Nick POV
Di sinilah aku sekarang. Duduk berhadapan dengan Caroline yang bersidekap dan menatapku tajam. Entah kenapa, suasana di ruangan ini terasa lebih dingin. Ugh!
Ini pertama kalinya aku merasakan aura begitu menusuk dari seorang wanita yang berhadapan denganku. Selama ini hanya ada dua jenis wanita yang berhadapan denganku. Satu, wanita yang seperti ingin menerkamku hidup-hidup. Dua, wanita yang menatapku penuh puja.
Oke, ini bukan aku terlalu percaya diri, tapi begitulah yang terjadi! Karena itu aku sekarang merasa terintimidasi dengan tatapan Caroline.
"Jadi lu mau mulai dari mana?" tanya Caroline yang masih menatapku tajam.
Ini pasti akan menjadi malam yang panjang. Aku menghela nafas panjang sebelum akhirnya aku bercerita.
"Gue tahu, lu pasti ga akan percaya dengan cerita gue. Tapi tolong denger cerita gue sampai habis, setelah itu lu boleh memberikan komentar apapun." Kataku yang membalas tatapan Caroline dengan penuh mohon.
Caroline mengangguk. Wajahnya masih dingin dan datar. Tidak ada senyum yang dia tampilkan... aku pun hanya bisa meringis takut dalam hati. Bagaimana aku bisa mencairkan hatinya yang seperti membeku itu setiap berhadapan denganku? Mampukah aku?
"Gue mau mengaku kalau gue ini... Santa." Kataku yang bersuara lirih saat mendekati akhir kalimat.
Aku bisa melihat keterkejutan Caroline di matanya, tapi itu hanya sebentar. Benar-benar sebentar, dan wajahnya kembali seperti semula. Huft...
Akhirnya aku melanjutkan ceritaku. Semuanya! Tidak ada yang aku tutupi. Tentang siapa aku, perusahaanku, North Pole, Elf, dan semua! Hanya saja dalam hati aku berdoa. Semoga Caroline percaya...
Saat ceritaku sudah selesai, Caroline menghela nafas. Memejamkan matanya lalu kembali membukanya dan menatapku sendu. "Gue udah tau cerita itu semua."
Aku langsung terbelalak kaget. Maksud Caroline apa? Dia .... sudah tahu kalau aku Santa?
"Gue udah pernah denger semua tentang perusahaan lu saat di perpustakaan dulu kan? Lu juga pernah ceritain seperti apa Santa itu kan?"
Ya, benar juga. Aku pernah mengatakannya tapi memang tidak bermaksud membongkar identitas.
"Lagipula, Shakira juga udah cerita semuanya... tentang lu yang adalah seorang Santa berumur lima ratus tahun lebih."
What?!
That woman! Pantas saja dia terus tersenyum menatapku kasihan, ternyata dia sudah membeberkan semua tentangku kepada Caroline! Dasar wanita itu, akan ku cekik dia saat bertemu nanti! Berani-beraninya dia ikut campur!!! Masa bodoh dengan Edgar yang akan menangis. Inilah alasannya kenapa aku ingin menolak saat Shakira menawarkan diri untuk di Indonesia dan menjaga Caroline untukku!
"Tapi gue masih juga kaget saat denger pengakuan dari mulut lu. Cerita yang sama... Entah dunia ini sudah gila mempermainkan gue atau bagaimana, tapi gue capek..." kata Caroline lalu menghela nafas dalam.
"Gue tau lu ga percaya, tapi apa yang gue bilang itu jujur dan benar!"
"Ya. Shakira juga bilang gitu. Dan kalau di sini ada Jessica, gue yakin dia juga akan bilang begitu. Aaron juga."
Karena memang begitulah kenyataannya!
Tapi ini memang hal yang luar biasa dan tidak akan pernah terduga oleh siapapun! Aku tahu itu dan ... karena itu hanya anak kecil yang akan percaya dengan keberadaan diriku. Karena orang dewasa sudah terlalu pintar dan lebih suka di dunia serba realistis.
Tapi tak bisakah aku berharap kalau Caroline adalah pengecualian?
Aku sudah begitu mencintainya! Aku hanya mohon dia percaya kepadaku! Apapun yang dia minta, aku akan berikan sebagai bukti! Asal dia tidak pergi dan melihatku lagi. Asal dia tersenyum dan tertawa bersamaku lagi! Apapun akan ku lakukan untuknya...
Lama sekali baik aku ataupun Caroline tidak bersuara. Bingung harus bagaimana setelah semua ini. Haruskah aku menyesal karena tidak pernah bertanya kepada ayahku saat dia mengatakan semua kebenaran ini kepada ibu? Ah bodohnya, harusnya aku bertanya jadi aku bisa belajar cara yang lebih baik daripada yang sekarang ku lakukan!
"Show me your magic."
"What?" tanyaku kaget. Aku terlalu tenggelam dalam pikiranku sampai aku tidak mendengar dengan jelas kata-kata Caroline.
"Show me your magic! Hanya itu satu-satunya yang bisa membuktikan semua kata-katamu kan? Elf hanya bisa menggunakan magic untuk membuat kado, tapi bukankah Santa bisa menggunakan magic untuk apapun??? Then, show me!" desak Caroline.
Jujur saja, ini akan menjadi pertama kalinya aku menggunakan magic di depan manusia. Di depan Caroline. Aku tahu ini bukan hal yang bijak, tapi apa aku punya pilihan?
Mungkin ini akan menjadi tindakan yang sangat ceroboh jika akhirnya Caroline masih tidak percaya. Tapi aku tidak peduli! Aku hanya menginginkannya.
"Baik. I'll show you... apa yang paling kamu inginkan sekarang ini?" tanyaku yakin.
***
And here we are... di depan bangunan puing-puing panti yang kebakar seminggu yang lalu. Masih sama seperti yang terakhir kali aku melihatnya, hanya saja kali ini gelapnya langit membuat bangunan itu terlihat seperti kuburan.
"Bisakah?" tanya Caroline ragu.
"Just watch and believe me..." kataku tanpa menoleh melihatnya.
Aku menarik nafas dalam dan merapalkan beberapa kata dalam pikiranku. Seperti mantra. Perhatianku terpusat kepada bangunan hancur itu. Aku tahu ini pasti akan menguras tenaga, tapi ini keinginan Caroline agar pantinya bisa kembali seperti semula, bukan?
Hatiku terus menghitung sampai sepuluh, dan simsalabim...
"Oh my God! How..."
Ini dia... kupersembahkan bangunan panti yang sama persis seperti saat belum terbakar kepada Caroline.
"I've already told you. I am Santa Claus, right?" kataku dengan tenaga tersisa. Tak lama kakiku lemas dan rasanya aku akan ambruk.
Sial, ini pasti karena efek kemarin aku tidak bisa tidur nyenyak memikirkan hari ini. Dua belas jam menunggu janjian dengan Caroline juga membuatku benar-benar panik, dan mungkin sekarang puncaknya dari semua kelelahanku. Damn! Kenapa harus di depan Caroline!
"NICHOLAS!" teriak Caroline kaget tapi langsung menahan tubuhku yang benar-benar oleng.
"I'm just... little tired. It's ok." Kataku yang benar-benar mengusahkan tenaga yang tersisa.
"Oh astaga Nick! C'mon, kita masuk ke dalam. Lu bener-bener butuh istirahat!" perintah Caroline.
Aku bisa melihat wajah Caroline yang penuh kekhawatiran dan suaranya yang sedikit bergetar. Ah, bolehkah aku berharap kalau Caroline sudah percaya kepadaku? Atau dia hanya panic karena ada seseorang di dekatnya yang akan ambruk?
Dengan benar-benar sisa kekuatan yang aku punya, aku masuk ke dalam panti dengan bantuan Caroline. Aku tahu aku sekarang sedang menjadi lelaki payah yang seperti tak berdaya. Tapi aku benar-benar at my limit!
Seperti orang mabuk, aku langsung terhempas begitu saja di ranjang salah satu kamar dan semuanya terlihat gelap. It's so damn tired!
I love you, Nick!
Ha-ha-ha. Aku rasa, kelelahanku benar-benar membuatku tidak waras sampai mendengar kata-kata itu sebelum aku benar-benar tidak sadar. Benarkah Caroline mengatakannya? Sedangkan baru saja dia syok karena semua pernyataan gila ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomanceChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...