-17- A Perfect Wife

1.8K 178 64
                                    

A Perfect Wife

Setelah insiden tadi, akhirnya sore menjelang petang itu, Merry hanya memperhatikan Dino memasak mie instan dari meja makan di samping dapur. Tadi ketika mereka berbelanja pun, Dino yang berbelanja dan Merry hanya mengikutinya tanpa tahu apa yang dibeli Dino. Merry menghela napas dan menjatuhkan kepala di meja makan.

"Kamu kenapa, Mer? Pusing?" tanya Dino.

Merry mengangkat kepalanya dan menggeleng pada Dino. "Aku sedih aja. Padahal aku pengen masak buat kamu, No. Masa aku masak mie instan aja nggak bisa."

"Kamu bisa belajar pelan-pelan, Mer," sahut Dino lembut. "Kamu mau ikut kelas masak? Biar nanti aku cari tahu kelas yang bagus buat kamu."

Merry mengangguk antusias. "Kalau ada, cariin kelas buat belajar jadi istri yang sempurna, No."

Dino mengangkat alis. "You don't need that. You're perfect for me already, Mer."

"Even if I can't love you?" singgung Merry.

"Kamu bilang, kamu sayang sama aku," sebut Dino.

"Sebagai sahabat, No. And it will forever be like that." Merry menghela napas.

"That's enough for me," jawab Dino.

Merry menatap Dino haru. "Aku benar-benar berharap kita segera ketemu cinta sejati kita, No. Then that would be perfect."

Dino tersenyum tanpa menjawab dan melanjutkan memasak.

"No, cewek cinta pertamamu itu kayak gimana, sih?" tanya Merry penasaran. Mereka belum pernah membicarakan tentang ini dengan serius.

Dino tak menjawab.

"No, aku perlu tahu tentang cewek itu biar aku bisa bantu kamu," ucap Merry.

Dino menghela napas. "Dia ... polos banget orangnya. Nggak peka."

"Wah ... kalau gitu susah, dong," komentar Merry. "Apalagi dulu Syvia bilang, dia nggak tertarik buat jatuh cinta sama kamu. Emangnya kamu udah pernah confess?"

Dino menggeleng. "Emang dia nggak tertarik buat jatuh cinta sama aku."

"Kok bisa? Kamu tahu dari mana? Dia pernah ngomong gitu ke kamu?" Merry tak terima. "Kok dia gitu, sih? Nggak sopan banget. Kalau mau nolak ya, harusnya ngomong baik-baik."

Dino berdehem. "Dia baik, kok."

"Dasar kamu aja yang bucin," tandas Merry. "Ck, aku nggak suka deh, sama cewek itu. Dia nggak tertarik buat jatuh cinta sama kamu? Sok banget tuh cewek!"

"Mer ... kita bisa nggak, jangan ngomongin dia lagi?" Dino meminta sembari meringis.

Merry menghela napas, lalu mengangguk. Membahas cinta pertamanya yang menyebalkan itu pasti menyakitkan juga untuknya.

"Kalau tipe cewek yang kamu suka itu gimana?" Merry bertanya lagi.

Dino mendengus pelan, geli. "Kenapa? Kamu mau cariin?"

"Iya, dong. Kalau cinta pertamamu dulu nggak bisa dikejar, kamu harus segera move on, No," tandas Merry.

Dino menatap Merry. "Semudah itu, Mer?"

"Nanti kalau kamu udah ketemu cewek baru, jatuh cinta lagi, kamu juga pasti bisa move on, No. Tapi, yang paling penting itu kamu mau atau enggak buat move on." Merry memperhatikan ekspresi santai Dino. "Kenapa? Kamu nggak berniat buat move on dan mau selamanya nungguin cewek itu?"

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang