35

44 7 0
                                    

Semua karakter,tempat,organisasi,dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi















Begitu sampai dirumah Akasa,Aku terdiam setelah melihat pagar rumahnya tertutup rapat lalu mataku menatap sekaliling kediaman Akasa tak lama ada seorang penjaga menghampiriku

"Permisi ada yang bisa saya bantu?"

"Ah aku Dara calon-- ah maaf maksudku aku ingin bertemu dengan Akasa" jawabku dengan nada gugup

"Anda sudah memiliki janji dengan tuan muda?"

Begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan penjaga tersebut aku pun langsung terdiam sepertinya keluarga Akasa sudah mengganti penjaga lagi karena yang sebelumnya sudah sangat mengenalku
Akasa keluar lalu membuka bagasi mobilnya begitu selesai mata Akasa menatap ke arah gerbang ada seorang gadis yang memakai dress bewarna biru muda dengan cepat Akasa berjalan menghampirinya

"Akasa" panggilku

"Dara! Buka pintunya cepat"

Begitu pintunya terbuka lebar lantas aku pun langsung berlari menuju Akasa
"Dara apa yang membuatmu datang kemari? Ah maaf penjaga yang lama sedang pergi ke kampung halamannya jadi wajar ia tidak mengenalimu" jelas Akasa

Aku tersenyum lebar namun aku pun masih terus menitihkan air mata
"Akasa kenapa kau melakukan ini" ucapku sambil memukul dadanya dengan keras

Akasa pun langsung terkejut kemudian tangannya memegang kedua pundakku
"Apa yang aku lakukan?"

"Kenapa aku baru mengetahui bahwa kau adalah pendonorku dan yang lebih parah lagi kau adalah teman kecilku"
"Akasa kenapa kau tidak mengatakan dari awal bahwa kau mencintaiku sampai rela mengorbankan segalanya" jelas ku sambil terus menangis didepannya

Akasa tersenyum miris kemudian memelukku dengan sangat erat sambil menaruh dagunya diatas kepalaku lalu tangan kanannya mengusap rambutku dengan lembut
"Ternyata kau baru mengetahuinya ya tak apa karena semua itu adalah permintaanku"
"Aku tidak bisa menyatakan perasaanku langsung begitu saja kepadamu karena aku tahu dirimu sangat tak menyukai diriku,Wajar kau baru mengetahuinya sekarang karena dirimu mengalami amnesia ringan" jelas Akasa yang masih terus mengusap rambutku lembut

Pikiran dan perasaanku kini sangat berantakan karena semua ini diluar dugaanku
"Akasa tapi kenapa aku tidak bisa mencintaimu?"tanyaku

Begitu aku melontarkan pertanyaan tiba tiba saja dada Akasa berdegup sangat kencang
"Karena hatimu ditakdirkan untuk Ardhani bukan untukku"
"Sedangkan aku ditakdirkan untukmu" jawab Akasa disertai dengan kekehan ringan

"Kini aku mengingat semuanya,Akasa"







Mungkin kalian beranggapan setelah ini aku akan meninggalkan Ardhani lalu kembali bersama Akasa,Itu semua salah hatiku tetap untuk Ardhani walaupun aku ingin kembali belajar mencintai Akasa itu semua sudah terlambat
Dari kejadian ini aku terus mempersiapkan diri untuk kejadian yang akan datang entahlah rasanya aku ingin mati saja jika semua diluar dugaanku

Dan kini aku dan Akasa sudah duduk berdampingan ditaman belakang sambil menikmati taman dimalam hari setelah menangis didepan Akasa rasanya hati dan pikiranku menjadi tenang ditambah lagi bibirku tak ada hentinya untuk tersenyum

"Ah ya Akasa aku masih tidak percaya bahwa kau adalah teman kecilku dan aku sudah membaca surat kecil darimu semua isinya benar benar terlihat polos dan sangat tulus" ucapku sambil tersenyum lebar didepannya

"Benarkah? Ibumu ternyata masih menyimpannya tapi dulu kau sangat tidak menyukaiku bahkan saat aku tidak sengaja mencium pipimu kau langsung menangis dan terus mencuci pipimu menggunakan sabun entah merasa jijik atau kenapa intinya aku suka momen itu"
"Momen saat aku dan kau menanam bunga matahari disitu kau terus menakuti dengan cacing tanah tapi tiba tiba saja ditopimu ada seekor ulat yang menempel lantas kau langsung memelukku sambil berteriak" jelas Akasa yang begitu antusias menceritakan semuanya kepadaku

ARDHANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang