sofa, dengan layar masih menyala dan volume yang begitu keras. Bagaimana bisa wanita itu tidur di tengah keributan ini?

Dino mencari remote dan mematikan layar, tapi Merry tiba-tiba tersentak bangun. Dino sampai kaget karena gadis itu tiba-tiba langsung duduk.

"No, kenapa dimatiin?" tanya gadis itu dengan suara mengantuk.

"Kamu kenapa tidur di sini, Mer?" Dino balik bertanya.

"Ketiduran," jawab Merry. Gadis itu menguap sambil mengangkat tangan ke udara, meregangkan badan. "Kamu baru pulang dari kantor?"

Dino mengangguk. Merry lalu menoleh ke arah jam dan memekik kaget.

"Kamu baru pulang jam segini?" Merry melotot pada Dino.

Dino meringis. "Karena masalah kemarin," terangnya.

Merry tampak murung dan tangannya terangkat ke kepala Dino, mengusapnya lembut. "Pasti kamu capek banget, ya?"

Dino menggeleng. "Kamu sendiri, seharian di rumah aja nggak bosan? Gara-gara aku, acara liburanmu batal, kan?"

Merry juga menggeleng, lalu menunjuk layar lebar di depan mereka. "Kan ada itu," katanya.

Dino tersenyum geli. "Tapi, kamu nggak ngelewatin makan malam, kan?"

Merry menggeleng. "Kamu? Udah makan?"

Dino menggeleng. "Ini aku mau makan."

Merry tampak semakin murung. "Aku pengen masakin kamu, tapi aku nggak bisa masak."

Dino tertawa pelan. "Mau belajar masak bareng?"

Mata Merry melebar. "Sekarang?"

"Kalau kamu mau ..."

"Ya, aku mau. Ayo, ayo ..." Merry bersemangat menarik Dino pergi.

Dino pun memutuskan untuk mengikuti Merry tanpa mengganti kemeja kerjanya.

***

"Wooow ... Dino ... kamu kayak yang di drakor-drakor gitu," puji Merry tulus ketika melihat Dino menggulung lengan kemeja kerjanya hingga siku.

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang