Kini aku sudah berada dalam perjalanan menuju rumah Akasa
Didalam mobil pun aku masih sibuk dengan pikiranku memikirkan apa yang harus aku katakan kepada orang tuanya tentang hubunganku dengan Akasa
Karena sampai saat ini tidak ada perubahan sama sekali
Aku masih belum memiliki perasaan kepada Akasa"Akasa bagaimana penampilanku malam ini cantik kan?"tanyaku untuk mencairkan suasana
Akasa menoleh lalu melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki
"Tidak ada yang berbeda kau biasa saja" jawabnyaMendengar jawaban dari Akasa membuatku lebih memilih untuk diam entahlah mungkin Akasa sedang tidak ingin bercanda denganku
Jika dipikirkan baik baik Akasa memang tidak menunjukan bahwa dia menyukaiku karena semua perlakuannya padaku hanya karena tuntutan agar aku bisa sembuh dan paru paruku bisa bernafas kembali dengan normal mungkin setelah itu Ia tidak akan mempedulikan aku lagiAku memasuki halaman rumah Akasa yang terbilang sangat luas dan mewah
Akasa turun dari mobil lalu disusul olehku
"Santai saja tidak usah gugup" ucap Akasa lalu menggenggam tangankuAku memasuki rumah Akasa tak lama kemudian Ayah Akasa menghampiri kami
"Wah lihat siapa yang datang calon tunangannya Akasa"
"Dara bagaimana kabarmu?"Aku mencium tangan ayah Akasa sambil tersenyum gugup
"Baik bagaimana kabarmu ayah? Selalu sehat kan?"tanyakuAyah Akasa mengangguk sambil tersenyum senang kemudian ibu Akasa datang menghampiri kami aku pun langsung mencium tangannya
"Ah Dara kau sudah datang"ucap ibu Akasa
"Ayo kita duduk sudah lama kita tidak berbincang bincang"ajak Ayah Akasa
Aku dan Akasa duduk berdampingan begitu juga dengan kedua orang Akasa kami duduk bersebrangan
"Umm bagaimana kabar ibumu Dara? Dagangannya selalu habis terjual kan?"tanya Ayah Akasa"Ahh benar kita bersyukur karena setiap hari selalu saja habis terjual tak jarang juga ada yang memesan sayuran segar dengan banyak"jawabku yang berusaha bersikap normal
"Bagaimana dirimu dengan Akasa?"tanya ibu Akasa dengan dingin
Memang ibu Akasa tidak terlalu merestui hubungan kami terkadang ibu Akasa sering memperkenalkan perempuan kepada Akasa
Wajar aku hanya dari keluarga sederhana ditambah lagi sekarang aku hidup bergantung kepada keluarga AkasaAkasa menoleh ke arahku sekilas
"Kita baik baik saja bu setiap hari kita selalu menghabiskan waktu bersama tak jarang juga kita suka berkencan"
"Saat disekolah pun aku dan Dara selalu bersama" ucap Akasa berbohongSemua yang dikatakan Akasa bohong kami tidak seperti itu bahkan aku dan dirinya belum sama sekali berkencan
Kita bersama pun disekolah hanya untuk makan bersama dan mengingatkanku untuk meminum obat"Benarkan Dara?"tanya ibu Akasa untuk memastikan
Aku melirik ke arah Akasa sekilas
"Ah benar besok kita pun--""Dengar ya Dara dirimu adalah calon tunangannya Akasa kita bukan dari keluarga main main jadi tolonglah hargai perasaan Akasa"
"Hidupmu kan sudah ditanggung oleh kami jadi kau harus
berbalas budi dengan membahagiakan Akasa jangan mempersulitnya" jelas ibu Akasa yang memotong perkataanku"Sayang jangan seperti itu" ucap Ayah Akasa
Akasa menghela nafas lalu mengeratkan genggamannya
Mendengar penjelasan dari ibu Akasa membuatku merasa tertekan,Aku sudah berusaha untuk menyukai Akasa tetapi sampai sekarang belum bisa
Aku merasa hidupku memang diperuntukan untuk Akasa seharusnya aku tahu diri dan menuruti perkataannya
Walaupun aku sudah melakukannya tetap saja tidak bisa
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDHANI
Teen FictionPengorbanan bukan hanya harta,Barang,Ataupun tenaga Pengorbanan yang sesungguhnya adalah merelakan nyawa demi orang yang kita cintai agar hidup lebih lama