3. Ini Hidupku

1.8K 144 5
                                    

Setelah pulang sekolah aku langsung pulang ke rumah karena harus masak dan mulai berjualan mumpung cuaca hari sangat bersahabat.

Ketika sampai dirumah aku bertemu ibu Yuyun dan aku menyapanya.

"Bu, udah selesai jualannya?" Tanya ku sambil menyalim tangan ibu Yuyun yang sudah aku anggap ibu kandungku. Ibu tersenyum sambil membalas salaman tanganku.

"Udah nak. Eh kamu sudah makan? Ini ibu ada sisihkan buat kamu jadi gak usah masak langsung jualan saja biar banyak pembeli nya ya?" Ibu Yuyun masuk dan memberi aku kantong kresek hitam dan itu lumayan berat pasti banyak sekali ini.

"Bu, ini tidak kebanyakan?"

"Tidak, udah sana bersih bersih abis itu jualan ya, lumayan buat jajan kamu." Ibu Yuyun tersenyum padaku sambil menepuk pundakku. Benar benar aku dianggap seperti anaknya sendiri.

Aku masuk rumah dan mulai membersihkan rumah terlebih dahulu, mulai dari menyapu, mengepel. Bagaimana aku bisa? Sudah biasa. Biasanya aku tangan kanan ku yang memegang kain pel dan tangan kiriku untuk mengayun kursi roda ke belakang. Dulu aku masih menggunakan kain untuk mengepel dan itu membuatku harus turun dari kursi roda dan seperti mengesot dilantai tapi lagi lagi aku berpikir mungkin akan lebih mudah menggunakan pel-an.

Semuanya sudah beres aku memutuskan untuk mandi karena sekarang sudah pukul empat kurang dan aku harus mulai berjualan pukul empat. Aku mengambil handuk lalu mendorong kursi rodaku sampai mentok dinding dan aku menjatuhkan diriku ke lantai. Setelahnya aku mengesot ke dalam kamar mandi dan mulai mandi.

Aku berpakaian lalu mulai berusaha menaiki kursi roda. Tiga kali aku gagal tapi percobaan keempat akhirnya aku berhasil. Kuambil jualanku dekat tempat tidur. Aku berjualan gantungan kunci untuk menambah nambah uang, bukan uang jajan tapi untuk uang kegiatan disekolah yang kadang kadang suka mendadak, untuk biaya makan ku sehari hari juga. Biasanya aku berjualan di dekat alun alun.

***

"Andi!"

Baru saja aku sampai di tempat biasa berjualan tapi mas Adit sudah memanggil ku.

"Iya mas! Masih semangat mas jualannya?" Tanya ku sambil merapikan posisi kursi rodaku. Mas Adit menghampiri ku dan duduk di kursi yang dekat denganku.

"Semangat gak semangat harus semangat! Hidup itu butuh perjuangan, apalagi mas perjuangan buat nikah nih. Kudu harus cari uang banyak." Kata mas Adit dengan lantang aku hanya tertawa mendengar ucapan mas Adit. Sedikit aku ceritakan mas Adit boleh? Mas Adit itu orang baik dan lucu dia juga satu satunya orang yang mau mengajakku ngobrol disini, selalu memberiku minuman walaupun aku tidak bayar, selalu memberiku kata kata yang lucu namun bermakna contohnya seperti tadi. Ketika aku merasa lelah aku terus mengingat ucapan mas Adit kalau hidup itu keras dan butuh perjuangan. Aku merasa beruntung memiliki teman seperti mas Adit.

"Kamu sudah makan, Di?"

"Sudah mas, tadi dikasih sama ibu Yuyun. Oh iya, ini aku kasih buat mas Adit, cobain masakannya ibu Yuyun enak banget."

Aku memberi kantong kresek hitam berisi sambal, tempe dan sayur asem. Sayur asem buatan Ibu memang tidak ada bandingnya.

"Siapa tau bisa jadi rekomendasi katering nikahannya mas."

Mas Adit langsung mengambil piring dan membuka semua makanan yang aku berikan. Suapan pertama langsung masuk ke dalam mulutnya dan mas Adit spontan melihat ke arahku sambil melotot dan memasukkan suapan lainnya.

"Enak banget sayur asemnya, Ndi."

"Nah kan apa aku bilang mas, emang juara banget haha."

Mas Adit hanya mengangguk sambil meneruskan makan. Tiba tiba saja ada seorang anak kecil perempuan melihat lihat gantungan kunci yang aku jual. Anak perempuan itu kelihat tangannya dan yang ada disana hanya uang seribu rupiah. Aku mengerti maksud anak itu. Mas Adit yang sedang makan pun mencolek bahuku mungkin menyuruhku bertanya.

"Kenapa, dek?" Aku bertanya selembut mungkin padanya. Anak perempuan itu menatapku sambil memberikan uang seribu itu ke tanganku, lalu berkata, "Aku cuma punya uang segitu, kak tapi aku mau yang ini. Ini berapa kak?" Gantungan kunci berbentuk love yang ditunjuknya. Aku tersenyum lalu mengambil gantungan itu dan memberikannya padanya serta mengembalikan uang seribu rupiah tadi.

"Kamu ambil aja ya, ini juga uangnya kamu pake buat beli yang lain aja."

Anak perempuan itu tersenyum riang dan memelukku, sempat kaget tapi aku yakin ini pelukan tulus darinya. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih saat memelukku. Aku pun mengelus puncak kepalanya.

"Kamu ngapain sendiri disini? Atau emang lagi jalan jalan?" Tanya mas Adit yang mempersihlah kan anak itu duduk.

"Aku kan emang biasa jalan jalan."

Aku tidak mengerti.

"Maksud kamu?"

"Aku duduk disana," katanya sambil menunjuk trotoar yang ada diseberang jalan. Aku mengerti sekarang, dia seorang pengemis.

"Maaf dek, kamu pengemis?"

Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Tidak terbayang rasanya jadi anak itu. Duduk di trotoar melawan matahari serta debu debu dijalanan.

"Kak, kenalin nama aku Anya. Nama kakak berdua siapa?"

"Panggil aja mas Adit, orang paling ganteng disini." Anya tertawa kecil mendengar ucapan mas Adit yang terlalu kepedean.

"Aku Andi, dek."

Aku dan mas Adit asik mengobrol dengan Anya sambil melayani beberapa orang yang membeli gantungan kunci ku dan membeli minuman mas Adit. Anya kelihatannya sudah tidak mau melanjutkan untuk mengemis karena hari sudah mau sore dan aku pun sudah harus pulang karena PR menungguku.

Setelah berpamitan kepada mas Adit dan Anya aku jalan ke rumah. Sambil jalan aku bersyukur jualan hari ini laku banyak. Biasanya aku dapat dua sampai lima pembeli saja tapi tadi aku mendapat 7 pembeli. Lumayan untuk modal bikin gantungan kunci lainnya. Kalian belum tau kan? Aku membuat sendiri gantungan gantungan kunci itu. Modal pun aku usaha sendiri hingga sekarang aku hanya mengandalkan jualan ini untuk hidup sehari hari. Dibilang kurang pasti cuma aku bisa apa? Bekerja di kantor? Mungkin nanti saja jika aku sudah cukup membuktikan. Keinginan ku tetap untuk menjadi pengusaha gantungan kunci seperti ini, semoga saja cita cita ku tercapai. Aminin ya:)

Sampai rumah aku langsung makan sedikit sambil mengerjakan PR. PR untuk besok hanya matematika untungnya hanya lima soal jadi aku bisa cepat istirahat untuk sekolah besok.

Aku memutuskan tidur pada pukul sembilan malam, cape rasanya bokong ku duduk di kursi roda. Aku menjatuhkan diriku pelan pelan ke kasur dan mulai mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

Selamat malam!


______________________________________
Semoga suka ya! Dukung Heridson untuk terus ada di wattpad ya!

Enjoy,
H

HeridsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang