Caroline POV
Aku tahu, tindakanku kekanak-kanakan karena seolah menghindari Nick seharian ini. Tapi aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana! Semalaman aku tidak bisa tidur karena memikirkan berbagai kemungkinan. Entah itu karena Nick berbohong dengan alasan apa, tapi yang jelas aku tidak bisa menerimanya!
Nick berumur dua puluh lima tahun. DUA PULUH LIMA! Dia hanya berbeda setahun denganku! Bagaimana mungkin perbedaan umur setahun itu sangat jauh sekali? Jelas Nick pasti berbohong bukan? Apa ada alasan yang lebih masuk akal? TIDAK AKAN PERNAH ADA!
Tapi kenapa Nick berbohong?
Tidak ingin terlihat tua? Tidak ingin aku menjauhinya? Ingin merasa muda? Lalu apa???
Menurut pemikiran rasionalku, seharusnya Nick mempunyai perbedaan umur sepuluh tahun denganku. Setidaknya sepuluh tahun! Semingguan ini aku benar-benar buta dan lupa kalau dia itu lebih tua dariku karena wajahnya yang tidak berubah. Tapi sekarang aku benar-benar baru sadar. Dan... Tidak mungkin juga Ibu Erna salah dengar kan?
Huft.
Aku bertekad akan menanyakan hal ini kepada Nick, tapi tidak di saat pernikahan Nina. Nina sedang berbahagia, dan ada baiknya kalau aku tidak membuat kekacauan apapun. Terlebih aku tidak ingin membuat Nina khawatir, karena dia sangat setuju jika aku berpacaran dengan Nick.
Tapi sepertinya tidak akan ada kata 'pacaran' sebelum semua ini jelas! Aku tidak masalah dengan umur Nick, justru yang membuatku masalah hanya karena dia berbohong!
Untung saja Nick mau mengerti dan tidak menanyakan apapun selama acara pernikahan Dimas dan Nina berlangsung. Tapi aku bisa merasakan kalau Nick benar-benar ingin tahu sesegera mungkin. Dia tidak banyak tersenyum dan mengeluarkan suara. Dia hanya mengikutiku dengan diam sambil menahan kesal karena terus ku cueki. Tapi aku tidak bisa kalau menanggapinya. Aku takut harus berteriak karena dia sudah berbohong padaku!
"Bu, maaf ya ibu pulang bareng anak-anak aja. Caroline pulang sama Nick." Kataku tidak enak hati.
"Tidak apa! Sana kamu cepat samperin Nick. Kasian kalau dia menunggu, lagipula pasti ada 'sesuatu' yang kamu ingin bilang ke Nick kan?" kata Ibu Erna sambil mengedipkan sebelah matanya.
Aku pun hanya bisa tersenyum. Ya, tentu saja ada yang ingin aku bilang ke Nick, tapi sepertinya 'sesuatu' yang berbeda dengan apa yang dipikirkan Ibu Erna.
Dalam perjalanan pulang ke panti, aku mencoba untuk berdamai. Setidaknya basa basi mengenai pesta tadi tidak akan membuat suasana mobil seperti kuburan kan? Aku tahu Nick pasti muak mendengar ocehanku yang tidak ada gunanya, tapi aku sendiri muak karena harus menunggu. Menunggu saat hatiku benar-benar siap untuk bertanya tentang kebohongannya!
"Lin..." panggil Nick.
Sekarang mobil sudah berhenti di depan panti. Aku sendiri sudah mempersiapkan hatiku dan otakku yang berusaha keras untuk menyusun kata-kata yang akan terlontar. Aku menarik nafas panjang.
"Nick.. gue pengen tanya sesuatu." Kataku.
Aku masih menatap lurus ke depan, tak berani melihatnya. Aku takut, saat aku melihatnya, aku hanya akan berteriak marah karena dia telah membohongiku. Aku tidak suka dibohongi, dan aku tidak suka Nick berbohong kepadaku!
"Silahkan."
"Berapa umur lu?"
Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutku. Dalam hati, aku ingin sekali mendengar kalau Nick akan bilang kalau umurnya thirty something, dan percaya kalau Ibu Erna pasti salah dengar. Tapi harapanku musnah begitu saja. Aku tidak mendapatkan jawaban yang aku inginkan.
"Dua puluh lima tahun." Jawab Nick cepat.
"Berapa umur lu saat kita bertemu tiga belas tahun yang lalu?" tanyaku telak.
Bisa ku lihat dari sudut mataku kalau Nick tiba-tiba tegang. Tapi tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Suasana dalam mobil mendadak jadi mencekam, dan aku pun hanya bisa menghela nafas. Aku tahu Nick pasti kaget, dan bingung harus menjawab bagaimana.
"Gue ga pinter Matematika, Nick. Tapi hanya untuk menghitung umur lu dikurang tiga belas, gue masih sanggup. Gue yakin lu tau kemana arah pembicaraan ini." Kataku. Lagi-lagi aku menghela nafas. Kenapa hal ini begitu berat ditanyakan?
"Kenapa lu harus bohong sama umur lu? Ga mungkin kan kalau umur lu terus-terusan dua puluh lima? Gue inget banget muka lu yang masih sama dari dulu sampai detik ini. Gue ga ngerti gimana caranya lu awet muda, tapi gue lebih ga ngerti kenapa lu bohong tentang umur lu ke gue."
Nick masih terdiam.
Mungkinkah dia bingung harus menjawab apa karena telah terpergok?
Sudahlah, ini tidak akan berakhir baik. Nick memang orang yang luar biasa. Sangat luar biasa sempurna,. Tapi aku lebih memilih seorang yang jujur daripada sempurna!
"Besok-besok lu ga usah dateng ke perpustakaan. Juga ga usah dateng ke panti lagi. Gue ga suka sama seorang pembohong. Selamat malam dan terima kasih atas hari ini. Juga hari-hari lainnya." Kataku setenang mungkin dan segera keluar dari mobil.
Nick tidak mengejarku ataupun berusaha menahanku. Dia masih di mobil. Diam di tempatnya, dan aku rasa semuanya juga sudah selesai. Aku berjalan dengan mantap ke arah pintu panti. Masuk ke dalam dan tidak mencoba untuk menoleh ke belakang.
Saat aku sampai di kamar, aku menutup pintu di belakangku dan bersandar di sana. Ada rasa perih yang menyusup masuk ke dalam hatiku. Kakiku terasa melemas, dan tubuhku pun merosot le lantai. Rasanya perih!
Kenapa aku baru sadar semua ini di saat aku sudah jatuh ke dalam pesonanya? Kenapa aku baru sadar semua ini di saat aku sudah mempunyai perasaan untuknya? Kenapa aku baru sadar di saat aku...
Setetes air mata lolos dari mataku. Aku tahu, malam ini aku pasti akan menangis meraung-raung, seperti saat aku putus dari Josh. Atau bahkan lebih parah dari itu... Aku pasti akan menangis hingga mataku bengkak dan kelelahan.
Aku baru sadar kalau aku sudah mencintainya. Nicholas...
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomanceChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...