Aku masih setia memeluk lututku sesekali mengelap pipi yang basah
Terkadang dadaku sesak membayangkan Ardhani yang akan berlumuran darah lagi
Aku pun tidak bisa menghampirinya itu akan membuat dirinya semakin diserangTiba tiba saja aku melihat bayangan berdiri tepat disamping lalu memakaikanku jaket
"Ku kira kau sudah pulang"Aku mendongak ternyata Ardhani sambil tersenyum kearahku dengan cepat aku langsung memeluknya erat
"Syukurlahhh aku sudah mengira kau akan pingsan seperti waktu itu"
"Kau tidak apa apa kan?"tanyaku sambil menangkup kedua pipi Ardhani"Berhenti berkelahi Ardhani! Aku tidak ingin kau terluka lagi" ucapku sedikit membentak membuat dirinya terkejut
Aku kembali memeluknya tanpa disadari tangan ia pun sudah melingkar tepat dipunggungku
"Ferza datang menolongku setelah mendapat panggilan tak terjawab darimu"ucap Ardhani
"Lalu dia kemana? Kenapa tidak kemari?"tanyaku masih memeluk Ardhani
"Dia tahu kalau aku akan menghabiskan waktu bersamamu"jawabnya
Seketika aku terdiam setelah mendengar jawaban dari Ardhani
Lalu aku melepaskan pelukannya
"Kita akan tetap menonton filmnya? Tapi lihat wajahmu sedikit lebam"ucapkuArdhani melepaskan jaketnya dariku lalu memasangkan pada dirinya
"Aku akan memakai ini agar tidak terlihat dan menjadi bahan tontonan orang lain"
"Sudah jam berapa ini?"tanya ArdhaniKemudian aku dan dirinya menatap layar handphone yang sudah menunjukan pukul jam setengah sembilan malam
"Kau yakin? Memang si filmnya akan dimulai jam sembilan malam" jawabku"Yasudah kita menontonnya lain kali saja,Aku akan mengantarmu pulang"
Yang membuatku terdiam adalah tangan Ardhani yang sudah mengenggam tanganku
"Baiklah ayo tapi sebelum sampai dirumah aku akan mengobati lukamu terlebih dahulu"Kini aku dan Ardhani sedang duduk berdampingan ditaman bermain yang sama saat aku sedang menangis sendirian
Dengan perlahan aku membuka bungkusan plester
"Agak mendekat ke arahku"Senyumku mengembang ketika selesai memasangkan plester diwajah Ardhani
"Sebentar ibuku menelpon" ucapku sambil mengeluarkan handphone dari dalam saku rok seragamku
"Hallo ibu ada apa?"
"Kau dimana? Cepat pulang akhir akhir ini kau sering pulang terlambat"
"Ibu tunggu dalam waktu sepuluh menit"Aku menganga tidak percaya karena ibu langsung mematikan telponnya begitu aku ingin menjawab
"Ibuku menunggu dalam waktu sepuluh menit" ucapku sambil menatap wajah Ardhani"Jarak dari sini tidak terlalu jauh kan? Tak perlu khawatir"
"Ayo naik ke punggungku" ucap Ardhani yang langsung berjongkok dihadapanku"Tidak tidak badanmu pasti sakit,Kita berjalan kaki saja" ucapku yang menolak tawarannya
"Cepatlah aku baik baik saja"
"Kau yakin? Ardhani aku kan gendut" ucapku
Ardhani langsung tertawa setelah mendengar ucapanku
"Hahahah kurus begitu dibilang gendut? Cepat naik nanti kita terlambat"Dengan hati hati aku menaiki punggung Ardhani
Aku pun masih terkejut dengan tawarannya karena Akasa tidak pernah melakukan hal ini kepadaku
"Kau yakin?"tanyaku yang masih ragu raguBukannya menjawab Ardhani langsung menggendongku begitu saja lantas aku pun berteriak kecil
"Yak!yaaa hati hati" ucapku
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDHANI
Teen FictionPengorbanan bukan hanya harta,Barang,Ataupun tenaga Pengorbanan yang sesungguhnya adalah merelakan nyawa demi orang yang kita cintai agar hidup lebih lama