2. Heridson

2.6K 155 4
                                    

Sesampainya dikelas aku menaruh tas dan berusaha menetralisir nafas dan mengelap keringat yang bercucuran. Sambil mengusap sapu tangan ke wajah ku teman kelas melihatky seolah olah aku menjijikan.

Aku duduk paling belakang di kelas dan untungnya mataku bisa melihat jelas papan tulis didepan. Dan aku tidak memakai kursi sekolah, kursi rodaku juga kursi untuk dikelas walau sebenarnya meja lebih tinggi sedikit.

Pelajaran pertama adalah kimia, pagi ini benar benar dibuka dengan pelajaran berat. Kalo kata orang derita anak SMA jurusan IPA harus siap dengan angka di pagi hari atau bahkan disiang hari pas lagi ngantuk.

Setelah jam pertama dan kedua selesai sekarang waktunya istirahat. Istirahat itu waktu yang paling ditunggu oleh setiap murid menurutku, lepas dari pelajaran ya walaupun cuma beberapa menit dan yang paling pasti adalah mengisi perut.

Aku pergi ke taman sekolah untuk makan bekal, biasanya memang aku makan di sana. Kalau aku makan dikelas gak enak sama yang lain karena kadang aku bawa ikan asin dan ya bau nya menurut mereka itu menganggu dan akhirnya aku terbiasa untuk makan di taman walaupun aku bukan bawa ikan asin.

Ketika aku mendorong kursi roda tiga laki laki mencegat. Seperti biasa aku jadi bahan olokan mereka bisa dibilang setiap hari. Dan yang mereka lakukan pasti mengejek bekal dan mendorong dorong kursi roda ku dengan iseng.

"Mau makan bekal ya? Wah lo ga pernah jajan ya," Ucap Melvin dengan remeh lalu mengambil kotak bekal ku. Melvin melihat isinya dan tertawa dengan kedua temannya.

"Saya mau makan bekal, sini bekalnya," Mencoba mengusir rasa takut terhadap mereka. Sudah berapa kali mereka bersikap semena mena denganku. Padahal selama ini aku merasa tidak ada masalah yang aku buat dengan mereka.

"Heridson, oh maksud gue Andi. Ini gue balikin bekalnya, lain kali bawa bekal yang lebih enak dan bernutrisi ya. Biar bisa bagi gue. Ngerti ga?" Kini tangan Melvin berada di sisi kursi roda ku.

Lalu saat Melvin ingin mendorong kursi rodaku sampai menabrak tembok, seorang perempuan meneriaki nama Melvin. Sontak Melvin menghadap perempuan itu yang sudah dengan gaya menantangnya.

"Ngapain lo? Mau bunuh orang?" Tanya perempuan itu dengan kedua mata sengitnya.

"Kenapa emang kalo gue bunuh orang ini?"

"Woah, otak lo dangkal juga ya. Lepas atau lo gue laporin kakak lo!"

"Anjing lo! Beraninya gertak orang." Melvin mengepalkan tangan nya disisi tubuhnya, aku bisa melihatnya.

"Lo yang pengecut! Berani sama yang lemah, sikap lo semena mena sama orang yang ga bisa apa apa. Mau dianggap jagoan makanya bully orang? Melvin, otak lo udah cukup bikin lo tenar, lo pinter apa lagi? Jangan sok jagoan!" Melvin hendak memukul perempuan itu namun aku lebih dulu maju mencegah tangannya.

"Jangan bersikap kasar dengan perempuan. Kalau marah kamu bisa mukul saya jangan perempuan," ujarku. Melvin melepaskan tanganku lalu pergi bersama kedua temannya yang gak bisa apa apa itu.

Perempuan yang menolongku tadi sudah pergi. Aku belum sempat berterimakasih padanya. Aku memutuskan untuk beli sesuatu ini pertama kalinya aku ke kantin untuk jajan biasanya hanya kerja kelompok atau mengerjakan tugas.

Aku memutuskan memberi gantungan kunci hasil karyaku yang aku letakkan di kursi roda. Setidaknya ini lebih bagus. Uangku tidak cukup untuk membeli makanan, karena untuk modal jualan besok.

Karena jam istirahat akan segera berakhir aku segera ke taman sekolah untuk makan bekal. Namun ketika sampai disana aku melihat perempuan sedang duduk sambil memainkan handphone nya.

Ku beranikan untuk menghampirinya, toh memang benar aku ingin bertemunya.

"Permisi," Kataku. Aku tau tidak bisa berkomunikasi dengan perempuan. Posisi kursi roda ku didepannya dan aku bisa melihat wajahnya, dia sangat cantik.

"Ada apa? Eh lo yang tadi kan? Gimana ada yang luka ga?"

"Gak ada, berkat kamu saya aman sekarang."

Perempuan itu tersenyum sambil berkata, "Bagus deh kalo gitu."

"Ini sebagai ucapan terimakasih dari saya, maaf cuma bisa kasih ini. Saya permisi dulu ya." Setelah memberinya aku bergegas memundurkan kursi rodaku tapi tanganku dicegat olehnya.

"Makasih ya gantungan kuncinya, gue suka."

"Iya sama sama."

Kemudia perempuan itu menatap bekalku sambil tersenyum.

"Gue tau lo mau makan bekal kan? Sini aja bareng gue."

"Hmm saya gak bisa, takutnya..."

"Jangan mikirin orang lain, udah sini."

Aku ragu untuk membuka bekal tetapi melihatnya aku merasa yakin kalau dia tidak mungkin ada niatan jelek.

Aku membuka dan mengajaknya makan, istilahnya basa basi gitu hehe. Perempuan itu hanya mengangguk yang artinya mengiyakan ajakan ku tadi.

"Nama lo siapa? Boleh tau?" Tanya perempuan itu dengan ragu.

"Andi."

"Alayara. Panggil aja Yara atau Ara juga boleh."

"Iya."

Aku merasa selalu ditatapnya entah karena apa, tapi tiba tiba dia berkata,"Boleh nyoba ga makanan nya?"

Sontak aku kaget, perempuan secantik dia mau mencoba makan ikan teri goreng? Sederhana banget ini. Aku menggeleng sambil berpikir mencari alasan yang tepat.

"Saya lapar jadi saya bakal habisin ini sendiri. Maaf ya." Biarkan saja dia menganggap aku pelit tapi ini benar benar alasan yang terlintas di otakku.

"Iya santai aja, kapan kapan aja minta bekel lo nya hehe. Lain kali bawa yang banyak ya kita makan bareng."

Dia melanjutkan lagi, "Atau kita janjian makan bareng disini besok gimana? Okeh berarti lo mau."

Setelahnya dia pergi dengan sedikit berlari.

Soal tadi aku belum mejawab apapun.

______________________________________
Enjoy,
H

HeridsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang