Semua karakter,tempat,organisasi,dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi
Sinar mentari memaksa masuk dari balik kaca yang besar sesekali terasa hembusan angin dipagi hari yang menenangkan hati
Suara kendaraan memenuhi jalanan kota yang perlahan lahan mulai padat awan pun berwarna biru teduh yang membuat mata damai saat melihatnyaAku pun masih terbaring lemah diranjang pasien dengan selang infus yang masih menempel diantara pergelangan tanganku untungnya hari ini tidak ada orang yang menemaniku dan ruangan pun terasa sangat sepi
"Kenapa aku tiba tiba merindukan Akasa? Ada apa dengan diriku?"batinku sambil menatap lurus kedepanSebelumnya Ardhani menolak ketika aku menyuruhnya pulang untuk makan dan berganti pakaian namun akhirnya ia mengikuti perkataanku setelah aku mengatakan bahwa semua akan baik baik saja
Dokter juga memberikan hasil pemeriksaan yang menunjukan kepalaku sudah membaik mungkin besok aku sudah diperbolehkan pulang dan itu kebetulan sekali karena besok kepulangan Akasa dari Jepang entahlah apa reaksi dirinya setelah tahu aku baru keluar dari rumah sakitTak lama handphoneku berdering panggilan masuk dari Akasa lantas aku pun terkejut sampai meringis kesakitan karena selang infus hampir saja terlepas dari pergelangan tanganku
"Argh astagah berdarah bagaimana ini" ucapku dengan cepat langsung memencet belTak lama dua orang perawat langsung memasuki ruanganku setelah aku menunjukan pergelangan tanganku mereka dengan cepat langsung melepas selang infusnya dengan hati hati
"Perawat sebentar aku ingin mengangkat telepon masuk dari handphoneku""Hallo Akasa ?"
"Dara hari ini aku sedang bersiap siap untuk pulang dan besok aku sampai dibandara"
"Ah begitu baiklah hati hati aku tunggu kepulanganmu"
"Besok aku ingin bertemu denganmu kau bisa kan?"
"Ummm oke besok aku akan menemuimu
Nanti telepon aku jika kau sampai dibandara""Baiklah aku tutup telponnya"
Para perawat pun sudah keluar dari ruanganku kini aku terdiam memikirkan bagaimana jika aku belum diperbolehkan pulang oleh dokter dan Akasa jangan sampai tahu kalau aku sedang dirawat dirumah sakit entahlah aku pun sangat merindukan dirinya kemudian kepalaku menoleh ke arah pintu ternyata Ardhani sudah berdiri disana sambil tersenyum manis
"Anii"Ardhani berjalan menghampiriku sambil membawa tas nya kemudian ia duduk disampingku
"Apa yang membuatmu terlihat khawatir?"Aku pun terkekeh pelan kemudian meraih kedua tangan Ardhani
"Kenapa kau sangat bersemangat sekali? Astaga lihat dirimu tumben sekali kau memakai kaos polos""Hehe ibumu sedang berjualan banyak sekali yang memesan sayur segar jadi ibu tidak bisa kemari lalu ibuku sedang menghadiri pertemuan dengan rekan kerja papah begitu juga dengan Ka Ansel" jelas Ardhani kemudian mengeluarkan macbooknya dari dalam tas
Aku mengangguk mengerti kemudian mengusap kepala Ardhani dengan lembut lantas dirinya langsung menatapku serius
"Ada apa?"tanya Ardhani
"Sandwich dan susu?"
Ardhani langsung membulatkan matanya terkejut
"Astaga aku lupa umm kalau begitu tunggu disini ya aku akan membelinya sekarang" ucapnya sambil menaruh macbooknya dikedua kakiku dan berlari keluar dari ruangankuMelihat tingkahnya aku hanya bisa menggelengkan kepala dan mataku tak sengaja melirik layar macbook yang menampilkan akun instagram milik Zoya
"Apa ini?"Lima belas menit kemudian Ardhani kembali ke ruanganku dengan membawa kantong belanjaan dan ia langsung berlari ke arahku setelah melihat aku yang sedang menangis sambil memegang dada
"Dara ada apa? Kau tidak apa apa kan?"ucapnya sambil memelukku dengan erat
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDHANI
Teen FictionPengorbanan bukan hanya harta,Barang,Ataupun tenaga Pengorbanan yang sesungguhnya adalah merelakan nyawa demi orang yang kita cintai agar hidup lebih lama