-3- Menjadi Sahabat Terbaik

3.3K 324 57
                                    

Menjadi Sahabat Terbaik

Merry bahkan belum menyebutkan pesanannya ketika Dino sudah memesan jus stroberi untuknya dan bertanya, "Kamu sop iga atau daging lada hitam?"

Merry tersenyum. Dino hafal sekali kesukaan Merry akan daging. "Daging lada hitam," sebut Merry.

Sembari menunggu pesanan mereka, Merry melihat sekitar restoran. Ia melihat beberapa pasangan yang makan di restoran itu. Ada yang mengobrol sambil menggenggam tangan satu sama lain di atas meja, ada yang menyuapi pasangannya, ada yang berfoto bersama pasangannya.

"No, mau coba kayak mereka?" tanya Merry sembari menunjuk pasangan yang saling menyuapi pasangannya.

"Buat apa?" balas Dino sembari menarik turun tangan Merry.

Merry mencibir. "Ya kan, sekarang kita pasangan."

"Bukan berarti kita harus pura-pura biar bisa kayak pasangan lain," tukas Dino.

Merry cemberut. "Trus, kita harus gimana?"

"Lakuin aja apa yang bikin kamu nyaman, Mer," ucap Dino.

"Tapi kan, kalau di depan orang-orang, kita tetap harus bersikap kayak pasangan," sebut Merry. "Di depan keluarga kita, di pesta-pesta perusahaan."

"Itu kan, kalau di depan orang-orang tertentu aja. Sekarang kan, kita cuma berdua. Nggak ada yang kenal kita di sini," sahut Dino.

"Tapi, kita kan harus latihan juga, No," tandas Merry.

Dino menghela napas, akhirnya mengangguk. "Besok kita bisa mulai latihan. Kamu mau latihan gimana? Gandengan tangan?"

Merry berpikir sejenak. "Nanti aku pikirin lagi. Besok kan, hari Sabtu. Kantormu libur, kan? Besok kita jalan aja, gimana?" ajak Merry.

Dino mengangguk. "Okay."

Merry tersenyum. "Ternyata, dijodohin sama kamu nggak seburuk yang aku pikir. Apa pun yang terjadi sama kita, ternyata kamu masih tetap Dino yang dulu. My bestfriend."

Dino menatap Merry. "Buat aku nggak ada yang berubah, Mer. Dulu dan sekarang."

Merry mengangguk. "Seandainya aku sadar sejak dulu, nggak heboh duluan dan bersikap santai aja di depanmu kayak gini, mungkin dulu kamu nggak perlu pergi ke luar negeri ya, No?"

Dino tak menjawab.

"Maaf ya, No? Gara-gara aku yang childish, aku sampai ngerusak persahabatan kita yang melegenda." Merry memasang tampang menyesal terbaiknya.

Dino tersenyum geli. "Aku maklum, kok."

Merry lalu meraih tangan Dino dan menggenggamnya. "Tapi, mulai sekarang, aku akan ngebayar semua itu. Aku akan jadi sahabat yang baik buat kamu. Aku akan jadi istri rasa sahabat buat kamu," ucap Merry sepenuh hati.

Dino tertegun menatap Merry, sebelum perlahan senyum terukir di bibirnya. Senyum tipis penuh keraguan.

Merry menepuk tangan Dino, menenangkannya. "Percaya deh, sama aku. Aku serius."

Dino mendengus pelan, lalu mengangguk kecil.

***

Dino memperhatikan Merry yang asyik menikmati makan siangnya sembari mengamati sekitar. Ia kembali teringat apa yang dikatakan Merry tadi. Gadis itu berkata jika dia akan menjadi istri rasa sahabat untuk Dino. Dino tak tahu apa ia harus tertawa atau sedih mendengar itu.

"Habis ini, kamu mau ke mana?" tanya Dino.

Merry akhirnya kembali menatap Dino, lalu menggeleng kecil. "Nggak tahu."

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang