Setelah lima tahun, aku mencapai impianku untuk mempunya bisnis sendiri. Dari dulu aku jualan di pinggir jalan sampai punya toko ini ada perjuangan dibaliknya. Betul kata Yara kalau semua harus di raih. Ini memang bukan puncak suksesku aku yakin aku bisa membuat lebih lagi dari ini nantinya tapi sekarang fokus ku hanyalah sampai sini. Harus ada impian lain yang aku gapai hari ini juga kalau kelewatan aku tidak bisa mendapatkan dia.
Sekarang aku dan Yara berada di tempat aku jualan dulu. Sudah lama tidak bertemu dengan mas Adit ternyata dia masih jualan disini. Dulu aku tidak datang di pernikahannya dan sewaktu anak pertamanya lahir itu membuatku merasa bersalah. Sekarang anak keduanya lahir aku akan datang sebentar.
Tapi memang anak kedua dan istrinya mas Adit tidak ada ditempat jualan. Aku menitip kadonya lewat mas Adit untuk anaknya.
"Eh Andi, Yara! Kalian selama ini kemana aja?" Mas Adit terlihat gembira melihatku datang bersama Yara.
"Maaf mas Adit kalau Andi tidak datang di pernikahannya mas sama waktu anak pertama mas lahir. Andi tau semuanya dari Anya. Cuma Andi masih kuliah waktu itu. Maaf mas Adit," ucapku sambil menyalim tangannya. Orang baik seperti mas Adit jarang ditemukan dan asik dijadikan teman tapi teman apa yang tidak datang waktu hari bahagianya.
"Mas juga tau semua beban kamu Andi, mas gak pernah kecewa kamu tidak datang tapi mas juga sadar kamu harus mengurus semuanya kan? Mas salut loh sama kamu! Eh ini kadonya terimakasih ya."
"Iya mas, itu ada untuk mas dan istri terus buat anak mas pertama dan kedua. Semoga suka ya mas."
"Pasti suka pasti. Terimakasih Andi, Yara."
Yara tersenyum sebagai jawaban terimakasih dari mas Adit. Aku dan Yara langsung berpamitan dengan mas Adit karena aku akan mengunjungi rumah seseorang yang sangat berarti dihidup ku.
Mama dan mamaes. Pertama aku mengunjungi rumah mamaes. Yara mendorong kursi rodaku sampai disana. Kuburannya sangat terawat karena selama ini aku selalu mengunjungi mamaes.
"Maes, Andi datang lagi sama Yara. Perempuan yang selalu Andi ceritain kalau Andi ke sini. Mamaes apa kabar? Baik semua kan disana sama mama? Andi disini baik."
"Semoga semua yang sudah Andi lakukan bisa membuat mamaes tenang disana ya. Sekarang Andi udah gak sedih terus terusan. Andi sekarang udah kuat dan lebih kuat. Itu pasti karena ada mamaes dan mama disamping Andi terus. Terimakasih untuk semuanya, Andi selalu menunggu waktu untuk bisa bersama kalian nantinya. Doakan nnti lancar ya mamaes."
Kenapa aku selalu mengeluarkan air mata ketika mengunjungi mama ataupun mamaes? Padahal setiap beberapa kali dalam seminggu aku selalu curhat dengan mereka.
"Kamu nanti mau ngapain? Kok gak bilang aku? Ada acara?" Tanya Yara barusan tapi aku diam tidak menjawab sama sekali. Biarlah ini menjadi hadiah untuknya.
Sekarang tibalah aku dirumah mama. Orang yang melahirkan aku yang berhati baik dan mau berjuang. Aku tidak akan menangis kali ini karena hari ini akan menjadi hari bahagiaku.
"Mama Andi datang. Mama sehatkan? Disini Andi tidak datang sendiri ma. Andi datang bersama orang yang selalu baik dan perhatian dengan Andi yang tidak mau jauh dari Andi katanya ma. Andi juga sayang sama sahabat Andi ini ma," ucapku sambil melihat ke arah Yara. Wajahnya kaget dan kebingungan secara bersamaan. Kami memang tidak pernah ada hubungan apapun selama lima tahun kami benar benar bersahabat tapi aku punya rasa kepadanya.
"Apaan si Andi. Malu akunya."
Aku tertawa kecil. Lalu melanjutkan kalimatku untuk mama. "Ma, Andi mau mama jadi saksi buat jawaban Yara untuk Andi."
Segara aku mengeluarkan kotak cincin berwarna merah dan berbentuk hati itu. Aku tidak bisa bertekuk lutut seperti laki laki lain untuk melamar seorang perempuan.
Ku tuntun Yara untuk berdiri jadi seolah olah aku bertekuk lutut didepannya.
"Alayara Rinka. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk selalu ada disetiap bagian dari hidupku. Kamu tetap disini walaupun dulu aku susah dan dengan keadaan aku seperti ini. Kita memang tidak memiliki hubungan apapun, aku juga tidak bisa mengutarakan perasaanku dulu karena merasa tidak pantas. Kita bersahabat sampai sekarang, tapi boleh tidak aku mengubah status sahabat ini menjadi status yang lebih? Ini cincin ada didepan kamu, dan mama jadi saksinya. Kamu boleh jawab apapun sesuai kata hati kamu. Aku siap dengar."
Yara menangis sampai sesegukan. Berulang kali air matanya keluar dan dihapus lagi. Aku pun ikut terharu melihatnya menangis.
Yara mengambil nafasnya dan berusaha untuk tenang agar bisa berbicara.
"Andi aku gak bisa kasih kata kata tapi aku mau jawab iya. Aku jawab iya huhuhu aku gak kuat nahan nangis," ucap Yara dengan tangan gemetarnya berada di depan mataku. Aku pasangkan cincin itu dijari manis tangan kirinya. Cincin itu indah ditangannya. Aku menangis dan memeluknya kami sama sama menangis didepan rumah mama. Akhirnya aku bisa mendapatkannya tanpa ada kata terlambat.
Aku bersyukur ada perempuan yang masih mau menerima ku dengan segala kekurangan yang aku miliki. Yara bukan seorang manusia tapi dia bidadari berhati malaikat.
Kami melepas pelukan kami dan sama sama tertawa sambil menghapus air mata. Aku masih tidak bisa menyangka Yara akan menjawab iya untuk mau bersamaku.
"Andi, aku seneng banget hari ini sampe nangis aku bikin sesak. Terimakasih Andi, aku bahagia banget aku gak bisa kasih kata kata. Tapi aku sayang kamu," katanya dengan nada manja yang membuat aku tertawa. Aku masih bisa merasakan orang yang tulus padaku yang bisa menerima aku apa adanya. Tak pernah dulu terbesit untuk menikah. Tapi rencana Tuhan adalah yang terbaik dan Dia memberikan Yara didalam hidupku.
"Ma, Andi seneng banget hari ini. Terimakasih sudah menjadi saksi kisah hidup Andi ma. Sekarang waktunya aku bahagia dengan Yara. Doakan semoga semuanya lancar ya ma. Aku sayang mama."
Yara pun mengucapkan sesuatu untuk mama. "Ma, Yara akan salurkan seluruh cinta mama untuk Andi. Yara akan mencintai Andi sama seperti mama mencintai Andi. Kita sama sama ya ma buat Andi lebih merasa dicintai. Terimakasih ma sudah menghadirkan seseorang yang sangat menginspirasi hidupku."
***
Lembar terakhir yang aku tutup dengan penuh kebahagiaan. Kisah ini cukuplah sampai disini. Aku sudah bahagia dengan semuanya yang aku miliki.
Kisah ini adalah bagian dari hidupku yang tidak akan akan aku lupakan. Kisah ini akan terus melekat dihatiku walaupun sakit. Sampai kapanpun kisah ini lah yang menjadi awal kebahagiaanku sampai sekarang. Kisah ini mengajarkan aku untuk selalu berjuang walaupun aku lemah.
Walaupun aku susah payah untuk menghidupi diriku sendiri tapi aku mampu dan aku bisa. Segala macam bully dan cacian pernah kualami. Segala sakit hati pernah menusuk hatiku. Tetapi sekarang semuanya sudah hilang dan diganti dengan rasa kebahagiaan karena hadirnya dia.
Dan juga karena Tuhan yang selalu ada di setiap langkahku. Semua rencananya Indah apa pun akhirnya semuanya indah. Tuhan tahu mana yang terbaik untukku dan mana yang tidak. Tuhan kasih yang terbaik dan aku mengucap syukur untuk itu.
Aku Heridson Andi dan Alayara Rinka mengucapkan terimakasih sudah membaca semua kisah ini.
Salam cinta.
Tamat.
______________________________________
Huaa aku selesai nulis cerita ini!!
Selama ini aku selalu gak bisa selesain cerita cerita yang aku buat. Aku bangga banget:)Aku rada ga rela cerita ini tamat tapi memang haruslah begini.
Berulang kali mengucapkan terimakasih untuk semuanya yang sudah baca dan vote kisah Heridson. Tanpa kalian aku gak semangat.
14 Desember 2019 - 22 Juli 2020
Nantikan cerita inspirasi selanjutnya.
Salam kenal,
Hasa.