Caroline POV
Ternyata keputusanku untuk menemani Nick makan malam berakhir dengan menyenangkan. Seperti bernostalgia dengan masa lalu. Aku dan Nick bercerita tentang pertemuan kami di masa lalu.
Walau Nick memaksaku untuk ikut makan malam dengannya, tapi dia tidak berusaha memaksaku untuk terus-terusan mengobrol dengannya. Jadinya tidak banyak yang bisa aku dan Nick obrolkan. Sesekali kami tertawa karena candaan, tapi masih terasa mengganjal. Aku merasa, obrolan kami seperti tertahan sesuatu. Aku menahan diri supaya tidak terlalu menyebalkan, dan Nick juga sepertinya menahan diri untuk tidak terlalu banyak bicara.
Seorang pelayan datang menghampiri meja kami sambil memberikan sebuah kertas yang terlipat kepadaku. Aku mengernyit bingung.
"Dari Ibu Jessica." Kata pelayan itu lalu pergi. Jessica? Aku bingung kenapa Jessica malah memberikanku kertas seperti ini, tapi karena penasaran aku pun membuka kertas itu dan membaca tulisan di dalamnya.
"Isinya apa?" tanya Nick yang juga penasaran.
Aku membaca kertas itu dan tersenyum. Aku tahu Nick pasti penasaran, tapi aku segera permisi ke belakang sebentar.
***
Nick POV
Apa yang dilakukan Jessica? Ini pasti sesuatu yang menyebalkan. Ck! Tapi aku pun tidak bisa mendesak Caroline untuk memberitahuku apa yang ditulis Jessica pada kertas itu. Aku takut merusak suasana yang sudah menyenangkan bersama Caroline. Jadi aku hanya bisa mengiyakan saat Caroline permisi ke toilet.
Huft.
Sebenarnya aku dan Caroline sudah selesai menikmati makan malam, dan kami menikmati sisa waktu kami dengan mengobrol. Ternyata Caroline benar-benar masih mengingatku, dan pertemuan-pertemuan kami dulu. Bahkan masalah 'jodoh-jodoh' itu. Ah, padahal saat itu dia masih sebelas tahun, tapi hebat juga dia masih mengingat hal itu.
Sudah aku bilang kan kalau Caroline itu berbeda? Dan ya, sampai sekarang aku percaya kalau dia berbeda!
Oh astaga, kenapa Caroline lama sekali! Ini sudah lima belas menit, dan Caroline belum kembali! Jessica bawa kemana Caroline-ku?!
"Selamat malam para pengunjung sekalian..."
Tunggu. Sepertinya itu bukan suara penyanyi yang dari tadi menghiasi kekosongan kafe ini. Suara itu... suara yang begitu aku kenal dan tahu pasti! Suara yang sedari tadi menemaniku mengobrol!
Aku segera menoleh ke arah panggung kecil yang ada di belakangku. Di sanalah Caroline. Berdiri di panggung itu dengan standing mic di depannya. Astaga, apa yang sedang dia lakukan di sana?
"Hari ini tepat tanggal satu Desember. Natal semakin dekat dan ornamen-ornamen sudah dipasang. Kurang dari sebulan lagi, apa yang kita minta akan dikabulkan pada malam natal... Sudahkah para pengunjung sekalian menyiapkan daftar kado yang diinginkan dari Santa?"
Deg.
"Malam ini saya ingin mempersembahkan sebuah lagu, mengenai daftar keinginan saya yang sudah bukan lagi anak-anak.. silahkan menikmati."
Do you remember me?
I sat upon your knee
I wrote to you
With childhood fantasiesWell, I'm all grown-up now
And still need help somehow
I'm not a child
But my heart still can dreamSo here's my lifelong wish
My grown-up Christmas list
Not for myself
But for a world in needNo more lives torn apart
That wars would never start,
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end
This is my grown-up Christmas listTentu saja aku tahu lagu ini. Lagu yang dinyanyikan Caroline, aku tahu betul. Aku tahu dengan jelas judulnya! Tapi aku tidak menyangka, saat dia menyanyikannya aku merasa tersentuh. Kata demi katanya seperti ditujukan kepadaku. Seperti dia benar-benar memohonkan semua 'daftar keinginannya' itu kepadaku...
As children we believed
The grandest sight to see
Was something lovely
Wrapped beneath our tree
Well heaven surely knows
That packages and bows
Can never heal
A hurting human soulNo more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end
This is my grown-up Christmas listWhat is this illusion called the innocence of youth?
Maybe only in our blind belief can we ever find the truthNo more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end, oh
This is my grown-up Christmas list
This is my only life long wish
This is my grown-up Christmas list(Kelly Clarkson - Grown-up Christmas List)
Mataku terus menatap Caroline tanpa henti. Dia tersenyum kepadaku, tersenyum tulus dan penuh kejujuran. Seakan dia tahu kalau aku adalah Santa, dan dia mempersembahkan lagu itu untukku. Untuk ku dengar dan ku kabulkan sebagai kado natalnya.
Christmas list... That's her Christmas list...
Mungkin suara Caroline bukanlah suara indah seperti penyanyi-penyanyi terkenal. Tapi setiap kata yang diucapkannya dengan penuh keyakinan itulah yang membuatku tersadar.
She's grown up.
And I'm falling in love with her...
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomantikChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...