Epilog

5.3K 284 5
                                    

Nick POV

Aku yakin aku tidak membuat kesalahan saat memutuskan untuk menikah dengan Caroline, membawanya ke North Pole dan menjadikannya istriku. Aku sangat yakin tidak salah sama sekali!

Tapi kenapa jadi seperti ini?

Caroline itu benar-benar menjadi teman baik Shakira dan aku sangat menyesal! Kenapa? Karena mereka kerjanya bergosip ria! Dan apa yang menjadi gosip terheboh mereka? Aku dan North Pole!

Oh astaga apa dia lupa kalau aku ini suaminya? Kalau aku sudah mengikatnya dan bahkan sudah bersumpah setia dengannya di depan Ichthus? Dia pun sudah melakukan hal yang sama, dan menjadi istriku! Apa dia lupa?!

Tapi bagaimana dia bisa menggosipi suaminya???!

"Oh Edgarrrrr! Suruh istrimu berhenti! Aku bisa gila kalau setiap hari kantorku hanya grasak grusuk membicarakan aku! Ini belum ada setahun!!!!" teriakku kesal karena Shakira dan istriku, Caroline, bergosip tentang kejadian tadi pagi saat aku nyaris menabrak Elf genit yang berkedip-kedip ke arahku!

Arrghhh! Padahal kejadian itu hanya dilihat oleh istriku! Caroline! Tapi sekarang satu North Pole tahu! Mau taruh dimana mukaku sekarang??! Rasanya ingin sekali menjambak rambutku hingga botak dan menghilang saja dari dunia ini!!!

"Hahaha... biarlah Nick. Mereka berdua lagi menikmati masa hamilnya! Mungkin hobi baru mereka adalah bergosip. Bawaan bayi mungkin?" Kata Edgar sambil terkekeh geli.

"EDGARRRR! DIMANA-MANA GOSIP ITU BUKAN BAWAAN BAYI!" Jeritku frustasi.

Ya memang benar. Kedua wanita tukang gosip itu hamil. Edgar dan Shakira tidak menyia-nyiakan kesempatan saat tahu aku dan Caroline akan menikah. Jadi mereka pun langsung menggelar acara mereka TEPAT seminggu setelah aku dan Caroline menikah! Hebat bukan?

Yah, tapi mereka memang sudah sepantasnya menikah. Mereka sudah lama bersama dan aku takjub karena tidak ada 'orang ketiga' di antara mereka. Maksudku tidak ada setan! Bagi Santa dan Elf, hubungan seksual itu benar-benar forbidden!

Hanya saja, yang mengherankan, kenapa aku dan Edgar bisa bersamaan jadi calon orang tua seperti ini? Kami memang hidup bersama lamaaaa sekali. Bahkan umur kami sama! Saat aku sekolah, Edgar juga sekolah. Saat aku lulus, Edgar juga lulus. Saat aku memutuskan mulai bekerja, Edgar menawarkan diri menjadi asisten. Saat aku menikah, tak lama Edgar menyusul. Tapi kami tidak menyangka ada saatnya kami akan menjadi seorang ayah bersamaan!

Sebenarnya yang tidak ku sangka adalah kenapa istri-istri kami dekat dan suka bergosip bersama!

"Yah, kenapa kau tidak menyibukkan diri dengan membaca laporan saja daripada mengurusi mereka?" Kata Edgar membuyarkan lamunanku.

Aku menurut dan langsung menenggelamkan diri dalam laporan-laporan yang diberikan Edgar. Huft, aku kira aku tidak akan mendapatkan seorang istri yang seperti Shakira yang bawel tidak tertolong. Tapi ternyata aku mendapatkan seorang istri yang BERTEMAN KELEWAT AKRAB dengan Shakira!

Harusnya aku menjauhkan Caroline dari Shakira! Harusnya aku mencegah semua ini terjadi! Ck.

Pintu langsung didobrak begitu saja dan membuatku hampir saja tersedak meminum cokelat panasku. Oh astaga, dan kali ini bukan Edgar ataupun Shakira yang membuka pintuku tanpa ijin. Ini pegawaiku yang lain! Kenapa semakin banyak pegawaiku yang tidak sopan??!

"Pakkkk! Istri Bapak!!! Dia... dia..."

"KENAPA ISTRI SAYA?!?" tanyaku panik.

"MAU MELAHIRKANNNN!!!"

Apa?! Tapi katanya Caroline akan melahirkan dua minggu lagi? Oh astaga Nick, jangan berpikir sekarang! Bergerak!!!

Aku langsung berlari secepat kilat keluar dari kantor dan pulang ke rumah. Dan untung saja rumahku itu berada di sebelah perusahaanku!

"Hei bro... santai! Pasti baik-baik saja." Kata Edgar yang ikut berlari bersamaku. Nafas kami masih terengah-engah karena kecepatan lari kami yang seperti orang gila!

"Gimana mau santai! Di dalam istriku lagi berusaha melahirkan, mana mungnkin aku santai?!"

"Iya Ed! Emang kamu bakal santai kalau aku nanti mau melahirkan? Melahirkan itu sakit tau! Tuhh, dengar saja suara Caroline yang berusaha sekuat tenaga mengeluarkan bayinya!" sindir Shakira.

"Yaaahhh...." Kata Edgar sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Ha! Kena kau Ed!

Aku terus berkomat-kamit mengucapkan berbagai permohonan agar Caroline dan bayiku selamat. Bahkan aku tidak bisa berhenti mondar-mandir karena khawatir! Oh astagaaaa... Sebentar lagi aku akan menjadi ayah!

Pintu kamar terbuka lebar. Aku langsung menoleh ke arah seorang bidan yang keluar dari kamar. Tapi lucunya, bukan kebahagiaan ataupun ucapan selamat yang ku terima. Malah kepanikan yang ada. Bidan itu beserta perawat panik dan tergagap-gagap ingin berbicara denganku. Loh, ada apa???

"Oh astaga Pak! Istrinya... anaknya... aduhhh!!!! Anak bapakk..." kata bidan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah dalam kamar.

"ADA APA??!" tanyaku khawatir setengah mati. Tapi bidan itu terus tergagap tidak jelas dan membuatku kesal!

Karena tidak sabaran, aku langsung melewati bidan itu dan masuk ke dalam kamar. Ini menyangkut nyawa istri dan anakku!

"Caroline!" Panggilku yang ikutan panik karena bidan tadi.

Caroline ada di atas kasur dan terkulai lemah. Dia masih sadar dan masih bisa tersenyum kepadaku. Ah senyumnya... Dia tidak pernah berubah! Dia cantik dan apa adanya. Baik, tulus... Masa bodoh dengan pertemanannya dengan Shakira, tapi yang jelas setiap kali aku melihat senyumnya, aku selalu jatuh cinta kepadanya. Lagi dan lagi! Aku rasa, kehidupanku benar-benar sempurna!

"Lihat anak kita, Tuan Claus!" kata Caroline.

Oh astaga, aku sampai lupa kenapa aku memaksa masuk!

Aku langsung menoleh ke samping Caroline. Di sebelahnya ada bayi mungil yang terbungkus kain putih. Tidur dan terlihat begitu damai. Aku berjalan semakin mendekat ke arah ranjang.

Anakku... oh astaga, air mata seperti mengalir begitu saja ke pipiku. Sungguh, aku tidak masalah kalau aku menjadi seorang yang cengeng sekarang juga, karena ini sungguh mengharukan! Anakku lahir ke dunia! ANAKKU! Keturunanku. Generasi penerusku!

"NICK?! KOK ANAK LU BISA KEMBAR?!??!?!" teriak Edgar luar biasa panik saat baru saja masuk ke dalam kamar.

Tunggu...

Memang di sebelah Caroline itu ada dua bayi mungil yang sedang tertidur dalam damai. Wajah keduanya pun mirip dan keduanya saling menautkan jari. Tapi... DUA???!

Oh God, bagaimana mungkin bisa???!

Bukankah keluarga Claus itu hanya satu garis lurus? Bukankah setiapnya hanya dikaruniai SATU ORANG PUTRA yang akan meneruskan perusahaan ini? Bukankah selama lima generasi berturut-turut, putra keluarga Claus harus menjadi putra tunggal dan putra mahkota?

Oh astaga!!! Pantas saja bidan tadi panic luar biasa, karena sekarang pun aku panic luar biasa!

"ANAK GUE KEMBAR??!! Anak gue kembar! Oh astaga, anak gue kembar?!" Teriakku tidak percaya.

Tiba-tiba sebuah gelas plastic langsung melayang dan tepat mengenai kepalaku. Aku meringis sakit tapi tak berani membentak siapapun. Karena yang melemparnya adalah Caroline!

"Heh! Berisik ah! Kalau kalian mau berisik, sana keluar! Mereka anak-anak gue yang berusaha tidur! Mereka terlalu cantik dan tampan untuk denger suara bapaknya dan omnya yang kayak bebek cempreng!" usir Caroline dengan penuh amarah.

Tapi... tapi....

Oh astaga, mereka.... Kembar???

Anakku... Keturunanku adalah sepasang kembar?! Bagaimana bisa?!

Santa is Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang