Aku pulang dan masih memikirkan yang baru saja terjadi. Gimana kalau kalian jadi aku yang tiba tiba bertemu dengan seseorang yang meminta bantuan kalian dan ternyata masalahnya berat?
Karena sudah malam aku tidak langsung mencari alamat rumah Yara karena besok pun aku sekolah. Sebelum sampai rumah aku bisa melihat Oji seperti berbincang dengan seseorang berbaju hitam dan ternyata bertransaksi uang untuk mendapatkan motor. Oji cukup jauh dari rumah sehingga tidak ada yang melihat tapi aku kebetulan lewat jadi tau.
Oji langsung pergi setelah melihat sekelilingnya. Dan Oji sadar ada aku disana. Dia menghampiriku tanpa mengucapkan satu kata pun, dia menggeber motornya lalu pergi dengan ketawa yang seperti meremehkan.
Oji lah orang yang paling misterius selama ini. Menatapku benci dan tidak mau berbicara sedikit pun denganku. Selama ini aku selalu berusaha untuk menjadi akrab dengannya tapi dia seolah benci dan menatapku seperti musuh.
Aku pulang dan langsung beres beres lalu mengerjakan tugas lalu tidur. Besok harus bangun dengan suasana hati yang bagus untuk Yara. Lupakan kejadian semalam sementara walaupun hati menolak untuk tidak penasaran.
***
Dikelas semua mengumpulkan tugas didepan meja guru. Aku buru buru sampai dibangku dan mengambil buku yang akan aku kumpul. Tapi tak lama Yara menghampiriku dan mengambil buku ku serta mengumpulkannya.
Dia kembali dengan senyum dan membuka jaket lalu duduk di sampingku. "Pagi, Yara," ucapku dengan semangat dan dibalas juga dengan Yara. "Pagi juga, Andi. Udah sarapan belum?"
"Selalu sarapan kalau saya sih. Kamu sendiri?" Tanyaku balik.
"Belum sih, pengen cepet ke sekolah aja hehe."
"Yaudah kamu makan bekal yang saya bawa aja. Kasian kamu belum sarapan." Aku mengambil bekal yang aku masak dan membukanya. Awalnya Yara bilang nanti saja saat sarapan tapi aku tidak mau kalau perutnya kosong pagi ini.
Akhirnya ia makan dengan lahap sampai bekal yang untuk dua orang itu habis. Yara sadar bekalnya habis pun meminta maaf padaku karena tidak enak.
"Andi, maaf kalau habis bekalnya. Nanti gue traktir lo deh ya hehe. Maaf," ucapnya dengan tangan memohon. Aku tertawa karena sama sekali tidak keberatan untuk dia menghabiskan bekal yang aku bawa.
"Iya terserah kamu aja."
Sepuluh menit kemudian pelajaran pun dimulai.
***
Sepulang sekolah aku tidak jualan karena tidak ada modal. Untuk itu kau memutuskan mengerjakan karya ilmiahku karena tinggal membuat angket lalu membagikannya besok untuk data data selanjutnya.
Yara pun sama untuk membuat angket, kita sama sama bertukar pikiran soal pertanyaan yang akan ada di angket sesuai indikator. Ternyata membuat pertanyaan tidak segampang itu. Pertanyaan harus tepat untuk mencari jawaban yang sesuai dengan tujuan karya ilmiah ini.
Lama kami berpikir sampai tidak sadar sudah satu jam didalam perpustakaan. Untunglah semua sudah beres dan sekarang kita akan pergi ke fotocopy. Kebetulan fotocopy nya dekat dari sekolah kami berdua memutuskan untuk jalan berdua tadinya Yara bersikeras dia saja yang pergi dan aku menunggu.
Jalanan sudah ramai karena sore hari. Tapi pandanganku tidak bisa lepas dari ibu Yuyun yang sedang berbincang dengan Oji di motor. Terlihat Oji mendorong ibu seperti tidak suka. Yara menegurku karena tiba tiba diam.
Ibu menatap pergi Oji dengan motornya. Kalau aku bisa tebak, ibu sudah tau soal motor itu dan ibu tidak bisa menerima. Mungkin memikirkan bagaimana cara Oji mendapat uang dan bisa membeli motor.
Aku tidak menghampiri ibu karena jalanan juga ramai dan tugas harus cepat selesai. Nanti kalau bisa aku akan ke rumah ibu.
"Ngeliat siapa sih?" Tanya Yara yang terdengar kesal.
"Nggak, ayo jalan."
Ribet memang untuk jalan ke fotocopy ditambah lagi jalanan ramai dan jalanan yang tidak rata. Aku dan Yara sama sama saling bantu untuk mendorong.
Akhirnya kami sampai di fotocopy dan mulai print angket yang sudah dibuat. Setelah menunggu lima menit aku dan Yara balik ke sekolah. Supir Yara sudah menunggu di depan sekolah.
Aku memperhatikan mobil itu, benar benar sama seperti yang waktu malam itu berhenti. Tidak ada lagi salah duga yang membuat aku penasaran. Sekarang aku bingung, harus mana yang pertama kali aku cari alamatnya.
Kalau ke rumah Yara pun, jika dia tau pasti akan salah paham. Kalian mengerti? Seperti tidak di undang tapi kamu sudah mencari tau duluan. Memang tidak ada niat jahat tapi alangkah lebih baiknya jika di persilahkan oleh yang punya rumah kan?
Yara pamit dan pulang terlebih dahulu. Supirnya beda dari yang biasanya, dia menatapku intens dan tidak berpaling. Benar benar aneh.
***
Sekarang aku sudah sampai rumah, malam ini aku tidak bisa makan karena uang sudah habis untuk modal. Aku minum air putih sudah dua gelas dan cukup kenyang. Karena didalam cukup panas aku memutuskan untuk keluar dan diam di teras. Angin pun tidak berhembus hanya semilir.
Karena tidak enak sendirian aku memutuskan untuk bertemu ibu. Ternyata ibu sedang menangis tapi sambil masak.
"Ibu, ibu kenapa?" Ibu melihat ke arahku langsung bangkit dan membantuku masuk ke teras rumahnya. Berulang kali ibu menghapus air matanya dan tersenyum ke arahku. Mata tidak pernah bohong, ibu pasti capek.
"Ibu pusing, nak. Hidup ibu berat, anak ibu tidak pernah ada dan bantu ibu," ucap Ibu yang kemudian terisak sedih. Ibu mencurahkan seluruh isi hatinya yang selama ini di pendam sendiri tanpa ada yang mau mendengarkan. Padahal ibu bisa aja curhat denganku. Ternyata ibu berpikir aku sibuk jualan dan seluruh tugas yang ada.
Hari itu aku tau kalau Oji membeli motor itu tidak dengan uang ibu yang di ambil paksa tapi memakai uang sendiri yang tidak tau darimana. Kasihan ibu selalu memikirkan semua sendiri, kasihan ibu yang selalu berjuang sendiri mencari uang. Andai aku menjadi Oji aku tidak akan melakukan ibu seperti ini karena dia tidak tau rasanya tidak mempunyai sosok ibu.
Aku pulang setelah bantu ibu memasak dan membuat ibu lega dengan perasaannya. Ketika keluar dari rumah ibu aku melihat mobil Yara di ujung gang.
Kalian tau apa?
Ada Oji disana.______________________________________
Kalau up nya ngaret2 maapin ya:)
Enjoy,
H.