"Ibu aku pulang"
Aku memasuki rumah dengan menenteng sepatu dan melihat ibu sedang sibuk mengemasi beberapa sayuran segar
"Hai sayang sudah pulang nak?"
"Kemarilah bantu ibu mengemasi sayuran untuk di jual ke minimarket""Wah ibu sudah mulai mengirim sayuran ke minimarket? Lalu bagaimana dengan berjualan ditoko bu?"tanyaku
"Besok kan weekand bagaimana kalau kamu bantu ibu membereskan barang dagangan ditoko dan mengirim sayuran ke minimarket juga?"tanya ibu
Aku tersenyum senang
"Tapi bu nanti malam aku akan ke pusat kota untuk membeli handphone baru karena sudah beberapa hari aku kesulitan tanpa handphone" jawabku"Aku pulang"
Ardhani menutup pintu lalu berjalan ke arah kamarnya ia sudah biasa jika pulang larut malam dan tidak pernah dimarahi oleh kedua orang tuanya karena takut Ardhani akan memberontak lagi pula ibunya sangat menyanyangi Ardhani
Kaka dan Ayahnya pun sangat sibuk dan jarang sekali berada dirumah maka dari itu Ardhani akhir akhir ini selalu berada dirumah untuk menemani ibunya
"Ardhani ibu sudah masak ikan bakar dan sayur bayam"
"Umm maaf ya jika rasanya tidak sama seperti yang kamu inginkan"Ardhani menatap ibunya sebentar yang sudah berdiri didapur lalu berjalan menghampirinya kemudian ia melepaskan tasnya dan duduk dibangku meja makan
"Ibu sudah makan?""Ah sudah ini hanya untukmu,Ayo makan"
"Kau mau minum bir?"Ardhani yang baru saja mengambil secentong nasi langsung menatap ibunya
"Ibu aku sudah tidak mau meminum alkohol jadi berhentilah menawari aku bir"
"Memangnya ibu mau jika aku terus meminumnya?"Ibu tersenyum lega lalu mengusap rambut Ardhani dengan lembut
"Syukurlah ibu sangat senang mendengarnya karena ibu yakin setelah kamu berhenti meminum alkohol lalu berhenti berkelahi pasti ada perempuan entah dari teman sekelasmu atau kelas lain mungkin saja dari sekolah yang berbeda akan mulai menyukaimu"
"Karena pada dasarnya perempuan benci mencium bau alkohol dan asap rokok"Ardhani terdiam dan tiba tiba pikirannya mengingat Dara
"Ibu temani aku untuk makan sebentar ya"Setelah mengganti seragamnya dengan kaus dan celana pendek Ardhani keluar dari kamar untuk meminum segelas air putih lalu matanya tak sengaja melirik ibunya yang sedang melipat selimut dan beberapa sprei
Ardhani menaruh gelasnya di atas meja makan lalu berjalan menghampiri ibunya
"Ibu ada yang ingin aku katakan""Ahh ibu kira kau sudah tidur tapi ini sudah malam"
"Sebentar saja bu"
"Yasudah duduk disamping ibu"
Ardhani duduk disamping ibunya sambil menghela nafas kasar
"Entah aku dekat atau tidak tapi aku merasa ada perubahan""Dekat dengan siapa?"tanya ibu yang mulai penasaran
"Perempuan teman sekelasku ia selalu mengangguku,Menemaniku di atas rooftop kadang menghampiri jika aku berada di gudang sayangnya bu dia sudah menjadi calon tunangan seseorang yang seangkatan juga denganku" jelas Ardhani
Ibu mengerutkan dahi bingung
"Siapa namanya?""Dara,Kehadirannya saja tidak membuatku keberatan justru membuatku senang"
"Tunggu,Dara? Yang menolong bu saat kau pingsan karena berkelahi?"
Ardhani mengangguk
"Dia selalu bercerita padaku bahwa ia tidak pernah merasa bahagia jika bersama tunangannya dan ia merasa tertekan seperti hidup dalam kurungan"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDHANI
Teen FictionPengorbanan bukan hanya harta,Barang,Ataupun tenaga Pengorbanan yang sesungguhnya adalah merelakan nyawa demi orang yang kita cintai agar hidup lebih lama