Semua karakter,tempat,organisasi,dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi
Aku menidurkan kepalaku diatas paha Ardhani sambil menatap langit malam ditepi pantai
Tempat ini adalah saksi dimana aku benar benar dipersatukan oleh Ardhani hanya saja aku khawatir bagaimana jika ibu tidak menyetujui hubunganku dengan Ardhani mungkin dipikiran ibu masih ada bayangan sosok Akasa yang belum bisa dilupakan begitu saja
Meskipun begitu seiring berjalannya waktu perlahan lahan ibu pasti akan menerima kehadiran ArdhaniArdhani menunduk menatap wajahku
"Ayo pulang ibu pasti sudah menunggumu""Ummm baiklah ayo tapi sebelum pulang kau belikan aku roti bakar ya? Jika tidak aku akan tetap disini"ucapku
"Yasudah tak apa disini saja sampai pagi" ucapnya lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkanku
Aku mendengus kesal lalu berlari menyusulnya begitu tepat dibelakang Ardhani,Aku pun langsung memeluknya erat
"Ayoo belikan aku roti bakar jika tidak aku akan seperti terus""Baiklah seperti ini saja aku lebih menyukai pelukanmu dari pada roti bakar"
"Ayo peluk aku erat erat"Dengan cepat aku langsung mencubitnya sesekali memukulnya pelan sambil terus memohon agar permintaanku dikabulkan olehnya
"Ah hahaha iyaya sudah sudah ayo,Sebelum berangkat rentangkan kedua tanganmu kesamping"Begitu aku sudah merentangkan kedua tangan kesamping,Ardhani langsung memakaikanku jaketnya setelah selesai ia langsung menempelkan dahinya dengan dahiku
"Come on little girl, we eat toast""Hey aku bukan anak kecil!"
Diperempatan jalan Ardhani ingin mengajakku untuk memakan daging panggang tetapi aku menolaknya dan tetap ingin memakan roti bakar
Begitu menemukan salah satu kedai roti kami pun langsung memesannya sambil menikmati secup kopi panas
Setelah menunggu selama sepuluh menit akhirnya roti bakar pesanan kita jadi kemudian kami berdua mencari tempat untuk menyantapnya"Disana saja di tepi sungai bagaimana?"tanyaku
Ardhani mengangguk dan langsung menggengam tanganku
Kami pun langsung menyantap rotinya yang masih dalam keadaan panas dan tidak lupa untuk mencicipi roti bakar milik Ardhani yang kebetulan rasa cream keju dan ia pun mencicipi yang milikku juga
"Milikku rasa coklat wahh enak sekali"ucapku"Bisa tolong pegang punyaku,Aku ingin mengambil kamera didalam tas" ucap Ardhani
Karena ia masih sibuk dengan kameranya,Aku pun dengan hati hati menggigit roti miliknya
Matanya tak sengaja melirikku kearahku dan langsung memasang wajah datar begitu menyadari bahwa rotinya sudah dimakan lagi olehku
"Aku akan memotretmu" ucap Ardhani"Baiklah,Satu dua tigaaa" ucapku
Terlihat difoto tersebut menampilkan mulutku yang dipenuhi dengan lelehan coklat
"Yak Ardhani kenapa tidak bilang,Menyebalkan sekali""Hahaha lucu sekali sudah tak apa nanti saja dibersihkannya aku ingin memotretmu lagi"
"Ardhani!"
Kini kami berdua sedang berjalan berdampingan menuju halte bus sambil menikmati lagu dari earphone Ardhani
Ketika masih ditepi sungai tiba tiba saja ia memasangkan earphone ditelinga kiriku
Dengan senang aku pun menerimanya
"Anii sejak kapan kau menyukai lagu lagu seperti ini? Wahhh aku kira kau menyukai lagu lagu rock and roll"Ardhani terkekeh pelan
"Memangnya aku terlihat seperti itu ya?"Aku mengangguk dengan wajah polos kemudian Ardhani mencium pipiku sekilas
"Berhenti memasang wajah menggemaskan seperti itu"ucapnya lalu berjalan meninggalkanku
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDHANI
Teen FictionPengorbanan bukan hanya harta,Barang,Ataupun tenaga Pengorbanan yang sesungguhnya adalah merelakan nyawa demi orang yang kita cintai agar hidup lebih lama