"Oh astaga Nick! Where are you??!!" teriak Edgar di telepon.
Auwww... suaranya sudah menyaingi Shakira yang sangat melengking! Aku sampai harus menjauhkan ponselku agar telingaku selamat.
"Earth?" jawabku singkat.
"Aku juga tahu! Tapi dimana??! GPS menunjukkan kalau kau ada di Indonesia! Benarkah??!" tanya Edgar tidak percaya.
Ya, Edgar pasti tidak percaya. Tapi terserah dia mau percaya atau tidak, yang jelas aku sedang merasa bahagia karena sudah bertemu dengan Caroline. Gadis kecil yang melamarku. Oh oh, secara tidak sadar senyumku lagi-lagi mengembang. Tidak, ini tidak mungkin kan kalau aku seorang pedofil?
Sepanjang tadi bertemu, aku hanya mengobrol dengannya, itu pun tidak lama karena Caroline sudah dicari-cari oleh ibu pengurus panti asuhan. Mau tak mau, aku pun harus pamit. Hanya sebentar. Tapi berkesan!
"Sudah lama aku tidak mengunjungi Indonesia, Ed. Bagaimana kalau kita bekerja di sini? Oh, aku bahkan sudah menyewa sebuah flat untuk dijadikan tempat kita bekerja. Ayolahhh..." bujukku.
"Jangan bilang kalau kau ada di sana karena gadis itu." Tanya Edgar penuh selidik.
"Yes, she is here. Aku sudah bertemu dengannya, dan dia benar-benar gadis kecil yang sungguh luar biasa! Oh c'mon, segera terbang ke Indonesia dan temui aku. Bukankah kita punya pekerjaan yang menunggu??" kataku penuh semangat.
Aku bisa mendengar Edgar mendesah kesal, tapi biarlah. Dia pasti akan tiba di Jakarta besok. Jadi aku punya satu hari bebas sebelum aku benar-benar harus bekerja.
Lagipula, Edgar tidak bisa menggunakan magic seperti yang aku lakukan. Edgar itu Elf, dan aku ini Santa. Elf hanya bisa menggunakan magic di North Pole, itu pun digunakan untuk membuat mainan bagi anak-anak. Jadi, Edgar harus naik pesawat layaknya manusia pada umumnya untuk menyebrangi samudra dan tiba di Indonesia.
Oh, sebaiknya sekarang aku menemui Jessica. Seorang Elf yang memutuskan untuk tinggal di bumi selama lima tahun ini dan tepatnya di Indonesia. Dia juga sahabat baikku. Aku segera memacu mobil Ferrari berwarna merah yang tentu saja kuciptakan dengan magic. Aku ingin menyombongkan diri sedikit. Haha...
Dulunya di North Pole, Jessica adalah salah satu pekerjaku di bagian pengiriman kado dari North Pole ke bumi. Jadi dia sering bolak-balik ke bumi. Mungkin karena itulah, Jessica jadi jatuh cinta sama bumi dan memutuskan untuk tinggal. Aku sangat menyayangkan keputusannya itu, tapi tekadnya itu sekuat baja! Memang bukan dia satu-satunya Elf yang tinggal di bumi, tapi di bumi, umur Elf itu akan bertambah! Kecuali jika hanya mampir sebulan di tanggal satu sampai dua puluh lima Desember, itu tidak akan berpengaruh.
"JESSICAAAA!!!" teriakku ke seorang Elf dalam rupa manusia yang tengah sibuk di kafe yang baru saja aku masuki.
Jessica menatapku ternganga tidak percaya dan segera berlari menghampiriku. Memelukku erat. Hei, sebegitu kangennya kah dia?
"Oh my, Nick! I miss you so much!!!" kata Jessica sambil terus memelukku.
"I miss you too! How's your life? You're.... getting old?" kataku sambil mengurai pelukan dan melihat penampilannya.
Jessica memukul lenganku penuh kesal. Tentu saja dia kesal karena dibilang tua, tapi Jessica masih cantik seperti terakhir kali aku melihatnya. Penampilannya masih sama seperti dulu, seperti saat dia adalah primadona para Elf di North Pole! Tidak bisa digambarkan betapa cantiknya dia, bukan? Hanya bedanya, telinga Jessica yang tidak lagi panjang khas para Elf.
"I'm 30th now!" kata Jessica penuh kesal.
"Yes you are. And... where is your husband, huh?" tanyaku.
Betul sekali. Jessica sudah menikah, tapi dia menikah dengan Elf yang juga tinggal di bumi. Dan kalau tidak salah mereka mempunyai seorang anak. Sudah lama sekali aku tidak berkunjung melihatnya, karena dia ada di Indonesia sedangkan aku di belahan bumi lainnya. Walau kami berkomunikasi saat aku ada di bumi, tapi tetap saja rasanya tidak sama seperti bertemu langsung.
"Tentu saja bekerja, Nick. Ini hari Senin you know! By the way, apa yang membawamu ke Indonesia? Tumben sekali." Tanya Jessica sambil menarikku ke salah satu tempat duduk di kafenya dan memanggil pelayan untuk menyediakan dua cangkir cokelat panas.
"Edgar belum menghubungimu?" tanyaku.
Biasanya jika ada sesuatu, terutama karena keberadaanku di Indonesia, Edgar pasti menghubungi Jessica. Kami bertiga memang bersahabat dan sangat dekat!
Tak lama, terdengar bunyi nyaring ponsel Jessica. Aku yakin itu pasti Edgar, dan Jessica tanpa ragu langsung mengangkatnya. Aku menikmati cokelat panas yang disediakan oleh pelayan, dan hanya bisa tersenyum melihat wajah kaget Jessica.
"Kau... pedofil?!?" tuduh Jessica tidak percaya sesaat setelah memutus sambungan teleponnya.
"No, I am not!"
"Oh Nick, tidak bisakah kau mencari wanita yang seumuran saja denganmu?? Yang benar saja! Dia itu masih anak-anak yang percaya tentang keberadaanmu! Kau harus menunggunya sepuluh tahun lagi baru dia cocok denganmu!" omel Jessica.
Aku hanya bisa menghela nafas. Satu lagi Elf yang akan menceramahiku mengenai Caroline. Sebelumnya Edgar juga mengomel hal yang sama. Tapi biarlah, aku merindukan omelan sahabatku ini.
"Hey Nick, kau mau kemana?! Aku belum selesai!" kata Jessica mencegahku untuk pergi dari kafenya.
Oh yang benar saja, masa enam jam dia mengomel dan itu belum cukup??? Lagipula, ada hal yang harus aku lakukan.
"Gue mau ke pub sebelum balik kerja!" kataku yang sudah tidak lagi menggunakan bahasa Elf dan menggantinya dengan bahasa 'gaul' orang Jakarta. Jessica hanya menatapku terbengong-bengong. Tapi aku terus mengayunkan kakiku keluar dari kafe.
Well, aku ini Santa dan tentu saja aku harus bisa menguasai seluruh bahasa bukan? It's a gift. Kalau tidak, bagaimana aku bisa membaca surat-surat dari seluruh anak di dunia???
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomanceChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...