26

34 7 0
                                    


Semua karakter,tempat,organisasi,dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi


Seperti biasa aku bangun pagi pagi untuk berangkat ke sekolah,Mungkin akhir akhir ini tidak merasa bosan tetapi ada sesuatu yang membuatku rindu yaitu ketika sedan hitam berhenti tepat dirumahku dan Akasa menungguku diluar
Terlihat ibu sedang sibuk menyapu lantai rumah sambil bersenandung riang melihatnya seperti itu membuatku menjadi tenang
"Ibu tidak berdagang hari ini?"tanyaku seraya mengambil sepatu

"Ah hari ini ibu libur karena harus ke desa ya untuk mengontrol produksi disana dan bekerja sama dengan beberapa petani"
"Mungkin ibu akan pulang terlambat"jawab ibu

Aku mengangguk setelah mendengarkan jawaban dari ibu,Begitu selesai memakai sepatu aku pun dengan cepat mencium tangan ibu dan berjalan pergi meninggalkan rumah seraya merapihkan rambut dan dasi yang berada dikerahku

Kini aku sedang menunggu bus dengan beberapa murid dari sekolah lain dan tiba tiba saja ada seseorang yang langsung berdiri disampingku
Aku mengerutkan dahi bingung ketika melihat penampilan orang tersebut yang sangat tertutup
"Ah siapa dia" ucapku ketika kakiku melangkah menjauhinya orang tersebut lantas langsung menggenggam tanganku

"Memang aku penjahat?"

"Ardhani?!"

Bus datang dan berhenti tepat didepanku dengan cepat Ardhani menarikku begitu saja untuk naik kedalam hampir saja tersandung untungnya ia langsung menarik tanganku

"Kau ini kenapa"ucapku sambil memicingkan mata ke arahnya

Aku dan Ardhani duduk dikursi belakang dengan berdampingan belum menjawab justru Ardhani melepaskan hoodie dan maskernya kemudian melepaskan kancing seragamnya satu persatu setelah itu ia malah mengacak ngacak rambutnya sambil berkaca dimataku hal gila yang membuatku frustasi karena tingkahnya

"Kau ingin tebar pesona?"tanyaku dengan nada sinis

Ardhani menaikkan alisnya sebelah
"Aku berpakaian seperti itu agar ka Ansel tidak mengantarku ke sekolah istilahnya aku kabur"
"Ah iya semalam ayahku membeli kamera digital yang seharga lima puluh juta keatas katanya aku harus memperdalam bakat memotret dan ayahku menyuruh untuk menjadi photografer"

"Wahh itu kabar gembira baguslah jika orang tua mendukungmu" ucapku sambil bertepuk tangan

Ardhani tersenyum manis kemudian mengikat lengan hoodienya dikedua bahuku setelah itu ia mengkedipkan mata sebelah ke arahku

"Aish kau ini ada apa"

Kami berdua berjalan berdampingan memasuki area sekolah terlihat sedan satu persatu memasuki area parkir terkadang aku iri melihat murid yang diantar kesekolah oleh ayahnya tetapi aku harus tetap bersyukur karena memiliki ibu yang masih sanggup menyekolahkanku

"Ah iya aku lupa mencatat tugas bahasa inggris boleh ku pinjam bukumu?"tanya Ardhani

Dengan senang hati aku pun mengangguk setuju
"Boleh umm kita sudah lama ya tidak pergi ke rooftop sekolah ataupun gudang wahh aku merindukannya"

"Nanti kita kesana"ucap Ardhani

Kami berdua sudah berjalan dilorong kelas sambil menyapa beberapa adik kelas dan teman seangkatan tampaknya sekarang mereka sudah mendukung hubunganku dengan Ardhani walaupun masih ada beberapa yang berkomentar jahat
Setelah sampai diruang kelas Ardhani langsung duduk dibangkunya dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas tidak lupa dengan earphone miliknya begitu juga denganku mengambil buku bahasa inggris untuk diberikan kepada Ardhani

"Terima kasih kebetulan aku sudah mencetak beberapa foto yang kemarin ketika bersama Ferza"
"Lihat saja fotonya" ucap Ardhani kemudian mulai membuka lembaran buku catatannya

ARDHANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang