Hari ini pengecekan tugas bahasa Indonesia kemarin. Untunglah aku sudah selesai sampai bab 3 jadi bisa di cek ada yang salah atau perlu diperbaiki.
Sampai di sekolah aku menunggu Yara di taman sekolah biasa kami makan bersama. Laptopnya ada di Yara. Setelah menunggu sekitar lima menit Yara datang dengan sedikit berlari.
"Maaf ya bikin lo nunggu abis supir gue lama banget," ucap Yara yang masih mengatur nafasnya sambil duduk. Dia membuka tasnya dan mengambil laptop yang ditasnya. Laptop yang dipakainya ada di tas laptop miliknya. Pasti berat sekali bawa dua laptop sekaligus.
"Yara, maaf saya bikin kamu repot. Pasti berat bawa dua laptop ke sekolah," kataku sambil menerima laptop yang diberi Yara. Yara tertawa kecil sambil mengucap, "Santai aja kali. Gue juga seneng bantu temen."
"Terimakasih."
Yara mendorong kursi rodaku sampai kelas baru dia naik ke kelasnya. Aku menaruh laptop Yara dengan hati hati diatas meja. Tadi juga Yara sudah menyalakan laptopnya, aku takut nanti salah. Baru kali ini aku mengerjakan tugas pakai laptop teman, biasanya mengerjakan di warnet kebetulan aku punya flashdisk nantinya di kelas pas ingin persentasi pakai laptop guru karena teman teman jarang ada yang meminjamkan.
Aku melihat seluruh kelas masih sibuk dengan laptop masing masing dan tanya sana sini. Aku rasa hanya aku yang baru sampai bab tiga.
Tak lama dari bel berbunyi, guru bahasa Indonesia datang.
"Seperti yang kemarin ibu kasih tau kepada ketua kelas bahwa ada tugas bahasa Indonesia yaitu membuat proposal sekarang kalian persiapan per kelompok maju nanti."
Aku mempersiapkan laptop dan meneliti lagi kalimat per kalimat yang aku tulis. Tidak ada yang salah tapi kita lihat nanti apakah harus ada yang di perbaiki.
"Kelompok mana yang maju duluan?" Tanya bu Yaya yang mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Tidak ada satu pun yang mengangkat tangan. Aku memutuskan maju pertama, karena aku sendiri juga.
"Saya, bu."
Bu Yaya menatapku dan mengangguk.
"Mana kelompok kamu?"
"Saya sendiri, bu."
Bu Yaya hanya mengangguk sendiri dan mempersilahkan aku maju. Jujur deg degan sekali. Aku menaruh laptop didepan bu Yaya dan beliau mulai mengeceknya.
"Kenapa kamu mengangkat judul proposal ini?" Pertanyaan pertama yang keluar dari bu Yaya.
"Saya ingin tau seberapa banyak minat siswa terhadap buku pelajaran tapi bukan buku fiksi. Bisa dibilang saya mau tau seberapa banyak yang suka buku non fiksi, bu." Bu Yaya hanya mengangguk dan terus melihat tugasku.
"Ini sudah bagus tapi sedikit tambahi untuk bab dua. Penjabaran materinya masih kurang lengkap. Lanjutkan nanti akan ada pemberitahuan yang lain."
Aku mengangguk dan kembali ke meja ku. Kelompok yang lain pun maju satu persatu, ada yang bagus dan tidak ada kritik sedikit pun tetapi ada juga yang di kritik habis habisan karena baru sampai bab satu.
Aku bisa lega hari ini, hanya perlu di lengkapi lagi.
"Ok anak-anak tugas proposal sudah kalian kerjakan tapi saya mau tugas ini akan menjadi karya tulis ilmiah. Silahka cari tau sendiri bagaimana struktur karya tulis ilmiah dan bab apa saja yang harus lebih dilengkapi. Terimakasih."
Dijadikan karya tulis ilmiah? Segeralah ku buka buku bahasa Indonesia siapa tau ada informasi tentang karya tulis ilmiah tetapi tidak ada, hanya sampai penjelasan proposal. Lebih baik nanti aku tanya Yara.
Pelajaran pun berlanjut sampai waktu istirahat.
***
Aku sudah lebih dulu sampai di taman sekolah, sedangkan Yara masih menemani temannya untuk jajan di kantin. Kemarin aku berjanji masak untuk aku dan Yara, kebetulan aku masak tempe dan tahu, tak lupa sambal terasi.
Yara datang dan duduk di bangku.
"Nih, buat lo. Sekalian tadi gue beliin, jangan nolak!" Aku mengambilnya.
"Saya bawa tahu sama tempe hari ini, maaf cuma bisa masak ini."
"Ada sambel bikinan lo nih? Gue makan ya."
"Iya silahkan."
Aku membawa dua sendok dan kami makan satu tempat berdua. Kenapa aku deg deg-an ya?
"Ra, saya mau tanya, tugas karya tulis ilmiah itu bab nya apa lagi?"
Yara menelan makanannya lalu menjawab, "Kalau karya tulis ilmiah setau gue ada lima bab? Nanti bakal ada penelitiannya."
"Penelitian gimana?"
"Entah sih belum dijelasin juga," ucap Yara yang masih makan. Aku mengangguk dan melanjutkan makan takut waktu istirahat habis nantinya.
Yara makan banyak sekali tempe dan tahunya, mungkin aku cuma dapat empat, masing-masing dua tempe dan tahunya. Tadi aku membawa enam tempe dan tahunya. Entah kenapa senang rasanya melihat Yara suka makanan sederhana seperti ini.
"Yah tahunya tinggal satu, buat gue boleh gak?" Tanya Yara yang seperti memohon. "Iya makan aja, boleh hehe."
"Baik banget sih lo."
Bekal habis dan bel pun berbunyi. Yara membereskannya dan memasukkan kembali ke dalam tas yang aku bawa buat bekal.
"Andi, nanti tunggu gue di bawah ya, kita ngerjain tugas bareng. Gue ada tugas matematika. Kalo lo?" Yara membantuku mendorong kursi roda.
"Gak ada tugas sih sampai jam ini. Gak tau nantinya."
"Ok! Nanti ketemuannya dibawah kelas lo ya!"
"Iya."
Yara menaiki tangga dengan badan yang menghadapku, seperti orang jalan mundur dengan senyuman manisnya. Aku membalas senyumnya, aku tau banyak yang melihat tapi setidaknya aku bisa tersenyum kembali sesudah hari berat kemarin. Untung saja Yara tidak tau mengenai kejadian kemarin.
Biarlah dia hanya tau sisi terangku saja, yang gelap bisa aku sembunyikan. Biarlah dia menjadi alasan aku tersenyum sesudah kepahitan yang aku dapat.
______________________________________
Enjoy,
H.
![](https://img.wattpad.com/cover/207739486-288-k452773.jpg)