Rumahku yang ada di bumi ini ternyata mempunyai perbedaan waktu dua belas jam dengan Indonesia. Well, tidak masalah. Berarti di sini sudah jam dua belas siang tanggal 1 Desember.
Tanpa membuang waktu, aku segera berjalan ke panti asuhan tempat dimana Caroline berada. Mataku terus mencari-cari dimana gadis kecil itu di antara anak-anak yang bermain di halaman luas panti asuhan tersebut. Aku tidak berani mendekat ke panti asuhan itu. Kalau ditanya siapa aku dan apa keperluanku, aku harus menjawab apa?
Perasaan kecewa langsung menghampiriku. Gadis itu tidak ada di sana. Lalu dia sedang ada dimana? Dari biodata yang kubaca kemarin, Caroline sangat suka bermain bersama. Berlarian dan berteriak-teriak girang bersama teman-temannya. Tapi dia sekarang tidak ada di sana.
"Kak, mencari seseorang?" tanya seseorang yang sudah menarik-narik ujung bajuku dari belakang. Aku kaget dan langsung menoleh.
"Caroline?!" kataku kaget. Oh astaga, aku mencarinya di halaman itu tapi ternyata dia sudah menghampiri aku!
"Ya? Kakak mengenalku???" tanyanya tidak percaya.
Rambutnya hitam bergelombang, dengan wajahnya yang bulat. Wajah yang sama seperti yang aku lihat di foto database kemarin. Matanya yang cokelat itu terus memandangku penuh keheranan. Tapi aku tersenyum kepadanya.
"Hai Caroline, kenalkan namaku Nick. Dan... kau pasti tidak mengenalku, karena kau salah mengirimkan surat Santa kepadaku." Jawabku lancar seperti yang sudah aku karang selama lima hari kemarin. Ya, aku sudah mengarang banyak hal yang mungkin akan menjadi pembicaraanku dengan gadis ini. Dan aku cukup yakin bisa meyakinkan gadis ini kalau aku hanya manusia biasa dengan suratnya yang tak sengaja tersasar ke alamatku.
"Oh maaf!" Kata Caroline sambil menunduk malu.
"Tidak masalah." Jawabku tanpa melepas senyum.
"Tapi bagaimana mungkin? Maksudku, aku mengirimkannya ke North Pole, dan apakah kau tinggal di sana??" tanya Caroline.
Astaga, ini tidak ada di skenarioku! Aku tidak menyangka akan ditanya seperti ini oleh seorang anak kecil! Bagaimana mungkin seorang anak kecil berpikiran ... berpikiran terlalu pintar seperti ini!
Oh ayolah Nick, kau pasti lebih pintar! Kau sudah hidup bertahun-tahun. Bahkan nyaris setengah millennium! Carilah alasan!
"Ummhh... tidak. Mungkin suratmu tercecer, tapi aku sudah mengalamatkannya kepada Santa." Kataku berbohong dengan lancar. Oh bagus Nick. Kau menyukai anak-anak yang jujur, tapi kau sendiri pembohong!
"Ooooh begitu. Baiklah, kalau begitu terima kasih Kak.... Nick?" katanya ragu.
Aku mengangguk, dan Caroline pun tersenyum lebar kepadaku. Sudah aku bilang kan kalau dia itu adorable? Bahkan hanya dengan melihat senyumannya, aku pun ikut tersenyum.
"Kakak mau mengobrol sebentar? Sepertinya kakak orang yang baik." Ajak Caroline.
Sure! Tentu aku mau mengobrol dan tentu aku orang yang baik. Yah, aku seorang Santa dan tentu saja aku orang yang baik. Iya kan?
Caroline mengajakku ke taman yang ada di dekat panti asuhan tempat dia dirawat. Di sana ada bangku kosong yang langsung menghadap ke danau yang berwarna hijau. Walau saat ini matahari tepat berada di atas kami, tapi karena rindangnya pohon, panasnya tidak terasa. Sejuk. Walaupun aku tahu jelas julukan bagi ibukota negara ini. Panas dan macet!
"Kak, apa kau membaca suratku?" tanya Caroline tiba-tiba.
"Yeah..." jawabku singkat. Jujur saja, aku benci berbohong. Tapi kalau terpaksa, ya tentu aku harus berbohong. Seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomanceChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...