Semua karakter,tempat,organisasi,dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi
Adakah menu terbaik pagi ini selain hati yang jernih jiwa yang terang dan lapang
seperti burung-burung yang teramat yakin dengan janji Tuhan.Kukira, rindu telah menepi kukira aku telah berdamai ternyata belum,Pagi ini ada rindu yang bertamu.Aku terbangun dari tidurku kemudian merasakan nyeri yang amat sakit dari kepalaku padahal posisi tidurku sudah benar sesuai dengan anjuran dokter
Tak lama berselang tiba tiba saja pintu terbuka dengan suara decitan yang pelan ternyata ibuku datang sambil membawa sarapan"Nak,Jangan lupa untuk sarapan" ucap ibuku sembari menaruh nampan diatas meja belajarku
"Ibu sudah sarapan?"
Ibuku mengangguk sambil tersenyum kecil kemudian kakinya melangkah menghampiri ranjang tidurku
"Hari ini ibu masih berjualan sayuran tak apa kan?""Astaga ibu memangnya akan terjadi apa,Tidak apa apa lagi pula hari ini aku akan keluar bersama Ardhani"
"Boleh kan bu? Ketika aku masih dirumah sakit ia mengatakan akan mengajak kesuatu tempat jika aku sudah sembuh" jelasku sambil mengusap telapak tangan ibu yang semakin mengkerutBelum ada jawaban dari ibu melainkan pegangan erat yang aku rasakan dari tanganku
"Sebenarnya boleh tetapi ibu khawatir jika sesuatu terjadi padamu ya walaupun kondisimu sudah mulai membaik""Ibu tidak percaya kepada Ardhani?"tanyaku
"Percaya sayang baiklah kalau begitu pergilah bersamanya dan lupakan ibu" jawab ibu kemudian berjalan meninggalkanku
Mataku membulat kemudian berlari kecil untuk menghampirinya
"Ibu kok seperti itu? Ada apa bu? Baiklah baiklah kalau begitu aku tidak akan pergi"Dengan cepat ibuku langsung membalikkan badan sambil tersenyum lebar kemudian memelukku
"Hahaha tidak sayang ibu hanya bercanda tak apa sudahlah pergi dengannya lagi pula Ardhani sudah meminta izin""Astaga ibu membuatku khawatir saja maaf ya bu tidak bisa membantu ibu berjualan"jawabku yang kemudian mengigit bibir bawahku
Kemudian ibu mengusap pipiku pelan
"Tidak apa lagi pula ibu mengerti diusiamu yang sudah dewasa ini harus menikmati masa muda yang menyenangkan"Setelah itu aku pun langsung bergegas mandi dan bersiap siap karena Ardhani akan mengajakku pergi sebelum jam sepuluh pagi
Aku pun memakai sling bag dan sedikit memakai lipcream berwarna peach lalu berjalan keluar kamar untuk mengambil sepatuku tak lama handphoneku berdering panggilan masuk dari Ardhani
"Hallo Dara,Aku sudah berada didepan rumahmu"
"Ah baiklah sebentar lagi aku akan keluar"
Begitu mematikan sambungan telponnya,Aku pun langsung keluar rumah dan mengunci pintu
"Ardhani aku merindukanmu"gumamku sambil memasukkan kunci kedalam tas kecilkuAku terdiam begitu melihat Ardhani sudah berdiri menatapku dengan membawa sepeda
"Ardhani kenapa membawa sepeda?"ucapku sambil menunjuk sepedanya"Ah hehehe aku ingin mengajakmu menaiki sepeda untuk pergi kesana,Tadinya aku menyewa ini untuk seharian tetapi pemiliknya menolak karena sepeda ini ada yang ingin menyewanya juga yasudah aku beli saja sepeda ini dengan harga tinggi" jelas Ardhani sambil memberikan senyuman
Mendengar penjelasannya aku pun langsung tertawa kecil
"Baiklah kalau begitu apakah aku boleh menaikinya?"tanyaku"Tunggu aku yang akan memboncengmu dan sudah aku berikan bantal kecil untuk duduk"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDHANI
Teen FictionPengorbanan bukan hanya harta,Barang,Ataupun tenaga Pengorbanan yang sesungguhnya adalah merelakan nyawa demi orang yang kita cintai agar hidup lebih lama