13. Melvin dkk.

794 100 9
                                    

Sabtu pagi ini aku putuskan untuk membersihkan rumah, karena lem lem bekas membuat gantungan kunci menempel dilantai. Aku menarik diriku sampai ke lantai yang tertempel lem. Ku kikis perlahan satu demi satu agar nanti mengepel lebih mudah.

Padahal setelah membuat gantungan kunci selalu ku bersihkan tetap saja ada yang menempel lemnya. Semua sudah terkikis, aku beristirahat sebentar. Lelah rasanya dengan posisi tubuh yang agak tengkurap sambil membersihkan lantai untung saja tubuhku kurus jadi beban yang ditumpu tangan kiriku tidak berat.

Aku mengambil kain untuk mengepel, aku berpikir untuk mengepel pakai kain saja ribet harus naik lagi ke kursi roda.

Akhirnya segala urusan selesai. Aku memutuskan mandi. Tak lama setelah aku mandi tiba tiba ada yang memanggilku dari luar, aku mengesot ke arah pintu dan membukanya, ternyata itu Yara.

Yara kaget melihat posisiku dibawah, "Andi! Lo jatoh?" Tanyanya dengan mata melotot dan jongkok untuk mensejajarkan posisinya padaku. Aku menggeleng kepala sambil berucap, "Saya baru selesai beres beres rumah dan mandi." Dia mengerutkan keningnya heran. "Begini?" Dia bertanya dengan nada yang seperti menjaga perasaanku.

"Iya," jawabku. Yara menatapku dengan tatapan sendu, mungkin baru melihat caraku seperti ini. Dia mengambil kursi rodaku setelah izin dan membantuku untuk naik. "Maaf kalau berat," ujarku dan Yara menggeleng kepala setelah semuanya beres aku dan Yara duduk diteras rumah.

"Gue bosen dirumah. Gue ganggu lo gak?" Yara menatapku. "Enggak."

"Lagi bikin gantungan?" Tanya Yara sambil mengayunkan kakinya. Kalau dilihat dari wajahnya seperti banyak pikiran. Sebenarnya aku tidak akan membuat gantungan kunci sekarang tapi aku putuskan untuk mengangguk.

"Iya, kamu mau buat juga?" Yara mengangguk dengan cepat dan bersemangat. "Yaudah saya ambil bahan bahan sama peralatannya dulu."

Setelah mengambil semuanya aku kembali dan menaruh semua peralatan serta bahan bahan yang digunakan. Aku menanyakan mau bikin seperti apa.

"Hmm bikin yang bentuk emoji terud yang matanya lope lope," kata Yara dengan kedua tangan yang mempraktekkan bentuk love didepan matanya. Kami tertawa bersama.

Aku ajarkan dari step awal dengan pelan. "Gini bukan sih?" Aku melihat jahitan milik Yara yang malah berposisi miring bukan berdiri. "Coba tunjukin caranya, soalnya yang gue tau jahit itu miring." Yara memberikannya padaku. Pelan pelan aku jelaskan.

"Nih, kamu coba lagi."

"Ok! Kali ini yakin gak miring." Yara bersorak gembira karena berhasil menyelesaikan jahitan pada gambar emoji yang dibuatnya. Karena akan diisi dakron maka jahitannya disisakan sedikit lalu setelahnya dijahit kembali.

"Gue jadi pengen belajar bikin yang lain kapan kapan. Seru juga kalau gabut bikin beginian buat dipajang," ucap Yara yang mengangkat boneka emoji itu seolah dipajang. "Kamu bisa coba sendiri dirumah," kataku menyahuti.

"Beli bahannya dimana? Gue juga pengen beli nih lumayan kalau ada yang ribut langsung pake earphone terus bikin gantungan gini,"

"Biasanya saya beli di toko boneka dekat sekolah itu."

"Oh disitu ada ya bahan bahan gitu? Kirain isinya cuma boneka aja. Kalau gitu ntar gue pulang mampir ke sana."

Aku mengangguk dan kami asik mencari cara membuat gantungan kunci dengan bentuk yang lain. Yara melihatnya di YouTube bersama ku. Kami asik berbincang banyak soal itu. Satu yang aku tau tentang Yara, dia sangat bersemangat mengenal hal baru.

Sampai akhirnya Yara harus pulang karena ditelepon seseorang tadi. Aku tidak tau siapa karena dia mengangkatnya jauh dariku. Dia pulang jalan kaki sambil berlari. Aju tidak tau ada apa.

***
A

ku sudah sampai sekolah pagi ini. Hari ini hari Senin yang artinya akan upacara. Segara aku sampai dikelas agar bisa beristirahat sebentar sambil mengatur nafas. Seperti biasa aku mengambil handuk kecil lalu mengelap keringat yang membasahi sedikit wajahku.

"Kalo lap lap keringat bisa di toilet kali. Orang jijik liatnya." Ucapnya dengan tatapan yang jijik dan bergidik bahu.

"Maaf." Aku menaruh handuk itu dan mengambil topi karena sebentar lagi bel. Kalau upacara aku selalu mengikutinya, aku berbaris di barisan belakang biasanya, setidaknya aku mengikuti upacara walau tidak bisa lihat didepan seperti apa.

Sambil menunggu bel yang 10 menit lagi bunyi aku menunggu didepan kelas dan Melvin, Vitroy, Renki datang menghampiri ku.

"Widih ada yang lagi duduk santai aja nih nunggu bel, ya gak, Vin?" Ucap Renki yang langsung mengundang tawa Melvin dan Vitroy. "Eh kok lo gak duduk di kursi yang ini sih? Kenapa tuh?" Melvin menepuk nepuk kursi sebelah ku dan duduk dengan kaki satu terangkat.

"Gimana sih, Vin? Kan dia pake ini mana bisa duduk di kursi normal dah." Ucap Vitroy sambil memaju mundurkan kursi rodaku. Mereka bertiga tertawa puas. Semua yang berjalan di koridor hanya melihat tanpa mau berurusan dengan Melvin dkk.

Kenapa harus pagi ini mendapat ejekan yang menyakitkan. Apa aku lupa senyum pagi tadi sehingga hari ini buruk?

"Memangnya kenapa kalau tidak bisa duduk normal di kursi seperti kalian? Apa ada salah?"

Vitroy kaget karena aku menjawab, biasanya aku diam. "Widih bisa ngomong sekarang di depan kita."

"Aneh gak sih lo pake kursi roda sendiri di sekolah ini? Gak minder?" Tanya Melvin yang duduk di bangku sebelahku.

"Saya seperti ini mau bagaimana lagi."

"Kenapa lo gak masuk sekolah yang buat orang orang cacat aja? Kan lebih banyak temen lo tuh yang sepadan." Vitroy menyahuti ucapanku tadi. Sebelum aku jawab, bersyukurlah bel sudah berbunyi. Semuanya sudah kumpul di lapangan. Aku mendorong kursi rodaku juga dan untungnya Melvin dkk membiarkanku tapi dengan tertawa keras.

Upacara sudah dimulai tapi ucapan ucapan mereka masih menghantui pikiranku. Kalau ditanya minder sudah pasti. Dengan orang orang yang bisa jalan dan aku yang berbeda sendiri pasti merasa aku tidak bisa seperti mereka. Semuanya aku pikirkan sebelum aku masuk sekolah ini tadinya. Tetapi hanya sekolah ini yang dekat dari rumah dan paling bisa aku jangkau untuk seseorang yang memakai kursi roda.

Dulu waktu SMP aku dikucilkan dan tidak ada yang mau berteman denganku satu pun. Ternyata SMA semakin parah.

"Kepada bendera merah putih hormat gerak!"

Semua lamunan ku buyar dan hormat bendera.

Biarlah semuanya terjadi didalam hidupku, sampai aku bisa menunjukkan kalau aku mampu berkibar seperti bendera yang berada didepan. Tunjukkan yang terbaik dan dapatkan hasil yang terbaik juga.

Semoga hari ini menyenangkan!

______________________________________

Enjoy,
H.

Up jam 00.09
Hayoo siapa cepat😂

HeridsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang