Nick POV
Rasanya senang sekali bisa mengobrol dengan anak-anak kecil yang masih mempercayai keberadaanku. Santa. Pemikiran mereka masih luas, tidak sempit seperti orang dewasa yang menyukai hal-hal realistis dan menjauhi imajinasi. Dunia fantasi anak-anak itu luar biasa! Aku bahkan sampai tidak sadar waktu berlalu dan mereka sudah harus pulang.
"Lu yakin ga mau menyapa wanita-wanita seksi di sana? Tuhh, kayaknya mereka ngiler mau kenalan sama lu tapi malu-malu gitu." Goda Caroline sambil melirik rombongan ibu-ibu yang ada di pojokan sana.
"Ga akan! Kan udah gue bilang, mereka itu tua-tua, dan udah nikah! Ya masa nanti gue dikira apaan lagi!" tolakku mentah-mentah.
"Tuhhh, ibunya Edwin hari ini seksi banget bajunya. Udah ngelirik-lirik lu gitu.. Bahahhaa..."
"Seksi mananya! Sekali ibu-ibu ya tetep bakal ibu-ibu lah! Udah punya suami dan anak!" Kataku mulai jengkel.
"Lirik dulu lahhh... Kasian tuhhh!" Kata Caroline di sela-sela tawanya. Ck!
"Udah ah, jangan ngomongin mereka. Mending sekarang lu siap-siap gih." Kataku sambil menyengir lebar. Ah, rasanya aku senang hari ini punya kesempatan untuk kencan. Walaupun harus memaksa Caroline, tapi biarlah. Aku yakin bisa membuat malam ini berkesan untuknya.
"Siap-siap apa? Buat ngedate? Ih, apa yang perlu disiapin juga?! Lu aja ajaknya mendadak. Emang lu mau nganterin gue pulang dulu?"
"Ya engga. Kelamaan! Dari sini ke panti kan satu jam. Jadi..." aku berjalan ke pojokan ruang dan mengambil sebuah kotak besar yang aku sembunyikan dari tadi. "Lu pake ini. Habis itu kita baru pergi."
Caroline menatapku penuh curiga, tapi setelah menerima kotak itu dan membukanya, dia ternganga melihat isinya. Ya, dress berwarna merah simpel yang aku yakin pasti cantik di tubuhnya. Lengkap dengan sepatu dan tas. Aku ingin mengajaknya makan malam yang lebih formal.
"Kapan lu perginya?! Kok...."
Jujur saja, aku memang tidak beranjak sedikitpun dari tempat ini. Aku menggunakan magic. "Udah sana, cepetan ganti baju! Sekarang tuh udah jam enam. Nanti kita telat!" kataku cepat agar Caroline tidak bertanya-tanya lebih lanjut. Aku juga akan bingung bagaimana menjelaskannya nanti. Apalagi Caroline itu suka melontarkan pertanyaan yang terlalu pintar!
Caroline mengangguk ragu, kemudian pergi ke toilet untuk berganti. Aku pun juga ke toilet untuk memberikan 'sedikit' magic agar pakaianku lebih cocok. Tidak mungkin kan Caroline memakai dress begitu cantik, tapi aku terlihat seperti preman dengan memakai kaos dan jeans saja?
Aku keluar dari toilet berbarengan dengan Caroline, dan jujur saja aku sampai menahan nafas melihatnya. Aku memang sudah membayangkan betapa cantiknya Caroline, tapi... dia benar-benar terlihat cantik dalam balutan dress itu. Dengan rambut bergelombangnya yang terurai. Dan sedikit sapuan make up.
"Cantik..." gumamku.
"Kalau lu ga bilang cantik, gue pasti nolak buat kencan sama lu." Kata Caroline sambil terkekeh.
Mau tak mau, aku pun tersenyum mendengarnya. Entah kenapa, sejak kemarin semua pujianku tidak sekalipun membuatnya merona ataupun tersipu. Apa dia menganggap semuanya biasa saja? Ya, harus aku akui, tidak mungkin ada lelaki yang menyebutnya jelek. Jika iya, maka lelaki itu benar-benar buta!
Itu juga yang membuat aku bingung, kenapa Caroline bekerja di perpustakaan daripada di catwalk. Dia itu cantik! Bukan cantik seksi, tapi cantik yang sederhana. Dia cantik dengan apa adanya.
"Wow, kita kayak couple aja. Warna bajunya sama." Kata Caroline yang melihat warna kemejaku. Aku tersenyum. Justru aku sengaja!
"Emang gitu kan. Lu sendiri yang bilang kalau gue ini your boyfriend sama cowok emosian tadi." Kataku pura-pura polos.
"Eh eh..." kata Caroline salah tingkah. "Mmm... itu kan karena lu bilang gue milik lu! Lagian cowok tadi itu punya nama. Josh!"
"Whatever nama cowok itu siapa. Yang penting sekarang kita pacaran." Godaku.
Caroline diam dan menunduk. Aku bingung dan sedikit menunduk untuk melihat wajahnya. Ah, kenapa dia suka sekali menghindar dari tatapanku sih. Eh, tapi... "Are you blushing?" tanyaku ragu sambil berusaha melihat mukanya lebih jelas. Kulihat pipi Caroline yang malah semakin merah. Wow...
"Stop it! Mana ada cewek yang ga blushing kalau ditembak cowok?! Geez!" kata Caroline masih menunduk.
Eh? Tapi aku... aku hanya menggodanya. Bukan menyatakan cinta padanya. Kenapa dia malah...?
Now or never
Sial! Kenapa kata-kata Edgar yang itu sekarang berputar-putar di kepalaku! Maksudnya apa?!
***
Caroline POV
"Are you blushing?"
Oh astaga! Kenapa Nick malah bertanya segamblang itu? Jelas aku blushing! Aku bahkan merasakan pipiku memanas karena kata-katanya tadi. Yang benar saja dia dengan seenaknya berkata 'sekarang kita pacaran'! Itu sama saja seperti mengumumkan kalau kami berdua officially pacaran!
Menyebalkan! Kenapa Nick malah terlihat santai saja dan melihat wajahku seperti itu! Pipiku semakin panas. Ugh!
Tapi bukan artinya kalau cowok lain bilang hal seperti ini, aku juga akan blushing. Ini karena Nick! Karena Nick yang bilang seperti ini, makanya aku blushing! Lagipula, wanita mana yang tidak blushing kalau lelaki setampan Nick bilang seperti itu kepada mereka? Pasti tidak ada!
"Stop it! Mana ada cewek yang ga blushing kalau ditembak cowok?! Geez!" kataku kesal.
Nick terdiam, tapi tak lama dia malah menarik daguku dengan jarinya dan membuat wajahku terpaksa menghadap wajahnya. Mata kami bertemu. Oh God, Nick dekat sekali dan aku benar-benar kesulitan untuk sekedar bernafas!
"Will you be my girlfriend?" tanyanya sambil menatap mataku lekat.
Astagaaaa... ini terlalu dekat! Aku sama sekali tidak bisa berpikir ataupun bergerak. Bahkan tidak bisa bernafas! Matanya mengunci mataku, seperti menghipnotis! Yang bisa kulakukan hanyalah merasakan deru nafasnya yang menerpa wajahku. Dan entah sejak kapan, bibirku kembali mengecap rasa manis yang tadi.
Oh my!
Aku tahu ini tidak benar. Aku baru mengenalnya dua hari ini, tapi kami sudah berciuman dua kali hari ini! Apa yang kurasakan untuknya pun tidak jelas. Dia bahkan tidak menjadi temanku. Lalu dia siapa?
Seorang stranger yang kembali datang ke dalam hidupku. Menungguiku sampai malam di perpustakaan, mengajakku makan malam, mengantarku pulang. Keesokan harinya dia menyelamatkanku dari mantan pacarku, mengajakku kencan, dan ... memintaku menjadi pacarnya. Lalu dia siapa? Bagiku, dia siapa???
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
Любовные романыChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...