Nick POV
Katakan kalau aku bodoh, tapi mungkin aku memang bodoh.
Malam itu aku hanya bisa membeku mendengar pertanyaan yang tidak aku duga akan ditanyakan Caroline. Tapi aku benar-benar tidak mendapatkan kata-kata untuk menjawabnya sama sekali. Aku tidak tahu harus menjawab bagaimana!
Caroline memang mempercayai Santa itu ada, tapi bagaimana mungkin aku menceritakan kalau aku adalah Santa? Bagaimana aku menceritakan kalau aku akan selalu berumur dua puluh lima? Bagaimana membuatnya percaya??!
Aku pun berakhir mengenaskan di kamar flat apartemenku. Rasanya sama seperti saat kedua orang tua ku meninggal, dan aku merasa benar-benar sendiri. Itulah yang aku rasakan sekarang. Benar-benar sendirian.
Caroline memilih untuk pergi. Pergi selamanya dari hidupku. Kemungkinanku untuk mendapatkannya tinggal nol persen!
Aku tahu, cepat atau lambat aku harus menceritakan kepada Caroline kalau aku seorang Santa, tapi tidak di saat aku belum yakin di hatinya ada aku! Aku takut Caroline mengira aku gila dan berlari menjauh dariku.
Tapi ternyata, sekarang semua seperti itu. Dia berlari menjauh dariku, bahkan di saat aku bahkan belum menceritakan apa-apa.
Aku hanya bisa terbaring seperti orang bodoh, menggunakan magic untuk membuat makanan dan minum, memunculkan berbagai mainan yang nantinya akan kumusnahkan lagi, membuat langit-langit flatku terlihat seperti planetarium, mengganti-ganti wallpaper flatku, entahlah apa yang sebenarnya aku lakukan... aku hanya mencoba menghibur diri walau semuanya terasa sia-sia.
Aku ...
Aku hanya ingin sendiri.
Dan aku memang sendirian sekarang.
***
Edgar POV
Perasaanku tidak enak, dan aku rasa Nick dalam masalah. Tapi aku pun tidak bisa beranjak sedikit pun dari ruang kerjaku ini! Masalah natal tahun ini begitu berat! Aku rasanya ingin sekali berteriak karena tidak sanggup!
"Ed!!! Oh, maafin aku tidak ketuk pintu dulu tapi ada masalah lagi dengan kado yang mau melewati portal. Aku benar-benar...."
Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan mendekat ke arah Shakira yang hampir saja menangis. Aku segera merengkuhnya ke dalam pelukanku dan menenangkannya. Aku tahu, ini pasti kabar buruk lainnya. Entah sudah berapa banyak kabar buruk yang kuterima, dan aku nyaris saja menyerah. Tapi mengingat Nick butuh bantuan kali ini, aku pun mencoba semua cara dan masih bisa menahan semuanya.
Aku ini Elf, dan Nick itu Santa. Jelas kami berbeda! Dia bisa menggunakan magic untuk menyelesaikan masalah, sedangkan aku hanya bisa menggunakan otak untuk membereskan semuanya! Aku hanya bisa menasehati saat masalah terjadi, tapi selalu Nick yang mengambil keputusan. Bukan aku! Dan saat aku menggantikan Nick, aku benar-benar bingung harus bagaimana!!!
Huft.
Sekarang aku mengerti bagaimana pressure yang diterima Nick setiap kali natal tiba sampai-sampai dia selalu melarikan diri dari pekerjaannya. Karena aku sekarang merasakannya!
"Ada apa?" tanyaku setelah Shakira sedikit lebih tenang. Aku pun sudah mempersiapkan diri untuk mendengar berita seburuk apapun ini.
"Jembatan Ed... Seorang anak meminta bomb sebagai kado natalnya, dan entah bagaimana sepertinya surat itu lolos dan terbawa bersamaan kado natal lainnya! Lalu... meledak di tengah jembatan ke arah portal dan ..."
Rasanya kaki ku lemas dan kepalaku serasa dihantam palu. Oh astaga, tidak perlu Shakira lanjutkan pun aku tahu jelas apa yang terjadi. Truk dan jembatan meledak. Ribuan kado terbakar, jembatan rusak, sedangkan natal kurang dari dua minggu lagi.
Great!
Sekarang aku benar-benar butuh Nick! Aku tidak sanggup lagi. Para Elf memang bisa memperbaiki jembatan, tapi butuh waktu berapa lama? Sementara kado-kado lainnya belum sampai melewati portal. Bisa-bisa natal tahun ini benar-benar gagal total!
"Ed..." panggil Shakira khawatir.
"Kita tidak sedang baik-baik aja. Kamu tolong panggil Alva, Cynthia dan Mike ya. Aku mau mereka gantiin aku di sini, dan aku harus ke Indonesia menjemput boss kita. Kita butuh dia sekarang." Kataku memutuskan dengan cepat.
"Tapi aku ikut!"
"Sayang, tidak mungkin kamu ikut! Lagipula aku hanya ingin menarik boss kita pulang, dan setelah itu kita akan sangat sibuk." Bujukku.
"Ed! Aku ikut! Terserah kamu suka atau tidak! Lagipula aku penasaran mau ketemu Caroline! Oh ayolah, lagipula aku pun tidak bisa bekerja apapun jika keadaan seperti ini!" rajuk Shakira.
Jujur saja, aku tidak punya waktu untuk berdebat dengan Shakira sekarang, jadi langsung saja ku iyakan. Setelah memberikan instruksi panjang lebar kepada Cynthia agar dia mengurus kado-kado yang terbakar, lalu menyuruh Alva dan Mike mengurus kejadian yang berhubungan dengan ledakan dan perbaikan jembatan, aku dan Shakira langsung naik pesawat jet dan terbang langsung ke Indonesia.
Semoga saja Nick sudah selesai urusannya dengan Caroline dan bisa ikut kembali ke North Pole!
***
Aku dan Shakira sudah berdiri di depan pintu flat apartemen Nick. Saat aku buka apartemen itu dengan password Nick yang selalu sama, aku hanya bisa melotot tidak percaya. Nyaris saja rahangku lepas karena melihat keadaan apartemen Nick yang seperti....
"Gila! Nick itu mau ngehancurin tempat tinggal dia sendiri?! Ini sih namanya kapal pecah! Mana mungkin rumah itu lantainya piring pecah semua?! Bahkan lampu aja pecah! Oh astaga, semua barang pecah belah ga ada yang terlewatkan! Dia berubah GILA!" oceh Shakira.
Oh no. Jangan bilang kali ini dia ...
Aku menyuruh Shakira duduk di ruang tamu dan menunggu. Walau Shakira sedikit menggerutu, tapi aku hanya bisa memohon pengertian dia. Nick tidak akan senang kalau bertemu dengannya sekarang, karena aku tahu Nick pasti sedang menggila. Ini seperti saat kedua orang tuanya meninggal dulu.
Aku berjalan ke pintu kamar Nick. Menarik nafas dalam dan langsung mendobrak pintu kamar Nick karena tidak ada gunanya mengetuk pintu. Dan di sanalah dia.
Nick dengan kaos dan celana pendek. Wajahnya yang begitu berantakan karena tidak bercukur ataupun menyisir. Tiduran di atas ranjang sambil menerawang menatap ke atas. Bermain-main dengan magic dan mengubah langit-langit kamarnya seperti planetarium. Apa lagi yang terjadi sekarang ini sampai dia bisa seperti ini?? Sudah berapa lama dia seperti ini??
"Hai Ed... apa kabar?" tanya Nick yang masih memandangi langit-langit kamarnya seperti orang gila. Syukurlah, setidaknya dia menyadari kehadiranku.
Aku menghela nafas dan menutup pintu. Setidaknya aku bersyukur karena setiap kali Nick seperti ini, dia tidak mabuk. Kalau tidak, aku yakin Nick akan menggunakan seluruh magic yang dia punya untuk mengubah satu negara menjadi medan perang!
"Wanna talk?" tanyaku yang masih berdiri menyender di daun pintu.
Nick berhenti dari aktivitasnya. Dia benar-benar berhenti. Nick beranjak duduk, dan menatapku. Dia tersenyum pahit. Saat itulah aku baru bisa melihatnya dengan jelas. Mata Nick. Mata yang memancarkan tatapan kesepian itu lagi...
"She left me..."
"Why?" Tanyaku hati-hati.
"Masih ingat kan tiga belas tahun yang lalu kau bilang apa padaku? Akhirnya Caroline sadar. Dia sadar kenapa umurku tidak berubah. Dan aku tidak bisa menjawabnya..." Kata Nick dengan suara bergetar.
Aku hanya bisa diam. Rasanya seperti aku pun merasakan apa yang Nick rasakan. Perih, sakit... Ingin rasanya aku bilang pada Nick semua akan baik-baik saja, tapi tidak bisa! Karena aku tahu semua tidak sedang baik-baik saja, dan tidak akan baik-baik saja! Dengan melihat sahabatku sendiri seperti ini, aku sadar. Nick mencintai Caroline. Bahkan terlalu dalam...
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomanceChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...