13 // Perpustakaan

4K 293 1
                                    

Caroline POV

Tidak... ini tidak mungkin kan? Oh bagaimana mungkin orang itu, orang yang tadi hampir saja menabrakku itu adalah Nick?! Orang yang dulu aku panggil sebagai 'Kak Nick' datang kembali setelah tiga belas terlewat begitu saja? Oh yang benar!

Tapi... tapi itu benar-benar dia!

Aku tidak mungkin salah ingat. Tidak ada yang berubah dari wajahnya, bahkan postur tubuhnya! Dia masih sama seperti dulu. Aku hanya terlalu kaget untuk menyapanya balik. Dan sekalipun aku menyapa balik, apa yang harus aku katakan?

Huft.

Mungkin kejadian tadi hanyalah kebetulan. Akan sangat sulit untuk bertemu lagi, terlebih Jakarta itu kan sangat luas. Sebaiknya aku mempercepat langkahku dan kembali ke perpustakaan. Pak Budi pasti sibuk mengurus perpustakaan sendiri. Lagipula, aku juga tidak mau dipecat dari pekerjaan yang aku cintai itu.

Perpustakaan tempat aku bekerja memang tidaklah besar, tapi menampung sangat banyak buku. Tempatnya nyaman dan tenang. Aku suka sekali membaca dan aku merasa bahagia bisa bekerja di sini. Terlebih, karena di perpustakaan ini ada tempat dimana anak-anak bisa leluasa membaca bacaan khusus untuk mereka. Ada juga acara story telling setiap sore, dan terkadang aku bersedia menjadi story teller. It's so much fun!

Tapi sayangnya, sore ini aku tidak bisa menjadi story teller. Pekerjaan menumpuk. Sedangkan pekerja di perpustakaan ini hanya empat orang, dan dua orang di antaranya sedang sakit. Menyisakan aku dan Pak Budi yang sudah paruh baya. Sepertinya anak-anak akan kecewa. Tapi aku pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku terus merapikan buku-buku ke rak-rak. Entah kenapa hari ini banyak sekali buku yang dikembalikan, sampai aku kewalahan. Belum lagi buku-buku baru yang dipesan Pak Budi sudah datang sehingga aku harus menyampul seratusan buku itu, dan memberinya nomor.

Ugh!

Baru saja aku selesai menyampul, badanku sudah pegal-pegal semua. Aku sedikit melakukan perengangan dan berjalan ke pojokan ruangan untuk mengambil minum. Aku sedikit haus karena terlalu lama duduk dan bekerja.

Tapi aku kaget saat melewati bagian baca anak-anak. Ada seorang story teller di sana yang begitu semangat bercerita. Tapi kekagetanku bertambah saat melihat dengan jelas siapa orang itu.

Oh my.

Nick, apa yang dia lakukan di sana?! Oh aku lupa. Tentu saja dia sedang bercerita. Tapi maksudku, bagaimana mungkin dia bisa ada di sana?? Dia bahkan bukan pekerja di sini, jadi dia sedang apa???

Tapi aku pun enggan untuk melangkahkan kakiku dan menegurnya. Terlebih saat melihat anak-anak begitu bahagia dan tertawa lebar mendengar Nick bercerita. Dengan perubahan mimik mukanya, suara yang ditiru-tirukannya, bahkan gerakan tubuhnya. Nick adalah story teller yang luar biasa.

Ah, Nick. He's handsome as always.

Dulu saat aku masih anak-anak, aku juga mengakui ketampanannya. Dan sekarang, setelah tahu bagaimana mendeskripsikan seorang lelaki, Nick itu LUAR BIASA TAMPAN. Aku tidak mungkin menyangkalnya! Mataku masih bagus. Begitu juga mata ibu-ibu yang menunggui anak-anaknya di pojokan sana. Mereka bahkan menatap Nick seperti predator terhadap mangsanya!

Wajahnya yang tampan, dengan mata berwarna gelap, garis rahang yang tegas, hidung mancung, bibir penuh. Oh lihat saja, kaos putih yang membalut sempurna tubuhnya menampilkan bentuk ototnya yang samar-samar. Lengannya yang kokoh. Pinggangnya yang ramping, kakinya yang panjang. Postur tubuhnya yang luar biasa atletis itu... Oh astaga, wanita mana yang tidak tergiur?!

He's so damn hot!

Bahkan rasanya melihat Nick membuat aku begitu kesulitan menelan ludah. He's almost perfect! Ditambah lagi dia menyukai anak-anak, oh my! Bahkan saat dia tertawa karena ceritanya sudah selesai dan anak-anak memintanya bercerita lagi itu mampu membuatku menahan nafas.

Santa is Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang