-21- Dear, Wife

1.9K 179 75
                                    

Dear, Wife

Selama hampir seminggu terakhir, Merry banyak menghabiskan waktu dengan Raihan di restorannya. Dan setiap waktu yang ia habiskan bersama Raihan terasa menyenangkan. Setiap hari, ia semakin yakin jika Raihan adalah cinta sejatinya. Mereka begitu cocok satu sama lain. Mereka punya banyak kesamaan. Dari warna favorit, kegiatan favorit, hingga buah kesukaan.

Seperti Merry, Raihan juga suka membaca. Ia juga suka menonton film. Pria itu juga suka stroberi. Jadi, setiap mereka bertemu, stroberi menjadi camilan biasa mereka. Merry merasa seolah bertemu dengan pasangan yang cocok untuknya. Dan setiap Merry bersama Raihan, ia merasa seolah hidupnya menjadi seperti drakor.

Selama hampir seminggu ini, Raihan dengan sabar mengajari Merry memasak. Ia juga selalu memasak untuk Merry. Pria itu juga pernah membuatkan Merry kue berbentuk bunga. Baru seminggu ia mengenal Raihan, tapi rasanya seolah ia sudah begitu dekat dengan pria itu.

Jumat sore itu, ketika Merry akan meninggalkan restoran Raihan, Raihan menanyakan kesibukan Merry di akhir pekan.

"Kenapa kamu nanyain jadwalku?" heran Merry.

"Aku mau ngajak kamu nonton film besok. Ada film baru. Kayaknya kamu akan suka," urai Raihan.

Merry antusias mendengarnya. "Mau, mau banget!" serunya.

Raihan tersenyum. "Ya udah, besok ..."

"Oh iya!" Merry teringat sesuatu. "Besok, aku ajak suamiku boleh?"

Raihan mengerutkan kening. "Suami?"

Merry mengangguk.

Raihan mengerjap bingung. "Kamu ... udah nikah?"

Merry mengangguk dan menunjukkan cincin pernikahannya. "Well, karena kita udah temenan, aku kasih tahu ke kamu sekalian, deh. Aku sebenarnya dijodohin. Tapi, suamiku itu sahabatku. Dia selalu ngasih aku kebebasan buat ngelakuin apa pun yang aku pengen. Biasanya akhir pekan kita liburan gitu. Makanya, besok dia ikut nonton nggak pa-pa, kan?"

Raihan tersenyum canggung, tapi dia mengangguk. "Maaf, aku nggak tahu kalau kamu udah nikah. Aku ... khawatir kalau nanti suamimu cemburu atau marah ..."

Merry menggeleng. "Kalau kamu khawatir suamiku akan cemburu atau marah, itu nggak perlu. We're bestfriend. Besok deh, kamu kenalan sendiri sama dia."

Raihan menatap Merry lekat. "Kamu yakin?"

Merry mengangguk mantap. "Kalau gitu, aku pulang dulu, ya? Sampai ketemu besok, Raihan," pamit Merry.

Dengan langkah riang, Merry meninggalkan restoran Raihan. Ia sudah tak sabar untuk bercerita pada Dino tentang Raihan. Sudah hampir seminggu ia menahan diri untuk menceritakan tentang Raihan pada Dino. Karena Dino belakangan terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lembur setiap malam, Merry memang berencana untuk menceritakan semuanya pada Dino di akhir pekan.

Merry sudah tak sabar untuk menceritakan pada Dino tentang bagaimana Merry bertemu pria yang mungkin adalah cinta sejatinya.

***

"Kamu ... barusan bilang apa, Mer?" Dino berharap ia salah dengar. Ketika ia pulang tadi, ia sudah cukup terkejut karena Merry belum tidur dan ternyata menunggunya. Namun, apa yang dikatakan gadis itu barusan lebih mengejutkannya lagi.

"Aku udah ketemu cowok yang kemungkinan adalah cinta sejatiku," ulang Merry yang duduk di tepi tempat tidur Dino.

Dino yang baru selesai mandi dan masih berdiri di samping tempat tidurnya mencerna kalimat itu, memprosesnya dengan hati-hati. Ia baru saja mandi dan rambutnya masih basah, tapi hati dan kepalanya terasa panas karena cemburu. Namun, Dino berusaha menahan diri.

My Bestfriend, My Husband (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang